Scroll untuk membaca artikel
Risna Halidi
Kamis, 28 Oktober 2021 | 18:40 WIB
Masjid Agung Demak, akhir abad ke-19 bagian dari peninggalan Kerajaan Demak (Tropenmuseum)

SuaraJogja.id - Kerajaan Demak ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Kerajaan Demak merupakan salah satu kerajaan Islam yang cukup populer di kawasan Nusantara.

Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan ini berdiri pada akhir abad ke-15, tepatnya pada tahun 1481 Masehi. Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah.

Sebelumnya, Demak merupakan kadipaten yang tunduk pada Majapahit, yang pada akhirnya melepaskan diri dibawah Majapahit pada 1478 M.

Sementara itu Raden Patah merupakan anak Raja Majapahit terakhir. Raden Patah mendirikan kerajaan bersama seorang putri raja dari Tiongkok.

Baca Juga: Pemkot Bontang Bakal Bangun Istana Kesultanan Kutai di Guntung, Tujuannya?

Wali Songo. (Youtube Al-Buton)

Setelah Majapahit runtuh, dengan dukungan dari para bupati, Raden Patah mendirikan kerajaan Islam Demak dengan gelar Panembahan Jimbung Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.

Berdirinya Kerajaan Demak juga didukung oleh Wali Songo.

Kerajaan Demak bermula dari misi para mubaligh ketika mengislamkan jawa yang hingga kini dikenal dengan sebutan Wali Songo. Para Wali Songo memusatkan kegiatan di Demak. Selain itu Kota Demak juga dijadikan sentral segala sesuatu.

Berdirinya Kerajaan Demak ditandai dengan munculnya Condro Sengkolo “Sirno Ilang Kertaning Bumi”. Sinangkelan Kerajaan Demak yakni “Geni Mati Siniram Janmi”, yang bermakna tahun soko 1403 atau 1481 M.

Saat berkunjung ke Glagah Wangi, Raden Fatah menemui Nyai Lembah yang berasal dari Rawa Pening.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Mandi Safar di Kampung Terih, Ada Sejak Kerajaan Lingga di Kepri

Setelah mendapatkan saran dari Nyai Lembah, Raden Patah bermukim di Desa Glagah Wangi yang saat ini dikenal dengan sebutan “Bintoro Demak”. Bintoro ini menjadi ibu kota Kerajaan Demak.

Berdasarkan kajian dan penelitian, ada beberapa pendapat yang menyatakan tentang letak Kesultanan atau Istana Demak, yakni:

1. Bekas Kesultanan Demak tidak ada. Pendirian masjid Demak bersama Walisongo merupakan lambang  kesultanan Demak. Sementara itu, kediaman Raden Patah tidak berwujud megah, namun hanya rumah biasa yang lokasinya diperkirakan di sekitar stasiun kereta Api, atau yang dinamakan Rowobatok.

2. Pada umumnya, lokasi masjid tidak jauh dari istana. Diperkirakan, lokasi keraton Demak berada di lokasi yang saat ini berdiri Lembaga Pemasyarakatan (timur alun-alun). Diduga pada zaman penjajahan ada unsur kesengajaan untuk menghilangkan bekas keraton. Sebab di daerah itu ada nama perkampungan yang memiliki nilai historis, seperti Betengan, Samoangan, Jogoloyo dan lain-lain.

3. Letak Keraton Demak berhadap-hadapan dengan masjid Demak, menyebrangi sungai dengan ditandai adanya dua pohon pinang. Pohon itu masih ada dan diantara pohon itu ada makam Kiai Gunduk.

Kesultanan Demak berperan penting dalam jatuhnya Majapahit dan penyebaran Islam di Jawa. Masa kejayaan Kesultanan Demak berada di bawah pemerintahan Sultan Trenggono, adik dari Adipati Unus. Masa kepemimpinannya berlangsung 1521 hingga 1546.

Di bawah kepemimpinan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mampu menaklukkan atau menguasai wilayah Sunda Kelapa, Madiun, Tuban, Surabaya, Malang dan Blambangan.

Sultan Trenggono gugur setelah pertempuran menaklukkan Pasuruan pad 1946. Ia digantikan oleh Sunan Prawoto.

Kekacauan atau kemunduran Kerajaan Demak mulai terjadi setelah Trenggono gugur dalam peperangan melawan Panarukan pada 1546.

Setelah itu sejumlah calon raja bertikai, antara Sunan Prawoto dengan Arya Panangsang. Sunan Prawoto membunuh adik tiri  Sultan Trenggono.

Di sisi lain, Arya panangsang mendapatkan dukungan Sunan Kudus untuk merebut Kerajaan Demak.

Arya Panangsang mengirimkan Rangkud, untuk membalas kematian ayahnya pada 1547. Perang perebutan tahta berakhir setelah Arya Panangsang dibunuh oleh Joko Tingkir, Adipati Pajang. Kemudian Joko Tingkir memindahkan kekuasaan Demak ke Pajang dan kerajaan itu diberi nama Kesultanan Pajang.

Adapun raja-raja yang pernah Memimpin Kerajaan Demak yakni:

  1.  Raden Patah (1500-1518)
  2. Pati Unus (1518-1521)
  3. Sultan Trenggono (1521-1546)

Sementara itu bukti peninggalan Kerajaan Demak yang hingga kini masih ada yakni:

1. Masjid Agung Demak
Masjid ini didirikan oleh Walisongo pada 1479, hingga kini masih berdiri kokoh meski sudah beberapa kali direnovasi. Bangunan ini menjadi bukti sejarah kerajaan Demak dan menjadi pusat pengajaran dan penyebaran Islam di Jawa.

2. Pintu Bledek
Dalam bahasa Indonesia, bledek artinya petir. Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo pada 1466. Pintu ini menjadi pintu utama Masjid Agung Demak. Diberi nama bledek karena dibuat dari petir yang menyambar. Pintu ini sekarang berada di museum.

3. Soko Tatal dan Soko Guru
Soko guru merupakan tiang berdiameter mencapai 1 meter yang berfungsi sebagai penyangga tegak dan kokohnya bangunan Masjid Agung Demak. Soko dibuat oleh Sunan Kalijaga.

Ia diperintahkan membuat semua tiang sendiri. Namun saat baru membuat tiga buah tiang setelah masjid siap berdiri. Sunan Kalijaga dengan terpaksa menyambungkan semua tatal atau potongan kayu sisa pembuatan tiga soko guru.

Dengan kekuatan spiritual, ia mengubahnya menjadi soko tatal atau soko guru yang terbuat dari tatal.

4. Bedug dan Kentongan
Bedug dan kentongan itu kini berada di Masjid Agung Demak.

5. Situs Kolam Wudhu
Tempat ini ada seiring berdirinya masjid Agung Demak. Namun saat ini kolam wudhu itu sudah tidak lagi digunakan.

6. Dampar Kencana
Dampar kencana merupakan singgasana para sultan yang dialih fungsikan sebagai mimbar khutbah Masjid Agung Demak.

7. Piring Campa
Piring yang jumlahnya ada 65 buah ini merupakan pemberian seorang putri dari Campa yang merupakan ibu Raden Patah. Sebagian piring dipasang di dinding masjid dan tempat imam.

Kontributor : Muhammad Aris Munandar

Load More