SuaraJogja.id - Semua pasar hewan di Gunungkidul ditutup oleh pemerintah menyusul ditemukannya hewan ternak yang terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Hal ini membuat pedagang hewan ternak kebingungan menjual dan membeli barang dagangannya.
Kamis (2/6/2022) pagi, puluhan pedagang terlihat datang ke Pasar Siyonoharjo, salah satu pasar hewan terbesar di wilayah ini. Kamis (2/6/2022) kebetulan bertepatan dengan hari pasaran Wage (kalender Jawa) di mana bertepatan dengan jadwal pasar Siyonoharjo buka.
Karena pasar ditutup, para pedagang akhirnya nekat menurunkan hewan ternak mereka di luar pagar pasar tersebut. Kerumunan pedagang dan pembeli terlihat mulai muncul karena mereka kemudian melakukan transaksi di luar pagar tersebut.
Selang beberapa saat kemudian Dinas Perdagangan, Dinas Peternakan dikawal oleh belasan polisi mendatangi kerumunan pedagang tersebut. Mereka meminta pedagang dan pembeli untuk kembali ke rumah serta membawa dagangannya.
Wagiyarto, pedagang asal Playen mengaku kecewa dengan penutupan pasar hewan tersebut. Karena akan menyulitkan pedagang dan calon pembeli hewan ternak. Mereka tidak bisa berjualan dan tidak bisa membeli hewan ternak.
"Saat ini masa panen kami. Kalau ditutup bagaimana,"ujar dia, Kamis.
Wagiyarto mengaku sebenarnya sudah mengetahui jika pasar hewan ditutup. Namun ia tetap nekat datang ke pasar karena ingin mencoba peruntungan berjualan di luar pagar pasar.
Ia beranggapan jika berjualan di dalam pasar dilarang maka ia akan menggelar dagangannya di luar pasar. Dengan harapan diperkenankan oleh petugas Dinas Perdagangan dan Dinas Peternakan.
"Ternyata malah dibubarkan. Ada polisi segala,"ujar dia.
Ia sebenarnya cukup kecewa harus membawa kembali kambingnya ke rumah. Ia mengaku rugi karena harus mengeluarkan ongkos untuk mengangkut kambing-kambing tersebut. Namun ia pasrah, karena hanya orang kecil yang tidak bisa berbuat apa-apa.
Bagong salah satu pedagang hewan ternak (blantik) di pasar Siyonoharjo mengaku bingung dengan kebijakan penutupan tersebut. Karena mereka kesulitan menjual dagangan yang sudah terlanjur memiliki hewan.
"Kalau ditutup kami rugi, padahal dagangan itu barang hidup. Butuh diberi makan,"papar dia, Kamis.
Mereka juga harus menanggung biaya pakan sehari-hari agar hewan ternak yang ada bisa tetap terjaga berat badannya. Dia sendiri mengaku harus mengeluarkan biaya pakan sehari rata-rata Rp 50 ribu perekor sapi.
Di samping tidak bisa menjual barang dagangannya, mereka juga kesulitan memenuhi pesanan. Ia sendiri sudah mendapat pesanan dari Bandung sebanyak 1 rit truk Fuso yang diperkirakan mencapai 70-80 sapi dan ratusan kambing.
Sebenarnya saat ini ia sudah mendapat sekitar 15 ekor sapi namun sapi tersebut tidak bisa keluar. Mereka harus menjalani karantina terlebih dahulu selama 2 minggu. Sehingga ia harus menyewa kandang untuk karantina dan mengeluarkan biaya ekstra untuk pakan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
Tak Mau Ceplas-ceplos Lagi! Menkeu Purbaya: Nanti Saya Dimarahin!
-
H-6 Kick Off: Ini Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17 2025
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
Terkini
-
Tak Ada Bukti Nikmati Rp1 Pun, Tim Hukum Mantan Bupati Sleman Sayangkan Penahanan Sri Purnomo
-
Momentum Pasar Godean Bangkit: Setelah Direvitalisasi Total, Pedagang Optimis Tatap Masa Depan
-
Sinyal Kuat Kejari: Sri Purnomo Tak Sendiri, Jaringan Korupsi Dana Hibah Sleman Dibongkar
-
Miris! 7.100 Warga Penerima Bansos di Jogja Terindikasi Terjerat Judol
-
Deadline Proyek di Gunungkidul Dikejar: DPRD Tak Ingin Hujan Jadi Alasan