Di sinilah cikal bakal inisiasi Kiprah Perempuan (Kipper) itu muncul sebagai sebuah wadah pertemuan para penyintas tragedi G30S di Kota Yogyakarta hingga sekarang.
"Ya ini terbentuk karena inisiasi Syarikat itu tadi. Kemudian difasillitasi dan ibu-ibu sendiri menyambut dengan penuh semangat bahwa mereka memang membutuhkan ruang itu. Ya udah dan itu bisa bertahan benar memang dan berkembang sesuai kebutuhan para anggotanya sampai sekarang," tuturnya.
Disampaikan Pipit, awalnya Kipper hanya memberikan wadah bagi para penyintas yang ada di Kota Yogyakarta. Namun tidak berlanjutnya program serupa oleh Syarikat Indonesia di kabupaten lain maka mereka ikut masuk di dalamnya.
"Jadi mereka kita tarik aja ke Kota Jogja. Jadi kemudian Kipper ini menampung ibu-ibu yang ada di Bantul pinggiran Sleman pinggiran dan Kulon Progo yang mau ikut bergabung. Bisa dibilang se-DIY tapi memang hanya cuplikan-cuplikan ya tidak banyak yang paling banyak ya Kota Jogja," jelasnya.
Baca Juga: Alasan TVRI Tak Tayangkan Film Pengkhianatan G30S PKI
Pipit menuturkan bahwa saat ini sudah banyak dari para penyintas G30S yang meninggal dunia. Kemudian juga sudah hampir 2 tahun ini tidak bisa bertemu akibat pandemi Covid-19.
"Sudah banyak yang meninggal, sekarang tinggal belasan, itu pun kalau dikumpulkan mungkin enggak sampai segitu sekarang. Bisa belasan paling ini aja yang sudah masih sehat itu hanya sedikit, paling puluhan sih," terangnya.
Saat ini Pipit sudah menikah dengan Supriyadi yang juga merupakan salah satu anak penyintas G30S. Mereka berkenalan juga saat bersama-sama melakukan berbagai kegiatan terkait penyintas tragedi G30S salah satunya dalam membentuk Kipper.
Mereka telah dikaruniai dua orang anak, yang pertama laki-laki berusia 10 tahun dan kedua perempuan berusia 9 tahun.
Ditanya apakah sudah mulai menjelaskan latar belakang keluarga ke anak-anak, Pipit menyebut sebenarnya tidak menjelaskan. Lebih kepada mengajak anak-anaknya untuk ikut dalam setiap pertemuan rutin yang dilakukan oleh Kipper.
Baca Juga: 1 Oktober 2021, Hari Kesaktian Pancasila atau Hari Lahir Pancasila? Cek Bedanya di Sini
"Nah mereka tidak pernah absen, mereka selalu ikut ketika ada pertemuan itu. Jadi simbah-simbah itu mereka kenal, mereka tahu simbahnya banyak. Aku lebih mengajak mereka untuk mengenal temannya simbah-simbahnya," ujarnya.
Berita Terkait
-
Marketplace Khusus Bisnis Perempuan: Langkah Jitu Membangun Ekosistem Usaha yang Inklusif
-
Jadi Ruang Perempuan untuk Tumbuh dan Berdampak, Women Empowerment Conference 2025 Siap Digelar
-
Kesetaraan Gender Masih Jadi Tantangan, Forum Ini Dorong Perempuan Ambil Peran Strategis
-
6 Startup Kecantikan Buatan Perempuan Indonesia yang Sedang Naik Daun
-
Kang Dedi Mulyadi Sebut Akan Berhentikan Pegawai Pemda Yang Sakiti Perempuan
Tag
Terpopuler
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Daftar Pemain Timnas Belanda U-17 yang Gagal Lolos ke Piala Dunia U-17, Ada Keturunan Indonesia?
- Titiek Puspa Meninggal Dunia
- Gacor di Liga Belanda, Sudah Saatnya PSSI Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung Ini
- Eks Muncikari Robby Abbas Benarkan Hubungan Gelap Lisa Mariana dan Ridwan Kamil: Bukan Rekayasa
Pilihan
-
Hasil BRI Liga 1: Diwarnai Parade Gol Indah, Borneo FC Tahan Persib Bandung
-
Persija Terlempar dari Empat Besar, Carlos Pena Sudah Ikhlas Dipecat?
-
Momen Timnas Indonesia U-17 Gendong ASEAN Jadi Pembicaraan Media Malaysia
-
Terbang ke Solo dan 'Sungkem' Jokowi, Menkes Budi Gunadi: Dia Bos Saya
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan Kamera Beresolusi Tinggi, Terbaik April 2025
Terkini
-
Maut di Jalan Wates: Ninja Hantam Tiang, Satu Nyawa Melayang
-
Jogja Diserbu 4,7 Juta Kendaraan Saat Lebaran, 9 Nyawa Melayang Akibat Kecelakaan
-
Malioboro Bau Pesing? Ide Pampers Kuda Mencuat, Antara Solusi atau Sekadar Wacana
-
BI Yogyakarta Catat Penurunan Drastis Peredaran Uang Tunai saat Lebaran, Tren Transaksi Berubah
-
Kantongi Lampu Hijau dari Pusat, Pemkab Sleman Tancap Gas Isi Kursi Kosong OPD