Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 20 Agustus 2021 | 19:40 WIB
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (15/8/2021). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

SuaraJogja.id - Gunung Merapi masih mengalami erupsi efusif. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat ratusan guguran lava dan puluhan awan panas dalam sepekan terakhir.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan aktivitas tersebut tercatat tepatnya pada periode 13-19 Agustus 2021.

"Pada minggu ini terjadi 20 kali awan panas guguran ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 3.500 meter," kata Hanik dalam keterangan tertulisnya, Jumat (20/8/2021).

Akibat intensitas awan panas yang keluar itu, sempat dilaporkan terjadi hujan abu di beberapa wilayah di Jawa Tengah.

Baca Juga: Jumat Pagi Merapi Kembali Luncurkan Awan Panas ke Barat Daya, Jarak Capai 2 Kilometer

Di antaranya pada tanggal 16 Agustus 2021, yang mengguyur di Kecamatan Dukun, Sawangan, Tegalrejo, Secang, Gowok, Mertoyudan, Selo, Mojotengah, Temanggung, Kedu, Pringsutan, Bulu, Tlogomulyo, Kranggan dan Parakan.

Sementara itu untuk guguran lava pada pekan ini tercatat sudah keluar sebanyak ratusan kali. Arah guguran juga hanya mengarah ke barat daya saja.

"Guguran lava teramati sebanyak 172 kali ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter," tuturnya.

Hanik menjelaskan berdasarkan analisis morfologi dari Stasiun Kamera Deles5, Tunggularum, Ngepos, dan Babadan2 menunjukkan adanya perubahan morfologi pada kubah lava barat daya. Hal itu diakibatkan dari aktivitas guguran dan awan panas yang terjadi.

Volume kubah lava di sektor barat daya itu pun teramati berkurang daripada pengamatan pekan sebelumnya yang mencapai 1.832.000 meter kubik.

Baca Juga: Diwarnai Erupsi, Upacara HUT RI di Lereng Merapi Tetap Berlangsung Khidmat

"Volume kubah lava barat daya (pada sepekan terakhir) menjadi sebesar 1.350.000 meter kubik. Sedangkan kubah tengah relatif tetap," terangnya.

Lebih lanjut disampaikan Hanik, intensitas kegempaan pada minggu ini lebih rendah dibandingkan dengan minggu lalu.

Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM pada minggu ini juga semakin mengalami penurunan. Terbaru menunjukkan bahwa laju pemendekan jarak sebesar 1,9 cm per hari.

"Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi," imbuhnya.

Hanik menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal 3 km ke arah sungai Woro. Lalu sejauh 5 km ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.

Sedangkan untuk kemungkinan jika terjadi lontaran material vulkanik saat terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya," imbuhnya.

Selain itu masyarakat juga diminta untuk mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

Kegiatan penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III juga tetap direkomendasikan untuk dihentikan sementara waktu.

Ditambah dengan imbauan kepada pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak dalam kondisi saat ini.

Perlu diketahui juga hingga saat ini, BPPTKG masih menetapkan status Gunung Merapi pada Siaga (Level III). Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.

Load More