Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW
Rabu, 08 Desember 2021 | 21:07 WIB
Ilustrasi pekerjaan fisik perbaikan saluran air hujan di Kota Yogyakarta - (ANTARA/Eka AR)

SuaraJogja.id - Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kota Yogyakarta berupaya mengantisipasi terjadinya banjir di titik rawan yang ada di Kota Pelajar. Pihaknya memperbaiki Saluran Air Hujan (SAH) untuk meminimalisasi terjadinya banjir.

Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) dan Drainase, DPUPKP Kota Yogyakarta, Umi Akhsanti mengatakan perbaikan beberapa SAH tersebut belum sepenuhnya mengatasi banjir di Jogja. Ia menyebut, setidaknya langkah itu dapat mengurangi genangan air.

"Langkah-langkah ini belum bisa menyelesaikan permasalahan banjir. Baru mengurangi sedikit, sebenarnya," kata Umi dihubungi wartawan, Rabu (8/12/2021).

Umi mengatakan salah satu perbaikan SAH yang sudah dilakukan yakni di Jalan Dr Wahidin Sudirohusodo, Kotabaru. Perbaikan yang dilakukan adalah penggantian box culvert pada SAH lama yang sebelumnya rusak.

Baca Juga: Curah Hujan Tinggi, Petani Bawang di Galung Paara Curhat Terpaksa Tunda Penanaman

Menurutnya hal itu dianggap menghambat saluran air yang mengalir menjadi tidak lancar. Imbasnya air menggenang ke jalan.

"Nah di situ sudah banjir, karena memang salurannya lama dan sudah banyak yang rusak sehingga tertutup salurannya dan alirannya menjadi tidak lancar. Kemarin sudah diganti dengan box (culvert)," ujarnya.

Selain di Jalan Dr Wahidin, kata Umi perbaikan titik rawan saat banjir pada saluran air hujan juga dilakukan di Terban, Kotabaru. Ditargetkan sebelum pergantian tahun 2022, perbaikan ini sudah selesai.

"Karena (menggunakan) anggaran perubahan, sehingga mulainya juga sudah akhir tahun. Iya, akhir tahun ini kami targetkan selesai," ujar dia.

Selain perbaikan SAH, antisipasi lain juga dilakukan. Di antaranya pemeliharaan rutin dengan membersihkan lumpur atau endapan pada SAH, khususnya di Sumur Peresapan Air Hujan (SPAH).

Baca Juga: Fly Over Taman Cibodas Tergenang, Begini Penanganan DLH dan Trantib Cibodas

Namun demikian, secara sistem menyeluruh, upaya-upaya tersebut diklaim belum bisa mengatasi banjir yang terjadi di Kota Jogja.

"Upaya-upaya ini baru bisa mengurangi banjir di spot-spot yang diperbaiki, belum bisa secara sistemnya. Jadi belum bisa menghilangkan banjir, karena memang biayanya cukup besar harus menata drainase di seluruh kota," jelasnya.

DPUPKP juga menambah jumlah SPAH pada drainase. Saat ini terdapat penambahan baru di Jalan Pamuarsih, Kemantren Wirobrajan. Terdapat 30 titik SPAH yang ditambahkan dalam satu ruas jalan dengan ukuran diameter 90 cm dengan kedalaman antara 3-4 meter, serta jarak sekitar 10-15 meter.

Ruas jalan ini juga kerap timbul genangan air saat terjadi hujan lebat. Terlebih lagi, pada jalan tersebut hanya berupa saluran kecil yang belum dilengkapi dengan sumur resapan.

"Jadi kalau hujan cukup sedang air bisa masuk ke sumur itu. Dan itu juga sebagai konservasi air tanah kita," terangnya.

Dikatakan Umi, hampir seluruh saluran drainase di Kota Jogja sudah ditambahkan sumur resapan mulai tahun 2012. Hal itu berfungsi sebagai tempat menampung hingga air hujan ke dalam tanah. Itu untuk mempertahankan aliran permukaan sehingga dapat mencegah banjir sekaligus meningkatkan tinggi permukaan air tanah.

"Tapi masyarakat juga tetap waspada karena kalau curah hujannya tinggi banjir masih tetap terjadi," ungkapnya.

Umi meminta masyarakat yang tinggal di perkampungan untuk tetap waspada. Pasalnya drainase warga berdekatan dengan aliran sungai kecil, seperti Sungai Manunggal dan Sungai Belik di Klitren, dimana saat curah hujan tinggi, berpotensi banjir.

"Itu sungainya mesti menyempit karena sudah banyak rumah, memang perlu waspada. Disitu juga sudah langganan banjir, tapi kami memang belum menuntaskan baru mengurangi karena memang kompleks sekali," kata dia.

Load More