Sayang, relokasi yang rencananya akan dilaksanakan Februari 2022 mendatang membuatnya stress. Meski membuka jasa perbaikan AC dan mesin cuci, hasilnya tidak seberapa dan belum tentu bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.
Perjalanannya mengawal rekan pendorong gerobak lain, Kuat merasa pekerjaannya seperti dianaktirikan pemerintah. Sejak awal, tidak ada kejelasan nasib pendorong gerobak yang membantu PKL ketika membuka hingga menutup lapak jualan rencana relokasi itu.
Kuat Suparjono memotret bagaimana pendorong gerobak menjadi pekerjaan yang cukup menjanjikan di Malioboro. Pada tahun 1980-an, Kuat yang berusia 12 tahun acap kali melihat orang dewasa mengemasi barang dagangan PKL dengan besek yang ditutup kain terpal di sepanjang Jalan Malioboro.
"Awalnya kan barang jualan ditinggal oleh PKL di lokasi, lalu ada yang bekerja menjadi penjaga masing-masing gerobak itu. Saat akan jualan, yang berjaga ini yang membuka barang jualannya si pemilik gerobak tersebut," kisahnya.
Baca Juga: Puluhan PKL Malioboro Ngotot Penundaan Relokasi, Minta Keringanan Tunggu Setelah Lebaran
Tahun 1992, camat saat itu melarang gerobak PKL berada di Jalan Malioboro. Pukul 20.00 WIB, semua gerobak harus dibawa pulang. Rembug hingga diskusi dibahas antara pemangku wilayah dan juga PKL. Akhirnya disepakati bahwa gerobak harus disimpan dan penjaga gerobak beralih menjadi pendorong gerobak.
"Kenapa kami ngotot diperhatikan?, karena sejak awal PKL ini tidak lepas dari kami. Ketika PKL direlokasi, pemerintah seharusnya memandang kami juga," harapnya.
Berjuang agar nasib pendorong gerobak untuk bisa bekerja menemukan secercah harapan. Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengaku akan memberdayakan para pendorong ini untuk bekerja.
Namun ada persoalan lagi dari pemberdayaan yang direncanakan. Pedagang gerobak akan beralih menjadi penjaga toilet di lapak baru PKL Malioboro bernama Teras Malioboro. Tidak semua dari mereka bisa bertugas di sana.
Kuat menyebut ada sekitar 91 pendorong gerobak. Namun isu relokasi ini menyebabkan beberapa pendorong gerobak memilih hengkang dan pasrah dengan keadaan.
Baca Juga: Menunggu 18 Tahun, Sri Sultan Akhirnya Gelar Wilujengan Relokasi PKL Malioboro Besok
"Sejak awal saya meminta mereka mengumpulkan foto copy KTP. Namun sampai ada rapat terakhir di DPRD DIY itu hanya sebagian orang yang datang dan mengumpulkan. Jadi sekitar 60 orang saja saat ini," ujar dia.
Berita Terkait
-
Transmigrasi Era Baru: Bukan Lagi Sekadar Pindah Pulau! Ini 5 Pilar yang Mengubah Segalanya
-
Israel Sebarkan Hoax? Mesir Tegas soal Rekonstruksi Gaza, Tolak Relokasi Warga Palestina ke Sinai
-
Beda dengan Rano Karno, Pramono Tak Mau Bicara Relokasi Warga Korban Banjir: Takut Dikira Ngarang
-
Cek Fakta: Demo di Malioboro Februari 2025
-
Ultimatum Israel: Bebaskan Sandera atau Perang Baru di Gaza!
Tag
Terpopuler
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Kekayaan Menakjubkan Lucky Hakim, Bupati Indramayu yang Kena Sentil Dedi Mulyadi
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
- Bak Trio Ridho-Idzes-Hubner, Timnas Indonesia U-17 Punya 3 Bek Solid
Pilihan
-
Megawati dan Prabowo Subianto Akhirnya Bertemu, Begini Respon Jokowi
-
PM Malaysia Anwar Ibrahim Tegaskan ASEAN Solid dan Bersatu
-
Emas dan Bitcoin Banyak Diborong Imbas Ketegangan Perang Dagang AS vs China
-
Red Sparks Bangkit Dramatis, Paksa Set Penentuan di Final Liga Voli Korea 2024/2025
-
RESMI Lawan Manchester United di Malaysia, ASEAN All-Stars Bakal Dilatih Shin Tae-yong?
Terkini
-
Libur Lebaran di Sleman, Kunjungan Wisatawan Melonjak Drastis, Candi Prambanan Jadi Primadona
-
Zona Merah Antraks di Gunungkidul, Daging Ilegal Beredar? Waspada
-
Miris, Pasar Godean Baru Diresmikan Jokowi, Bupati Sleman Temukan Banyak Atap Bocor
-
Kawasan Malioboro Dikeluhkan Bau Pesing, Begini Respon Pemkot Kota Yogyakarta
-
Arus Balik Melandai, Tol Tamanmartani Resmi Ditutup, Polda DIY Imbau Pemudik Lakukan Ini