SuaraJogja.id - Kawanan monyet di kawasan lereng Gunung Merapi dikabarkan mulai turun menuju ke salah satu desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Namun turunnya kawanan monyet yang diduga berjenis ekor panjang (macaca fascicularis) ini belum diketahui penyebab pastinya.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Akhmadi menyebutkan, ada dua kemungkinan yang menyebabkan kawanan monyet ekor panjang itu turun. Pertama yakni terkait dengan kondisi saat ini yang telah memasuki musim kemarau.
"Bisa jadi karena kondisinya kemarau dan mungkin ketersediaan pakan di atas untuk macaca mungkin sudah mulai berkurang," kata Akhmadi saat dihubungi awak media, Rabu (25/8/2021).
Kedua, Akhmadi menyebut turunnya kawanan macaca itu akibat dari berkurangnya aktivitas manusia menuju ke daerah atas lereng Merapi. Disebabkan meningkatnya status aktivitas Gunung Merapi hingga saat ini.
Baca Juga: Napak Tilas Erupsi Merapi, Zaskia Adya Mecca Jadi Susah Tidur
Berkurangnya aktivitas manusia ke wilayah atas itu membuat kawanan monyet ekor panjang merasa aman untuk turun. Mengingat perilaku satwa tersebut juga yang sangat adaptif.
"Seperti yang dulu, yang terjadi di Sleman ya di Kaliurang, Kali Kuning, sempet turun karena memang aktivitas wisata yang berkurang, ditutupnya objek-objek wisata menjadi lebih merasa sepi dan merasa aman bisa turun juga. Memang dia jenis satwa yang adaptifnya cepet. Jadi ketika ada makanan yang baru dia akan terus mengeksplor itu," terangnya.
Akhmadi menyatakan masih ada satwa lain yang justru lebih sensitif jika terkait drnyan kondisi kegunungapian sendiri. Sehingga turunnya kawanan macaca itu hampir tidak bisa menjadi patokan satu-satunya kondisi Merapi saat ini.
"Memang biasanya kalau untuk kegunungapian ada satwa lain yang lebih sensitif. Sebenarnya seperti jenis lutung, kijang itu lebih sensitif," tuturnya.
Disampaikan Akhmadi, berdasarkan data vegetasi yang ada selama ini. Untuk lereng Merapi di daerah Srumbung, Magelang itu berisi jenis-jenis vegetasi sekunder.
Baca Juga: 30 Kali Guguran Lava Merapi dalam 24 Jam, Luncuran Menuju ke 2 Sungai
Sehingga sangat dimungkinkan bahwa ketersediaan makanan bagi para monyet ekor panjang itu tidak banyak. Dapat dibilang lebih sedikit jika dibandingkan dengan yang ada di wilayah timur lereng Merapi.
"Analisis awal kami belum bisa memutuskan dan karena hanya macaca itu. Ini terlalu jauh kalau kita memprediksi, karena di sisi lain levelnya Merapi itu sendiri tidak signifikan perubahannya. Tapi kami akan pantau terus kalau memang ada sesuatu yang lain," jelasnya.
Hingga saat ini, Akhmadi juga belum menerima laporan terkait kawanan monyet yang turun hingga masuk ke pemukiman warga. Untuk pengawasan sendiri pihaknya telah bekerjasama dengan masyarakat setempat.
"Ada juga kegiatan patroli rutin dan kita juga ada mitra dengan masyarakat kalau pun itu ada hal-hal yang mencurigakan atau indikasi sesuatu berubah pasti akan dilaporkan juga ke kami," tandasnya.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menuturkan, potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal 3 km ke arah sungai Woro. Lalu sejauh 5 km ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Sedangkan untuk kemungkinan jika terjadi lontaran material vulkanik saat terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Napak Tilas Erupsi Merapi, Zaskia Adya Mecca Jadi Susah Tidur
-
30 Kali Guguran Lava Merapi dalam 24 Jam, Luncuran Menuju ke 2 Sungai
-
6 Guguran Lava Keluar dari Merapi dalam Periode 6 Jam, Jarak Luncuran 1-1,5 Kilometer
-
Merapi Luncurkan 26 Guguran Lava 24 Jam Terakhir, Jarak Terjauh hingga 2 Kilometer
-
Gunung Merapi Alami Perubahan Morfologi Kubah Lava, Apa Itu?
Terpopuler
- Beda Timnas Indonesia dengan China di Mata Pemain Argentina: Mereka Tim yang Buruk
- Ibrahim Sjarief Assegaf Suami Najwa Shihab Meninggal Dunia, Ini Profilnya
- Riko Simanjuntak Dikeroyok Pemain Persija, Bajunya Hampir Dibuka
- Pencipta Lagu Tagih Royalti ke Penyanyi, Armand Maulana: Padahal Dulunya Memohon Dinyanyikan
- Berapa Biaya Pembuatan QRIS?
Pilihan
-
Profil Pembeli SPBU Shell di Seluruh Indonesia: Citadel dan Sefas
-
Bareskrim Nyatakan Ijazah SMA dan Kuliah Asli, Jokowi: Ya Memang Asli
-
Gaji Dosen di Indonesia vs Malaysia vs Singapura, Negeri Ini Paling Miris!
-
Bimo Wijayanto Dipilih Prabowo Jadi Bos Pajak Baru, Sri Mulyani: Yang Tabah Pak Suryo!
-
Sah! Sri Mulyani Lantik Bimo Wijayanto dan Djaka Budi Utama jadi Bos Pajak dan Bea Cukai
Terkini
-
Koperasi Merah Putih Didukung, Peneliti Fakultas Peternakan UGM Ingatkan Ini agar Tak Sia-sia
-
Klik Link Aktif di Sini, Saldo DANA Langsung Tambah, Buktikan Sendiri
-
Ringankan Beban Ekonomi Masyarakat, Pemkab Sleman Gelar Pasar Murah
-
Drama Lempuyangan Memanas, PT KAI Minta Warga Kosongkan Rumah dalam Waktu Tujuh Hari
-
Cocok Buat Healing, Cek 5 Rekomendasi Tempat Wisata di Makassar yang Layak Dikunjungi!