SuaraJogja.id - Mata air menjadi sesuatu yang sangat penting bagi warga Gunungkidul. Mata air menjadi sumber penghidupan bagi warga setempat. Karena Gunungkidul selama ini dikenal sebagai daerah yang selalu kekurangan air terutama di musim kemarau
Salah satunya adalah Sumber (mata air) Gari yang berada di perbatasan wilayah Padukuhan Gari dan Jamburejo, Kalurahan Gari, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, terdapat sebidang tanah berstatus Sultan Ground (SG). Di tanah yang terletak di pinggir kali kecil cukup luas ini ada 2 buah mata air yang berupa Belik dan Sendang.
Dua pohon Beringin tua dan satu pohon Jaranan, tampak kokoh menaungi dan menjaga lokasi tanah Sultan ini. Namun sayang, dua sumber air ini sudah tidak digunakan lagi oleh masyarakat sekitar karena sudah ada pasokan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan juga sumur bor.
Kendati demikian, sebuah kisah menarik tersimpan dalam perjalaman Kalurahan Gari ini. Karena ternyata di tanah ini pernah tumbuh pohon resan Jati yang menjadi penanda suburnya wilayah tersebut.
Baca Juga: Mulai Terlena, Sejumlah Warga Gunungkidul Abaikan Prokes Saat Gelar Hajatan
Dalam perjalanannya, pohon Jati tersebut ditebang untuk digunakan dalam proses pembangunan Masjid Kauman, Keraton Yogyakarta pada masa pemerintahan Sultan HB IX. Sebagai gantinya, raja Keraton Ngayogyahadiningrat ini menggantinya dengan sebuah Televisi(TV) hitam putih tua. Televisi tersebut kini masih tersimpan rapi di Balai Kalurahan Gari.
Mbah Sugeng(60) lelaki yang rumahnya bersebelahan dengan sumber Gari menjadi saksi peristiwa tersebut. Meski sudah 'sepuh' namun lelaki ini masih lancar menceritakan hal tersebut. Menurut Mbah Sugeng, dulunya di lokasi sumber air Gari ini, ada sebuah pohon Jati yang sangat tua dan besar.
"Saking tuanya, bisa dikatakan pohon Jati ini sudah menjadi sebuah pohon Resan (penyedia sumber air). Resan Jati ini dulu tumbuh di sebelah sini," ujar Mbah Sugeng sambil menunjuk lokasi di sebelah pohon Jaranan, Minggu(3/10/2021).
Mbah Sugeng mengatakan karena ukurannya yang sangat besar dan usia pohon itu sudah tua, Sri Sultan HB IX menginginkan pohon jati tersebut untuk bahan membangun Masjid Kauman. Kala itu, Sang Raja menggantinya dengan sebuah televisi.
"Oleh Sinuwun(HB IX), pohon Jati itu berkenan dikersakke(diminta) untuk membangun Masjid Kauman, dan sebagai gantinya, Sinuwun maringi(memberi) sebuah TV kepada masyarakat Gari. Di bekas pohon Jati ini dulunya oleh keraton ditanam pohon Keben sebagai penggantinya, tapi pohon Keben mati,"cerita Mbah Sugeng.
Baca Juga: Nekat Menuju Obyek Wisata Gunungkidul, 200 Kendaraan Wisatawan Dipaksa Putar Balik
Mbah Sugeng mengatakan, pohon Jati tersebut ditebang sekitar tahun 1982. Kala itu, dari pihak Keraton Yogyakarta yang rawuh(datang) adalah putra Sri Sultan HB IX yaitu KGPH Mangkubumi, yang sekarang menjadi Sri Sultan HB X. Kehadiran putera mahkota tersebut menjadikan warga Kalurahan Gari bangga.
- 1
- 2
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi HP Samsung Murah Rp2 Jutaan: RAM Gede, Kamera Terbaik
- Cari Mobil Bekas Harga Rp35 Jutaan? Ini Rekomendasi Terbaik, Lengkap dengan Spesifikasinya!
- Dulu Hanya Sultan yang Sanggup, Kini Jadi Mobil Bekas Murah: Ini Deretan Sedan Mewah Kelas Atas
- 8 Mobil Bekas Murah 7 Seater Rp60 Jutaan, Pajaknya Lebih Murah dari Yamaha XMAX
- 5 HP Redmi Murah RAM 8 GB, Harga Sejutaan di Mei 2025
Pilihan
-
Puan Tolak Relokasi Warga Gaza, PCO: Pemerintah Cuma Mau Mengobati, Bukan Pindahkan Permanen
-
Wacana 11 Pemain Asing di Liga 1 Dibandingkan dengan Saudi Pro League
-
Dewi Fortuna di Sisi Timnas Indonesia: Lolos ke Piala Dunia 2026?
-
7 Rekomendasi Sunscreen Terbaik, Super Murah Pas buat Kantong Pelajar
-
Mitsubishi Xpander Terbaru Diluncurkan, Ini Daftar Pembaruannya
Terkini
-
Dua Laga Penentu Nasib PSS Sleman, Bupati Sleman Optimistis Super Elja Tak Terdegradasi
-
Segera Klaim! Ada 3 Link Saldo DANA Kaget, Bisa Buat Traktir Ngopi dan Nongkrong Bareng Teman
-
Banyak yang Salah Kaprah, UGM Pastikan Kasmudjo Dosen Pembimbing Akadamik Jokowi
-
Amankan Beruang Madu hingga Owa dari Rumah Warga Kulon Progo, BKSDA Peringatkan Ancaman Kepunahan
-
Polemik Lempuyangan: Keraton Bantu Mediasi, Kompensasi Penggusuran Tetap Ditolak Warga