SuaraJogja.id - Keresahan selalu muncul setiap kali Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan ditutup. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta pun berharap, penutupan kali ini tidak dilakukan lebih dari tiga hari.
Sebab, depo sampah di kota tersebut hanya mampu menampung sampah hingga maksimal tiga hari tanpa dibuang ke pembuangan akhir.
“Informasi awal yang kami terima, penutupan memang hanya akan dilakukan hari ini saja. Mudah-mudahan tidak ada perpanjangan penutupan,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Ahmad Haryoko di Yogyakarta, Jumat.
Berdasarkan informasi, lanjut dia, penutupan TPA Piyungan dilakukan karena kondisi dermaga atau tempat menurunkan sampah sudah semakin sempit dan dibutuhkan tanah untuk menguruk tumpukan sampah agar alat berat tidak tergelincir.
Baca Juga: TPST Piyungan Kembali Ditutup, 2023 Diprediksi Tak Mampu Lagi Tampung Sampah
“Jika kebutuhan tanah uruk tidak bisa dipenuhi hari ini, maka bisa saja ada perpanjangan penutupan,” katanya yang menyebut setiap truk harus mengantre sekitar empat jam untuk proses menurunkan sampah di TPA Piyungan.
Menurut dia, penutupan TPA Piyungan meski hanya dilakukan satu hari akan memberikan pengaruh yang cukup besar ke Kota Yogyakarta yang mengandalkan TPA tersebut sebagai satu-satunya lokasi pembuangan sampah.
Sejak Kamis (20/1), lanjut Haryoko, seluruh truk sampah milik DLH Kota Yogyakarta pun sudah dipenuhi dengan sampah tetapi tidak bisa melakukan aktivitas pembuangan ke TPA.
“Sampah di depo pun sudah menumpuk dengan ketinggian dua hingga tiga meter. Jika penutupan diperpanjang hingga tiga hari, maka dipastikan sampah akan luber sampai ke jalan,” katanya.
Jika terjadi luberan sampah, DLH Kota Yogyakarta membutuhkan waktu hingga sepekan untuk menormalkan kembali kondisi depo.
Baca Juga: Impian Jogja Capai Zero Waste, Wawali: Sampah Diolah Dulu, Setelah Itu Dibuang
Rata-rata sampah dari Kota Yogyakarta yang dibuang ke TPA Piyungan mencapai 270 ton per hari dan bisa meningkat hingga 300 ton per hari apabila hujan karena sampah menjadi lebih berat.
Sesuai target, Kota Yogyakarta diharapkan dapat menurunkan volume sampah hingga 30 persen pada 2025 dan untuk saat ini sudah mencapai sekitar 20 persen.
Di Kota Yogyakarta, sebagian besar sampah yang dihasilkan adalah sampah organik mencapai 60 persen dari total sampah.
“Pemilahan sampah organik dan anorganik sejak dari rumah tangga sangat penting dalam upaya penurunan volume sampah. Sampah organik bisa diolah menjadi kompos dan sampah anorganik biasanya sudah dikelola oleh pengepul,” katanya. [ANTARA]
Baca Juga
Komentar
Berita Terkait
-
Cerita Petugas Sampah di Transfer Depo Lempongsari: Kerap Kena Beling, Paku hingga Mata Pancing
-
Mengenal Sambal Pedas Terasi, Pengolahan Sampah Mandiri Balai Kota Yogyakarta
-
Dampak Air Lindi TPST Piyungan, Warga Mengeluh Sesak Napas
-
Akses TPST Piyungan Dibuka Setelah Tutup 5 Hari, Antrean Truk Mengular
-
Fakta-fakta Penutupan TPST Piyungan, Sampah sampai Menumpuk di Sejumlah Depo
Terpopuler
-
Bocah Cantik yang Viral Saat Ngamen Jadi Badut Diundang Talk Show TV, Tuai Pro dan Kontra
-
Sebut Orang Jogja Kampungan Lihat Kendaraan Plat B, Identitas Orang Ini Dibongkar Netizen
-
Elin Pengamen Cantik Viral Kini Dicap Sombong, Tuai Pro Kontra
-
Usai Berlebaran di Rumah, Mbok Yem Akhirnya Balik ke Puncak Lawu Ditandu Pendaki
-
Kakek Usia 69 Tahun Nikahi Gadis 19 Tahun Viral, Videonya Bikin Ngelus Dada
-
Main ke Rumah Soimah, Ayu Ting Ting: Kalau di Jakarta Dia Artis Besar, di Sini Jadi Tukang Pecel
-
Mutia Ayu Istri Glenn Fredly Berduka: Dua Kesayangan Aku Sudah Ada di Surga Bersama Tuhan
-
Iba Lihat Bocah Penjual Koran Hujan-hujanan, Aksi Sopir Bus Ini Banjir Pujian
-
Prilly Latuconsina Pamer Ketiak Mulus, Netizen: Mohon Maaf Mbak Manusia Apa Bidadari?