Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 18 Oktober 2021 | 09:26 WIB
Guguran lava terlihat dari Desa Hargobinangun, Pakem, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (17/1/2021). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung. Selain itu dua kubah lava Merapi juga terus tumbuh.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, mengatakan pada pengamatan terbaru kubah lava di bagian tengah tercatat sudah hampir mencapai 3 juta meter kubik.

Dari segi ketinggian kubah lava pun terjadi perubahan. Pada kubah lava barat daya, ketinggian berkurang sekitar 2 meter, sedangkan kubah lava tengah justru bertambah sekitar 4 meter.

"Volume kubah lava barat daya sebesar 1.609.000 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.927.000 meter kubik," kata Hanik dalam keterangannya, Senin (18/10/2021).

Baca Juga: Lima Desa di Lereng Gunung Merapi Boyolali Krisis Air Bersih

Sementara itu dari segi aktivitas terbaru yang tercatat dalam periode pengamatan Senin (18/10/2021) pukul 00.00 WIB - 06.00 WIB tercatat terdapat sejumlah guguran lava yang meluncur ke arah barat daya.

"Teramati 5 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 1.800 meter ke arah barat daya," ungkapnya.

Dalam periode pengamatan kali ini visual gunung terlihat jelas. Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 100 meter di atas puncak kawah

Sejumlah kegempaan juga masih terus terjadi dari Gunung Merapi dalam periode tersebut. Kegempaan itu di antaranya berasal dari kegempaan guguran 44 kali, hembusan 4 kali, hybrid atau fase banyak 23 kali dan low frekuensi 2 kali.

Jika dibandingkan dengan periode pengamatan sebelumnya atau tepatnya pada Minggu (17/10/2021) pukul 00.00 WIB - 24.00 WIB juga tidak teramati awan panas. Intensitas guguran lava juga tidak terlalu banyak.

Baca Juga: Dalam 6 Jam Merapi 7 Kali Luncurkan Guguran Lava, Paling Jauh 1 Kilometer

"Teramati 2 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 1.000 meter ke arah barat daya," ucapnya.

Sejumlah kegempaan yang masih terjadi dalam periode tersebut berasal yang paling banyak dari kegempaan guguran sebanyak 208 kali, lalu disusul hybrid atau fase banyak yakni 138 kali, hembusan 12 kali dan low frekuensi 8 kali, serta vulkanik dangkal 1 kali.

Hanik menambahkan, potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal 3 km ke arah sungai Woro. Lalu sejauh 5 km ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.

Sedangkan untuk kemungkinan jika terjadi lontaran material vulkanik saat terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya," imbuhnya.

Masyarakat juga diminta agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

Selain itu kegiatan penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III juga tetap direkomendasikan untuk dihentikan sementara waktu.

Ditambah dengan imbauan kepada pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak dalam kondisi saat ini.

Perlu diketahui juga hingga saat ini, BPPTKG masih menetapkan status Gunung Merapi pada Siaga (Level III). Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.

Load More