Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Rabu, 30 Juni 2021 | 18:40 WIB
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)

SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman menyebutkan, ada sejumlah kematian terjadi kepada pasien positif COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri (isoman). 

Kepala Dinkes Sleman Joko Hastaryo mengatakan, kematian isolasi mandiri pasien COVID-19 dimungkinan karena beberapa faktor. Terkait dengan itu, Pemkab menilai perlu ada penguatan edukasi ke tengah masyarakat mengenai epidemiologis dan klinis COVID-19 varian terbaru.

Secara epidemiologis, sejak munculnya COVID-19 varian baru, bila ada sejumlah orang antre, kumpul-kumpul sebentar tapi melepas masker, maka mereka bisa tertular COVID-19. 

"Sementara secara klinis, lompatan kondisi pasien dari OTG ke gejala berat lalu kritis, atau isoman lalu meninggal dunia itu bisa terjadi. Kalau sekarang bisa karena menunggu RS yang sedang penuh. Tapi ada juga yang ogah dibawa ke RS, karena mengira hanya flu biasa," tutur Joko, dalam jumpa pers daring, Rabu (30/6/2021). 

Baca Juga: Viral Pria di Sleman Bunuh Diri karena Covid-19, Polsek Gamping Beri Penjelasan Ini

Dalam kasus pasien COVID-19 varian lama, gejala ringan menuju ke gejala berat akan terjadi secara bertahap. Sementara pada pasien COVID-19 gejala terbaru, dari tanpa gejala tahu-tahu gejala berat itu banyak terjadi.

"Itu agak berisiko bila penanganan COVID-19 yang terlambat," ungkapnya.

Berkaca pada kondisi itu, masyarakat perlu mengetahui bahwa isolasi mandiri diperuntukkan bagi pasien COVID-19 bergejala ringan. Sedangkan perawatan di RS diperlukan bagi pasien berat dan kritis. Yaitu, kalau mengalami saturasi oksigen turun menjadi 90-95 untuk kategori berat. Saturasi di bawah 90 untuk kategori kritis. 

"Hanya saja, kondisi tersebut tetap harus diukur dengan alat," kata Joko.

Selain itu, perlu juga diketahui kondisi pernapasan pasien, terlebih pasien yang nafasnya tersengal. Cara termudah mengeceknya, dengan mendekatkan jari ke lubang hidung, lalu menghitung tarikan serta hembusan nafas. 

Baca Juga: Cara RS di Sleman Antisipasi Krisis Oksigen: Keliling Tiap Hari dan Berbagi Antar RS

"Kalau normal itu 22 kali per menit, 22-30 kali itu [gejala] sedang. Kalau dalam satu menit lebih dari 30 sudah termasuk berat. Lebih dari 40 itu sudah kritis. Bila nafas sampai dibantu nafas dari mulut, itu sudah gejala sedang-berat," kata dia. 

Dinkes Sleman mencatat, kasus kematian akibat COVID-19 di Sleman melonjak pada Juni 2021. Terhitung hingga 29 Juni 2021 petang, ada 145 kematian pasien terkonfirmasi COVID-19. Jauh lebih tinggi ketimbang kematian pada Januari 2021 sebanyak 87 kasus, Februari 2021 sebanyak 90 kasus dan Mei 2021 sebanyak 92 kasus.

"Kemungkinan hari ini bertambah," kata Joko.

Untuk jumlah kasus COVID-19 di Sleman, terakumulasi sebanyak total 6.254 kasus, tercatat sampai 29 Juni 2021.

Kontributor : Uli Febriarni

Load More