Menurut kepercayaan setempat juga, orang yang sedang sakit sebaiknya tak melewati Perempatan Palbapang. Jika nekat, diyakini bahwa mereka akan mengalami malapetaka, yaitu sakit yang diderita bakal makin parah hingga berakhir pada kematian.
Untuk itu, biasanya warga sekitar yang sakit akan memilih untuk melintasi jalan alternatif meskipun mungkin lebih jauh, demi menghindari Perempatan Palbapang. Alasannya tak lain karena sudah pasti mereka ingin segera sembuh dan bukannya "setor nyawa".
Bukan itu saja, pemimpin yang tidak memegang amanah tak lama akan kena batunya setelah melewati Perempatan Palbapang. "Batu"-nya pun tak main-main, yakni meninggal. Bahkan, lurah Palbapang menjadi jabatan yang sakral karena disebut-sebut, yang menduduki posisi tersebut juga akan meninggal begitu melakukan perbuatan yang tidak jujur.
Namun, satu mitos yang paling populer adalah, pengantin melepas ayam di Perempatan Palbapang. Jika lokasi acara pernikahan mengharuskan pengantin melewati simpang empat ini, mereka hanya punya dua pilihan: melempar ayam di situ atau, sama seperti orang sakit, lewat jalan lain.
Baca Juga: Ke Candi Prambanan sama Pacar Bikin Putus Cinta? Berani Buktikan Mitos?
Mau dari Jalan KH Wahid Hasyim, Jalan Samas, Jalan Srandakan, ataupun Jalan Sultan Agung, pengantin yang bakal melintas di perempatan tak biasa ini sangat sangat sangat dianjurkan untuk melepas ayam di situ.
Jika tidak, dipercaya pernikahan mereka bakal disambar musibah dan--yang paling ditakutkan--bubar. Maka wajar bagi warga setempat jika mereka melihat ada ayam diturunkan di Perempatan Palbapang. Bisa saja dalam sehari dua kali muncul ayam di sana jika saat itu ada dua pasangan yang menikah dan melintas di Perempatan Palbapang.
Bahkan, tak jarang pula bukan hanya ayam yang ditinggalkan di Perempatan Palbapang, tetapi juga sesaji, yang biasanya diletakkan di tugu perempatan. Ritual tersebut dilakukan lagi-lagi demi tolak bala.
Meski begitu, dikabarkan ada pula yang menolak percaya mitos tersebut dan membuktikan sendiri bahwa pernikahan kerabatnya tetap langgeng dan bahagia walaupun di hari mengucap janji suci tidak melempar ayam saat melewati Perempatan Palbapang.
Ayam dan Pernikahan
Baca Juga: Tak Heran Obama Lahap, Mie Lethek Kuliner Ndeso Khas Bantul Ternyata Seistimewa Ini
Soal ayam, hingga kini belum diketahui pasti latar belakang hubungannya dengan pernikahan. Masyarakat Jawa pada umumnya hanya memegang erat adat nenek moyang untuk melakukan ritual melepas ayam saat menikah.
Bahkan bukan cuma di Bantul, DIY, ritual Jawa yang melibatkan ayam dan pernikahan ini juga berlaku di Magelang, Jawa Tengah hingga Malang, Jawa Timur. Perlakuan terhadap ayam itu pun beragam. Ada yang melempar ayam di jembatan atau sungai, dan ada juga sabung ayam.
Beda dari melepas ayam, ritual kejawen sabung ayam umumnya dilakukan sebelum lamaran. Dua ayam jantan yang diadu itu dianggap sebagai perwakilan sifat baik atau buruk masing-masing calon mempelai. Jika salah satu ayam jantan kalah, apalagi dari pihak laki-laki, ia bakal dianggap tak sepadan untuk perempuan yang ingin ia nikahi.
Maka dari itu, jika terjadi kekalahan tersebut, sepasang kekasih ini harus sudah siap mematuhi pakem dan merelakan hubungan asmara mereka jika tak mau bernasib sial. Kendati begitu, tak sedikit juga yang menganggapnya hanya sebagai formalitas dan mengabaikan larangan dengan tetap melangsungkan pernikahan.
Sementara itu, untuk melepas atau "membuang" ayam, selain demi menghindari musibah, sama dengan yang dilakukan di Perempatan Palbapang, ritual ini juga bermakna sebagai bentuk sedekah dari empunya hajatan. Ayam yang dilepas dipercaya tidak mudah terserang penyakit dan biasanya ditangkap warga sekitar sebagai berkah untuk mereka.
Berita Terkait
-
Enam Korban Tewas Kecelakaan Maut di Breksi Dimakamkan Sabtu ini di Pemakaman Daraman
-
Mengenal Tradisi Jamasan Benda Pusaka Tombak Kyai Agnya Murni Pemberian Sri Sultan HB X
-
Bupati Bantul Optimistis Target Vaksinasi Tercapai Sebelum Akhir Tahun
-
Setelah Penemuan Wajan Raksasa, Kini Muncul Rantai Raksasa di Pajangan Bantul
-
Sriharjo Rawan Bencana Alam, Bupati Bantul Tanami Pohon sebagai Antisipasi
Terpopuler
- Pencipta Lagu Tagih Royalti ke Penyanyi, Armand Maulana: Padahal Dulunya Memohon Dinyanyikan
- Beda Timnas Indonesia dengan China di Mata Pemain Argentina: Mereka Tim yang Buruk
- Riko Simanjuntak Dikeroyok Pemain Persija, Bajunya Hampir Dibuka
- Simon Tahamata Kasih Peringatan Program Naturalisasi Pemain Timnas Indonesia Terancam Gagal
- Ketegaran Najwa Shihab Antar Kepergian Suami Tuai Sorotan: Netizen Sebut Belum Sadar seperti Mimpi
Pilihan
-
Cinta Tak Berbalas! Ciro Alves Ingin Bertahan, Tapi Persib Diam
-
Kronologis Anak Kepsek di Bekasi Pukul Siswa SMP Gegara Kritik Dana PIP
-
LG Mundur, Danantara Investasi di Proyek Baterai Kendaraan Listrik Bareng CATL
-
Profil Pembeli SPBU Shell di Seluruh Indonesia: Citadel dan Sefas
-
Bareskrim Nyatakan Ijazah SMA dan Kuliah Asli, Jokowi: Ya Memang Asli
Terkini
-
Moratorium Hotel Sumbu Filosofi Diberlakukan, PHRI Desak Penertiban 17 Ribu Penginapan Ilegal
-
Kelanjutan Soal Besaran Pungutan Ekspor Kelapa, Mendag Ungkap Hal Ini
-
Kabupaten Sleman Diganjar ANRI Award, Bupati Ungkap Strategi Jitu Pelestarian Arsip
-
UMKM di Indonesia Melimpah tapi Lemah, Mendag: Kebanyakan Ingin Jadi Pegawai
-
Koperasi Merah Putih Didukung, Peneliti Fakultas Peternakan UGM Ingatkan Ini agar Tak Sia-sia