Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 13 Agustus 2021 | 21:10 WIB
Update Gunung Merapi menunjukan aktivitasnya dengan mengeluarkan awan panas. [Instagram/BPPTKG]

SuaraJogja.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan ada penurunan deformasi Gunung Merapi. Kendati begitu BPPTKG memastikan kondisi saat ini belum bisa dikatakan sudah aman.

"Jadi sekarang ini benar sekali bahwa ini kondisi menurun karena tekanan sudah tidak ada, maksudnya sudah berkurang. Sehingga EDM atau deformasi menjadi lebih kecil," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida kepada awak media melalui siaran virtual, Jumat (13/8/2021).

Berdasarkan data yang dimiliki oleh BPPTKG, tercatat untuk deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM pada pengamatan periode minggu ini menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 7,7 cm per hari.

Pemendekan jarak itu menurun jika dibandingkan pada periode pengamatan dua minggu sebelumnya yakni sempat mencapai 12 cm per hari.

Baca Juga: BPPTKG Pastikan Kegempaan di Selatan Yogyakarta Baru-Baru Ini Tak Berkaitan dengan Merapi

Namun Hanik menegaskan kondisi tersebut belum dapat sepenuhnya dikategorikan menjadi semakin aman. Pasalnya saat ini Merapi tengah memasuki fase ekstrusi.

"Kalau aman belum, justru sekarang ini adalah fase ekstrusi. Jadi pada saat ada tekanan itu adalah fase intrusi atau kejadian pergerakan magma dari dalam menuju ke permukaan. Nah sekarang yang sudah ada dipermukaan ini adalah untuk keluar, fase keluarnya yang kita sebut fase ekstrusi," terangnya.

Lebih lanjut kata Hanik, fase ekstrusi ini masih perlu untuk diwaspadai lagi. Pasalnya kemunculan awan panas serta gugursn lava masih akan terus mengancam ke daerah-daerah potensi bahaya yang telah ditetapkan.

"Fase ekstrusi ini yang justru harus kita hati-hati. Dalam artian awan panas masih mengancam ke daerah-daerah potensi bahaya yang telah ditetapkan sebelumnya," ungkapnya.

Terkait dengan ancaman bahaya sendiri, Hanik menuturkan dalam periode sebulan ini terjadi pergeseran arah guguran kubah lava yang ada di sektor barat daya. Jika sebelumnya arah guguran pada kubah barat daya menuju Kali Boyong dalam beberapa waktu ini mengarah ke Kali Bebeng.

Baca Juga: Aktivitas Merapi Meningkat, Sepekan Muncul 28 Kali Awan Panas dan 253 Guguran Lava

"Dari awal-awal dominanya itu adalah ke arah Kali Boyong, mulai 13 Juli sampai dengan 13 Agustus ini sekarang yang dominan ke (Kali) Bebeng. Jadi ini arah dominasi berubah ke Kali Bebeng. Sekarang ke arah Bebeng yang potensinya adalah sampai 5 km," tuturnya

Load More