"Karena kan kenyataannya ini (air sungai) masih berbau, artinya masyarakat tidak tahu kalau berbau begitu tingkat berbahayanya sampai seperti apa. Artinya kan air yang keluar dari buangan itu tadi masih ada yang berbau. Semestinya sudah diolah oleh mereka perusahaan besar itu tapi sejauh mana efektifnya ya enggak tahu," terangnya.
Sumur Tercemar E-Coli
Disampaikan Ari, ada sekitar 200an warga yang tinggal di wilayahnya. Guna memenuhi kebutuhan air bersih itu mereka memanfaatkan berbagai sumber yang tersedia.
Ada yang sudah memasang PDAM secara mandiri, ada yang menggunakan satu sumur untuk beberapa warga serta ada yang memanfaatkan mata air di sekitar kampung mereka.
"Warga sini sebagian besar PDAM tapi memang kita punya mata air yang kami rasa bagus. Itu bisa kami pakai untuk cuci dan mandi," ucapnya.
Sedangkan untuk sumur sendiri hanya ada satu di wilayahnya. Sumur itu dibangun sekitar tahun 1984 silam dan masih terus digunakan hingga sekarang.
Namun, kata Ari, air sumur itu diketahui sudah tercemar oleh bakteri E-Coli. Hal itu diketahui beberapa tahun lalu saat dilakukan penelitian terkait kualitas air di sumur itu.
"Justru sumur yang ini agak jauh dari sini (sungai) ternyata sumur itu malah indikasinya bakteri E-Colinya tinggi. Sudah pernah diteliti, sudah lama sekali. Tapi sekarang masih kita pakai. Sumur hanya ada satu. Sisanya PDAM dan mata air," paparnya.
Ia menyebut sejauh ini pengalaman terkait pencemaran air sungai ke air yang digunakan masyarakat sangat minim. Praktis hanya air sumur tadi saja yang sudah pernah diteliti. Namun sisanya, secara fisik tak terlihat pencemaran itu.
Pencemaran paling parah dialami warga bantaran Sungai Code saat kejadian erupsi dahsyat Gunung Merapi tahun 2010 silam. Saat itu material erupsi sempat membanjiri Sungai Code hingga masuk ke beberapa sumber mata air sehingga tercemar.
Namun untuk banjir biasa, kata Ari, selama ini tak berpengaruh pada mata air yang ada di bantaran sungai tersebut. Mengingat saat ini masyarakat telah menyiasatinya dengan menaikan bangunan mata air itu.
Tak ada keluhan kesehatan
Disinggung tentang masalah kesehatan, Ari menegaskan selama ia menginjakkan kaki di kampung bantaran Sungai Code belum ada keluhan masyarakat terkait dengan kesehatan setelah mengonsumsi air di wilayahnya.
Ia menilai hal itu disebabkan oleh tubuh mereka yang adaptif atau sudah terbiasa. Sehingga warga pun tak begitu merasakan perubahan signifikan dalam kualitas air yang mereka gunakan sehari-hari.
"Mungkin karena sifat adaptif kami ya. Jadi kita sudah lebih terbiasa tidak terlalu menghiraukan atau tidak memperhatikan kalau kita keluhan karena air," tegasnya.
Berita Terkait
-
Air Mineral Juga Bisa Tercemar, Kenali Ciri-cirinya di Sini!
-
Tercemar Bakteri E-Coli Secara Merata, Bagaimana Dampaknya ke Ekosistem di Sungai Kota Jogja?
-
Sungai Oder Diduga Tercemar Limbah Beracun, Jerman dan Polandia Lakukan Penyelidikan
-
Beginilah Kondisi Air Sungai di Desa Margasari Purwakarta yang Tercemar TPA
-
Pejabat Ini Nekat Minum Air Sungai Tercemar Demi Pembuktian ke Masyarakat, Ujungnya Dilarikan ke Rumah Sakit
Terpopuler
- Selamat Datang Penyerang Keturunan Rp 15,6 Miliar untuk Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 5 Rekomendasi Mobil Tangguh Mulai Rp16 Jutaan: Tampilan Gagah dan Mesin Badak
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Tipe SUV Juni 2025: Harga di Bawah 80 Juta, Segini Pajaknya
- 36 Kode Redeem FF Max Terbaru 5 Juni: Klaim Ribuan Diamond dan Skin Senjata Apik
- 6 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Tranexamic Acid: Atasi Flek Hitam & Jaga Skin Barrier!
Pilihan
-
6 Skincare Aman untuk Anak Sekolahan, Harga Mulai Rp2 Ribuan Bikin Cantik Menawan
-
5 Rekomendasi Mobil Kabin Luas Muat 10 Orang, Cocok buat Liburan Keluarga Besar
-
Indonesia Jadi Tuan Rumah Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026, Apa Untungnya?
-
Daster Bukan Simbol Kemalasan: Membaca Ulang Makna Pakaian Perempuan
-
Daftar 5 Sepatu Olahraga Pilihan Dokter Tirta, Brand Lokal Kualitas Internasional
Terkini
-
Sinyal Hijau Mendagri: Pemda Boleh Gelar Acara di Hotel, Selamatkan Industri Pariwisata Sleman?
-
Jemaah Tak Dapat Tenda, Ketua PPIH Minta Maaf Ungkap Penyebab Calon Haji Terlantar di Arafah
-
Beda dari Tahun Lalu, Ini Alasan Grebeg Besar 2025 Yogyakarta Lebih Tertib dan Berkah
-
KPK Dapat Kekuatan Super Baru? Bergabung OECD, Bisa Sikat Korupsi Lintas Negara
-
Pemkab Sleman Pastikan Ketersediaan Hewan Kurban Terpenuhi, Ternak dari Luar Daerah jadi Opsi