SuaraJogja.id - Saat COVID-19 mulai muncul di Indonesia pada awal 2020 lalu, UGM sempat mengembangkan GeNose C19 untuk mendeteksi virus tersebut. Banyak instansi, baik pemerintah maupun swasta yang membeli alat tersebut untuk digunakan mendeteksi virus.
Namun seiring menurunnya kasus COVID-19 dan gencarnya vaksinasi, alat tersebut tak lagi banyak digunakan. Apalagi syarat perjalanan tak lagi menggunakan tes swab antigen maupun PCR bagi yang sudah mengikuti vaksin dosis ketiga.
Bahkan saat ini GeNose banyak ditawarkan di marketplace dengan harga jauh dari harga jualnya. Padahal satu alat ini dijual UGM dengan harga diatas Rp 40 juta untuk satu unit alat.
Tim GeNose C19 UGM sendiri saat ini sudah menghentikan produksi alat deteksi tersebut. UGM sejak peluncuran alat ini diketahui sudah menjual lebih dari 4.000 GeNose C19.
Baca Juga: Joko Anwar Disebut Ingin Buat Film Pengabdi Sambo, Mahasiswa KKN UGM Diantar Sekampung ke Bandara
Namun alih-alih dijual, tim GeNose C19 UGM memberikan solusinya. Agar tidak mubazir, GeNose bisa dialihfungsikan untuk mendeteksi penyakit lainnya.
"Kami mencoba memfungsialisasi fungsi genose ini untuk dijadikan alat diagnostik yang lain, daripada dijual di place market, tinggal update software, maka bisa digunakan untuk deteksi yang lain," ujar inventor GeNose C19, Kuwat Triyana di UGM, Senin (22/08/2022).
Menurut Kuwat, UGM tengah mengembangkan software GeNose C19 agar bisa mendeteksi virus lain bersama Kemendikbudristek dan BRIN. Sebut saja untuk mendeteksi virus kanker servis, nasofaring, tubercolosis, bakteri luka diabetes dan lain sebagainya.
Banyak fungsi GeNose kedepan yang bisa dikembangkan dengan alat deteksi yang sama. Hanya dengan pengembangan "otak" atau software yang diperbarui sesuai dengan penggunaannya untuk mendeteksi jenis virus.
"Harapannya nanti alat-alat yang sudah tersebar di masyarakat sampai ribuan ini bisa kita tawarkan untuk donasi, diserahkan ke puskesmas atau layanan kesehatan untuk mencover ke seluruh negeri," ungkapnya.
Baca Juga: KKN Usai, Mahasiswa UGM Ini Diantar Sekampung ke Bandara
Namun untuk dijadikan alat deteksi virus penyakit lain, lanjut Kuwat masih diperlukan penelitian lebih lanjut. Saat ini UGM baru memiliki data-data diagnotis awal yang masih perlu divalidasi.
Berita Terkait
-
UGM Bersiap Jelang Kuliah Tatap Muka Terkendali, Mahasiswa Bakal Dites GeNose Berkala
-
Rektor UGM Beberkan Perkembangan Terkini Genose, Target Perpanjang Izin Edar
-
Pengertian Tes Covid-19 PCR, Rapid Test Antigen, Antibodi, GeNose, Cara Kerja & Akurasinya
-
Genose Tak Berlaku Lagi di Stasiun, Ini Syarat Penumpang Kereta Selama PPKM Level 4
Terpopuler
- 8 Rekomendasi Mobil Bekas Murah Tipe MPV Mei 2025: 7-Seater Harga Mulai Rp30 Jutaan, Pajak Miring
- 3 Pihak Blak-blakan Beri Dukungan untuk Yuran Fernandes, Komdis PSSI Revisi Hukuman
- Rekomendasi 5 Mobil Bekas Murah Meriah untuk Ibu Muda yang Super Aktif! Mulai 65 Jutaan
- Olla Ramlan Resmi Umumkan Lepas Hijab: Pilihan Terbaik Bukan yang Bikin Kita Nyaman
- 10 Pemain Keturunan Bisa Dinaturalisasi Demi Timnas Indonesia Lolos Olimpiade 2028
Pilihan
-
Cerita Stefano Lilipaly Diminta Bela Timnas Indonesia: Saya Tidak Bisa
-
Rekomendasi HP Murah Rp1 Jutaan RAM 6 GB: Kamera 50 MP, Baterai Super Awet
-
Rumit! Ini Skenario Semen Padang, Barito Putera dan PSS Sleman Lolos Degradasi
-
Comeback Bela Timnas Indonesia, 10 Keunggulan Stefano Lilipaly
-
Harga Bitcoin Diramal Tembus USD 250.000, Robert Kiyosaki: Beli yang Banyak, Jangan Jual
Terkini
-
Kritik Suporter PSS ke Manajeman Viral, Bupati Sleman: Ya Harus segera Berbenah
-
BRI Dorong UMKM dan Energi Hijau dengan Prinsip ESG, Portofolio Rp796 T Hingga Akhir Kuartal I 2025
-
70 Persen SD di Sleman Memprihatinkan, Warisan Orde Baru Jadi Biang Kerok?
-
SDN Kledokan Ambruk: Sleman Gelontorkan Rp350 Juta, Rangka Atap Diganti Baja Ringan
-
Demokrasi Mahal? Golkar Usul Reformasi Sistem Pemilu ke Prabowo, Ini Alasannya