Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW
Rabu, 08 Desember 2021 | 21:07 WIB
Ilustrasi pekerjaan fisik perbaikan saluran air hujan di Kota Yogyakarta - (ANTARA/Eka AR)

"Upaya-upaya ini baru bisa mengurangi banjir di spot-spot yang diperbaiki, belum bisa secara sistemnya. Jadi belum bisa menghilangkan banjir, karena memang biayanya cukup besar harus menata drainase di seluruh kota," jelasnya.

DPUPKP juga menambah jumlah SPAH pada drainase. Saat ini terdapat penambahan baru di Jalan Pamuarsih, Kemantren Wirobrajan. Terdapat 30 titik SPAH yang ditambahkan dalam satu ruas jalan dengan ukuran diameter 90 cm dengan kedalaman antara 3-4 meter, serta jarak sekitar 10-15 meter.

Ruas jalan ini juga kerap timbul genangan air saat terjadi hujan lebat. Terlebih lagi, pada jalan tersebut hanya berupa saluran kecil yang belum dilengkapi dengan sumur resapan.

"Jadi kalau hujan cukup sedang air bisa masuk ke sumur itu. Dan itu juga sebagai konservasi air tanah kita," terangnya.

Baca Juga: Curah Hujan Tinggi, Petani Bawang di Galung Paara Curhat Terpaksa Tunda Penanaman

Dikatakan Umi, hampir seluruh saluran drainase di Kota Jogja sudah ditambahkan sumur resapan mulai tahun 2012. Hal itu berfungsi sebagai tempat menampung hingga air hujan ke dalam tanah. Itu untuk mempertahankan aliran permukaan sehingga dapat mencegah banjir sekaligus meningkatkan tinggi permukaan air tanah.

"Tapi masyarakat juga tetap waspada karena kalau curah hujannya tinggi banjir masih tetap terjadi," ungkapnya.

Umi meminta masyarakat yang tinggal di perkampungan untuk tetap waspada. Pasalnya drainase warga berdekatan dengan aliran sungai kecil, seperti Sungai Manunggal dan Sungai Belik di Klitren, dimana saat curah hujan tinggi, berpotensi banjir.

"Itu sungainya mesti menyempit karena sudah banyak rumah, memang perlu waspada. Disitu juga sudah langganan banjir, tapi kami memang belum menuntaskan baru mengurangi karena memang kompleks sekali," kata dia.

Baca Juga: Fly Over Taman Cibodas Tergenang, Begini Penanganan DLH dan Trantib Cibodas

Load More