Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Selasa, 05 Juli 2022 | 19:09 WIB
Situasi wilayah Babarsari setelah perusakan oleh sekolompok massa, Senin (4/7/2022). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Sudah berputar-putar, nyatanya ia kemudian justru terhenti di area tempat kejadian perkara. Sempat melihat sejumlah massa membawa perlengkapan baku hantam. Tak pakai waktu lama, ia langsung putar balik cari jalan lainnya.

"Sebetulnya jadi terbiasa [melihat bentrok massa], tapi tidak mau membiasakan. Kesannya kok malah orang-orang di Jogja lainnya yang harus membiasakan kebiasaan itu," ungkapnya.

Marah dan gregetan, dua perasaan yang mewakili benak Bella. Karena peristiwa pertikaian berujung kerusuhan jelas merugikan banyak pihak.

"Mana di jam-jam masih pulang sekolah, pulang ngampus, jam makan siang. Jadi terganggu semuanya. Sudah gitu merusak fasilitas-fasilitas orang yang jualan," sebutnya.

Baca Juga: Bersih-bersih Lokasi Kerusuhan di Babarsari, Polisi bersama Warga Temukan 9 Jeriken Berisi Miras

"Kayak gitu aku juga enggak tahu ya mereka mikirin atau enggak. Do they also pay for it and help buat beresin kegaduhan yang sudah dibuat?," ungkapnya.

Bella melihat, sehabis kegaduhan justru pihak-pihak seperti Polisi, Damkar dan lainnya yang harus membersihkan dan menyudahi apa yang sudah dimulai.

Namun Bella tak kehilangan apresiasi terhadap Babarsari. Babarsari adalah daerah pendidikan. Sekitar 10 kampus bertengger di Babarsari, begitu juga Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Atas. Satu lagi, Babarsari-Seturan merupakan pusat jajanan terlengkap di Jogja.

"F n B centered, everything in a blink of an eye daerah Babarsari-Seturan," tambahnya.

Harus Ada Tindakan Tegas

Baca Juga: Jadi Korban Pengeroyokan Saat Kerusuhan di Babarsari, Anak Pengacara Buat Laporan ke Polda DIY

Terpisah, Via, warga Bantul yang menghuni sebuah indekos di Jalan Perumnas, Seturan mengungkapkan sekitar setahun tinggal di kawasan Babarsari sedikitnya melihat dua kali peristiwa mencekam bentrok antarkelompok.

Load More