SuaraJogja.id - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) memaparkan hasil pemantauan dan penyelidikan atas kasus dugaan penyiksaan kepada warga binaan permasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Kelas IIA Yogyakarta atau kerap disebut juga Lapas Pakem. Setidaknya ada 13 temuan fakta dari lapangan yang dicatat dalam dugaan peristiwa tersebut.
Pemantau Aktivitas HAM Wahyu Pratama Tamba merinci, temuan kategori pertama adalah adanya perbedaan mendasar kondisi Lapas Pakem dalam tiga medio waktu, dimulai dari sebelum hingga pertengahan tahun 2020.
Saat itu peredaran narkoba dan penggunaan telpon seluler masih terjadi di dalam lapas, begitu juga di pertengahan tahun 2020, ketika pergantian struktur pejabat lapas serta upaya perbaikan dan pembersihan lapas.
"Di mana dalam kondisi perbaikan ini intensitas kekerasan menjadi meningkat," kata Tamba saat jumpa pers via daring, Senin (7/3/2022).
Lalu ketiga, pada akhir sampai pascatahun 2020 atau ketika ada pergantian struktur pejabat lapas di akhir tahun 2020. Kondisinya saat itu kehidupan di lapas menjadi lebih teratur, disiplin tetapi masih terjadi kekerasan dengan intensitas yang hampir sama dengan periode tahun 2020 sebelumnya tadi.
Temuan kedua terkait jangka waktu perbaikan Lapas yang dinilai sangat singkat dibarengi dengan intensitas kekerasan yang tinggi. Didapati upaya perbaikan itu hanya berlangsung dua sampai tiga bulan saja.
"Di mana dapat dilihat dari intensitas waktu, petugas Lapas melakukan operasi yang dilakukan dari pagi, siang, sampai malam hari," paparnya.
Lalu terkait dengan peredaran kunci. Tamba menyebut dalam upaya perbaikan kunci ditahan dulu dan ditempatkan di pintu penjaga utama (P2U) dengan tetap dimonitoring Kalapas.
Kendati demikian anak kunci sering tidak dikembalikan ke rumah dinas Kalapas. Anak kunci itu ditaruh di area P2U sehingga sering terjadi peminjaman atau istilah bon WBP dari blok tahanan.
Baca Juga: Komnas HAM Beberkan 5 Pelanggaran HAM dalam Kasus Penyiksaan WBP di Lapas Pakem
Keempat terkait tindakan penyiksaan, kekerasan dan perlakuan buruk merendahkan martabat yang dilakukan oleh petugas. Setidaknya Komnas HAM mencatat ada 9 tindakan penyiksaan kekerasan fisik.
"Di antaranya pemukulan baik menggunakan tangan kosong maupun menggunakan alat seperti selang, kabel, alat kelamin sapi atau kayu. Pencambukan menggunakan alat pecut dan penggaris, ditendang dan diinjak-injak dengan sepatu PDL dan lain-lain," ungkapnya.
Sedangkan untuk tindakan perlakuan buruk merendahkan martabat tercatat ada 8 bentuk. Di antaranya WBP diminta memakan muntahan makanan, diminta meminum dan mencuci muka dengan air seni.
Kelima ada waktu terjadinya penyiksaan yang terjadi pada saa WBP baru masuk lapas pertama kali dalam kurun waktu 1-2 hari. Lalu pada masa pengenalan lingkungan (mapenaling) dan saat melakukan pelanggaran.
Keenam, kata Tamba, tercatat setidaknya ada 13 alat yang digunakan dalam penyiksaan seperti yang telah disebutkan tadi. Ketujuh mengenai lokasi penyiksaan di dalam lapas yang tercatat oleh Komnas HAM setidaknya dilakukan di 16 titik, mulai dari branggang (tempat pemeriksaan pertama saat WBP baru masuk lapas) hingga kolam ikan lele.
"Temuan kedelapan konteks terjadinya penyiksaan dalam melalukan penindakan petugas melakukan kekerasan sebagai bentuk pembinaan dan pendisiplinan terhadap WBP. Selain juga bertujuan untuk menurunkan mental WBP," bebernya.
Berita Terkait
-
Komnas HAM Beberkan 5 Pelanggaran HAM dalam Kasus Penyiksaan WBP di Lapas Pakem
-
Selidiki Dugaan Penyiksaan di Lapas Pakem, Komnas HAM Temukan Berbagai Pelanggaran
-
Kasus Suap Bupati Terbit Rencana, KPK Panggil Pejabat Langkat Salah Satunya Plt Sekda PUPR Langkat
-
Komnas HAM Beberkan Fakta Praktik Kerja Paksa dan Perbudakan di Kerangkeng Terbit
-
Periksa Eks Penghuni Kerangkeng Bupati Langkat, Puspomad TNI Usut Dugaan Keterlibatan Prajurit dari Data Komnas HAM
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
-
Pengguna PLTS Atap Meningkat 18 Kali Lipat, PLN Buka Kouta Baru untuk 2026
-
Bank Dunia Ingatkan Menkeu Purbaya: Defisit 2027 Nyaris Sentuh Batas Bahaya 3%
Terkini
-
Sudarsono KH, Salah Satu Pendiri PSS Sleman Tutup Usia
-
5 Armada Bus Jakarta-Jogja Murah Meriah untuk Libur Sekolah Akhir Tahun 2025
-
Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
-
Waspada Macet Total! Malioboro Tak Ditutup untuk Full Pedestrian saat Tahun Baru
-
Libur Nataru ke Sleman? Ini Sederet Event Natal dan Tahun Baru yang Bisa Dicoba