SuaraJogja.id - Bulan Ramadhan menjadi momen masyarakat memanfaatkan waktu untuk menghasilkan cuan. Banyak makanan khas yang dijual pada bulan penuh berkah ini, seperti camilan Kicak.
Camilan berupa campuran parutan kelapa muda, jadah, nangka dan tambahan vanili ini kerap muncul hanya saat Ramadhan saja. Warung makan Mbah Wono yang terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Ngupasan, Kemantren Gondomanan, Kota Jogja salah satunya yang masih memproduksi makanan khas Jogja itu.
Pengelola Warung Mbah Wono, Retno Budiwati menerangkan sejauh ini camilan Kicak masih ditemukan di Jogja. Namun jumlah orang yang memproduksi semakin sedikit.
"Kalau di Jogja ini kan Kicak lebih dikenal ada di Kampung Kauman. Nah sampai sekarang kami yang masih produksi," kata Retno ditemui wartawan di rumah produksinya nomor 65 RT 35/ RW 10, Kelurahan Ngupasan, Gondomanan, Kota Jogja, Rabu (13/4/2022).
Baca Juga: Masjid Kauman Semarang Dipadati Ratusan Jemaah Setiap Ramadhan yang Mengikuti Semaan Alquran
Retno mengaku bahwa selama ini warga masyarakat menjual Kicak saat menjelang berbuka puasa. Terlebih lagi dengan adanya Pasar Sore di sepanjang Jalan Kauman, tak jarang orang yang melintas menyempatkan diri membeli Kicak.
"Sayang selama pandemi Covid-19 itu kan tidak ada Pasar Sore. Jadi penjual juga tidak mendapat hasil dari even itu. Padahal dulu banyak yang produksi, termasuk ibu saya (Mbah Wono)," katanya.
Retno tak mengetahui pasti kapan orang tuanya memulai membuat Kicak yang saat ini dihargai Rp5 ribu per bungkusnya. Namun setelah kepergian ibundanya, Retno meneruskan produksi Kicak itu sekitar 2015 lalu.
Retno mengaku tinggal dari luar kota dan datang ke Jogja untuk menemani ibunya yang sedang sakit. Ketika wafat 2015 lalu, ilmu membuat Kicak tersebut dilanjutkan Retno.
"Ini sudah turun temurun, jadi mungkin generasi ketiga ya. Saya tidak punya anak dan harusnya ilmu Kicak ini turun ke cucu keluarga kami," kata dia.
Baca Juga: Gelar Tarawih Pertama, Masjid Gedhe Kauman Buat Sekat Antara Warga dan Jemaah Luar
Perkembangan zaman menuju dunia teknologi kata Retno menjadi faktor generasi muda memilih bekerja dengan berbagai fasilitas yang mudah. Ia mengaku ketika dirinya tiada, ilmu membuat Kicak tidak akan bertahan lagi.
"Yang bisa membuat itu saya dan satu bawahan ibu saya. Ketika kami tiada ya tidak jualan lagi. Cucu dari keluarga kami juga memilih kerja di kantor. Yang berjualan seperti ini belum ada," kata dia.
Retno masih ingin kudapan manis ini bertahan terus meski zaman berganti. Makanan ringan yang sudah menjadi khas di Kauman terutama Jogja itu harus tetap dilestarikan.
"Yang jelas kita semua berharap ini bisa diteruskan ke depan. Saat ini saya masih kuat dan terus berjualan dulu saja," katanya.
Dalam sehari, selama pandemi Covid-19 ini Retno hanya memproduksi sebanyak 6 kilogram. Jumlah itu menurun seiring sebaran Covid-19 yang marak terjadi dua tahun lalu.
"Kalau sebelum pandemi kan bisa sampai 10 kilogram. Sekarang berkurang karena tidak dijual di Pasar Sore," kata wanita 63 tahun itu.
Meski tak ada Pasar Sore atau Pasar Tiban yang menjual takjil untuk berbuka puasa, dirinya tetap menerima pesanan. Biasanya pembeli adalah pelanggan yang sudah biasa membeli ketika ada Pasar Tiban.
Hasil penjualan Kicak saat ini tentu menurun. Namun bagi Retno kudapan yang sudah menjadi kekhasan Kauman ini akan tetap dia lestarikan.
"Ini terus kami jual karena banyak warga luar Kota Jogja yang biasa memesan. Bahkan kami juga mengirim ke Jakarta. Dijual saat Ramadhan memang sudah khas. Maka dari itu selama masih punya tenaga, saya tetap menjual," kata dia.
Berita Terkait
-
Kronologi 'Nyuwun Sewu' Keraton Jogja Gugat PT KAI Seribu Perak
-
3 Supersub Timnas Indonesia yang Bisa Jadi Pembeda Lawan Jepang, No.1 Pernah Permalukan Samurai Biru
-
Candi Sojiwan, Candi Bercorak Buddha yang Tersembunyi di Prambanan
-
Makna Nuwun Sewu dan Kaitannya dengan Denda Rp1000 Keraton Jogja untuk PT KAI
-
Bayar Utang Puasa Sebelum Ramadhan 2025 Datang, Jangan Lalai!
Terpopuler
- Harta Kekayaan Roy Suryo yang Dituduh sebagai Pemilik Akun Fufufafa
- TikToker Intan Srinita Minta Maaf Usai Sebut Roy Suryo Pemilik Fufufafa, Netizen: Tetap Proses Hukum!
- Beda Respons Ariel NOAH dan Raffi Ahmad Kunjungi Patung Yesus Sibea-bea
- Reaksi Tajam Lex Wu usai Ivan Sugianto Nangis Minta Maaf Gegara Paksa Siswa SMA Menggonggong
- Innalillahi, Elkan Baggott Bawa Kabar Buruk Lagi H-1 Timnas Indonesia vs Jepang
Pilihan
-
Penyerangan Brutal di Muara Komam: Dua Korban Dibacok, Satu Tewas di Tempat
-
Kata Irfan Setiaputra Usai Dicopot Erick Thohir dari Dirut Garuda Indonesia
-
5 Rekomendasi HP Rp 6 Jutaan Spek Gahar, Terbaik November 2024
-
Lion Air Bikin Aturan Baru Mulai 1 Desember: Bawa Kardus Besar, Siap-Siap Rogoh Kocek Lebih Dalam!
-
Emiten Leasing Boy Thohir PHK Ribuan Pekerja dan Tutup Kantor
Terkini
-
Warga Cerme Kulon Progo Kembangkan Biofarmaka Jadi Produk Herbal
-
Jogja Uji Coba Program Makan Siang Gratis, Mahasiswa Perhotelan Siap Diterjunkan ke Sekolah
-
Masih Ada Bangunan Masjid Berdiri di Area Proyek Tol Jogja-Solo-YIA, Begini Penjelasan Kontraktor
-
Penemuan Mayat di Ring Road Kentungan Sleman Ternyata Korban Tabrak Lari, Polisi Amankan Dua Pelaku
-
Amankan Lima Terduga Pelaku Pembacokan di Jambusari, Polisi Pastikan Sleman Tetap Kondusif