SuaraJogja.id - Solar bersubsidi alias Bio solar mulai sulit ditemukan di Kabupaten Gunungkidul. Sejumlah pengusaha angkutan barang dan penumpang di Kabupaten Gunungkidul, mengeluhkan pembatasan pembelian bahan bakar jenis solar bersubsidi.
Antrean panjang mewarnai sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) setiap pagi. Menjelang siang antrean angkutan yang berbahan bakar Bio Solar semakin sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Alasannya, SPBU sudah tidak memiliki stok lagi.
Salah seorang pengusaha angkutan barang asal Kalurahan Bejiharjo, Kapanewon Karangmojo. Rusmanto mengaku sudah mulai sulit mendapatkan solar bersubsidi sejak sebulan terakhir. Semua SPBU di Gunungkidul membatasi pembelian Bio Solar.
"Pertengahan bulan lalu itu dibatasi Rp250 ribu per armada. Sekarang malah sudah Rp150 ribu per unit,"ungkap Rusmanto, Minggu (17/10/2021).
Pembatasan pembelian solar bersubsidi tersebut tentu sangat menyusahkan pengusaha angkutan terutama angkutan barang seperti dirinya. Karena waktu mereka terbuang untuk antri di SPBU. Di mana sekali jalan mereka hanya melakukan pengisian satu kali, namun saat ini bahkan harus berhenti di SPBU 3 kali.
Ketika antre pun mereka belum tentu mendapatkan jatah sehingga terpaksa tidak bisa meneruskan perjalanan hingga pasokan Bio Solar datang kembali. Hal ini tentu membuat repot para awak armada angkutan barang ataupun angkutan umum.
Hal senada juga disampaikan oleh sopir angkutan umum Jogja-Wonosari, Heri. Pria asal Banguntapan Bantul ini mengaku pembatasan solar bersubsidi ini tentu sangat mengganggu operasional mereka. Karena mereka tidak bisa beroperasi penuh.
"Lha kalau siang sudah tidak ada bio solar. Mau bagaimana lagi, ya berhenti narik,"ujar Heri.
Karena kepepet, kadangkala mereka terpaksa membeli solar nonsubsidi, Dexlite. Hal ini tentu membuat mereka merugi, karena harga Dexlite jauh lebih tinggi dibanding Bio Solar. Padahal tarif mereka kepada penumpang ataupun pelanggan masih tetap sama.
Baca Juga: Sosok "Dewa Penolong" Korban Pinjol di Gunungkidul, Tak Jadi Buntung dan Justru Untung
"Kalau Bio Solar cuma Rp 5.150 perliter. Dexlite bisa dua kali lipat Rp 10.200 perliter. Ya kami buntung,"keluhnya.
Salah satu pemilik dump truk, Sulistya mengaku beberapa minggu belakangan ini ada pembatasan pembelian bio solar untuk kendaraan. Setiap sopir truk hanya mendapatkan jatah Rp 150 ribu. Akibatnya, mereka tidak bisa lagi membeli solar sesuai kebutuhan semestinya.
"Ya sekarang harus dua kali isi. Sekarang harus antri pagi, sehingga proyek tidak tepat waktu karena pengiriman material tersendat,"ujar dia.
Untuk mendapatkan bio solar, ia sering harus antri minimal 1 jam. Dan bio solar yang didapatkanpun hanya bisa ia gunakan untuk satu kali perjalanan pengiriman material. Tentu ini membuatnya tidak bisa menyelesaikan kewajiban yang sebelumnya disepakati.
Kepala Seksi Distribusi Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Gunungkidul, Sigit Haryanta mengakui memang ada pengurangan kuota solar bersubsidi di Gunungkidul. Namun ia mengaku tidak mengetahui secara pasti pemicu pengurangan kuota Bio Solar tersebut.
"Itu kebijakan dari pusat. Kami tidak mengetahuinya,"terangnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik