Bila ingin menarik garis sejarah, kita perlu mengingat bahwa pada sekitar tahun 80-an, Jogja diwarnai dengan keberadaan 'gali' atau preman. Gali muncul karena pelakunya tak memiliki role model dan pendidikan yang baik di rumah.
Selanjutnya pada 1983 muncul Petrus, penembak misterius yang ditugaskan menumpas para gali tadi. Tujuannya, agar gali dan preman tak menjadi role model bagi anak-anak muda di masa itu, serta menjaga 'muka' aparat.
"Lalu pada 2000-an ada klitih. Jadi sejarah kekerasan itu berulang. Di Jogja, klitih yang sebetulnya jauh dari tindak kriminal, kemudian lewat dinamika psiko-sosial mengalami perluasan makna yang sifatnya peyoratif," sebutnya.
Sosiolog Kriminalitas Universitas Gadjah Mada Suprapto mengungkap, kendati melakukan kejahatan jalanan, remaja yang disebut pelaku klitih diketahui memiliki sejumlah kesepakatan. Misalnya tidak menyerang orang tua, tidak menyerang perempuan, tidak akan menyerang lelaki dan perempuan yang berboncengan.
Baca Juga: Diduga Pelaku Klitih, 2 Remaja Digelandang ke Mapolsek Ngaglik
"Kalau ada driver ojol diserang, ada perempuan diserang di jalanan, itu bukan mereka [remaja klitih]," imbuhnya.
Pelaku kejahatan jalanan usia remaja ini juga memiliki struktur sosial dalam geng mereka. Misalnya saja pertama, geng pelaku murni beranggotakan kakak kelas, ketua, wakil ketua dan anggota. Kedua, Geng pelajar plus: ada anggota, kakak kelas, alumni.
"Alumni ini mereka berperan brain washer, memberikan pengertian yang salah bagi anggota mengenai solidaritas yang salah. Yaitu solidaritas saat melakukan kejahatan jalanan," ungkap dia.
Ketiga, ada yang disebut geng pelajar plus-plus. Keanggotaannya terdiri dari kakak kelas, anggota, alumni dan pihak eksternal di dalamnya. Eksternal yang dimaksud adalah preman atau orang di luar geng, namun berperan dalam tindakan geng mereka.
Kontributor : Uli Febriarni
Berita Terkait
-
Pasar Literasi Jogja 2025: Memupuk Literasi, Menyemai Budaya Membaca
-
7 Kampung Ngabuburit Populer di Jogja yang Harus Kamu Datangi di Akhir Pekan Ramadan
-
Terbaru! Daftar Harga Tiket Bus Jakarta-Jogja Lebaran 2025 Mulai Rp180 Ribuan
-
Dituduh Sastra Silalahi Kalah Judi Bola, Sosok Franky Kessek Bukan Fans Timnas Sembarangan
-
Daftar Lokasi Penitipan Kendaraan di Jogja Saat Mudik Lebaran 2025, Dijamin Aman
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- Baru Sekali Bela Timnas Indonesia, Dean James Dibidik Jawara Liga Champions
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Terungkap, Ini Alasan Ruben Onsu Rayakan Idul Fitri dengan "Keluarga" yang Tak Dikenal
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
Pilihan
-
Jadwal Timnas Indonesia U-17 vs Yaman, Link Live Streaming dan Prediksi Susunan Pemain
-
Minuman Berkemasan Plastik Berukuran Kurang dari 1 Liter Dilarang Diproduksi di Bali
-
Nova Arianto: Ada 'Resep Rahasia' STY Saat Timnas Indonesia U-17 Hajar Korea Selatan
-
Duh! Nova Arianto Punya Ketakutan Sebelum Susun Taktik Timnas Indonesia U-17 Hadapi Yaman
-
Bukan Inter Milan, Dua Klub Italia Ini Terdepan Dapatkan Jay Idzes
Terkini
-
Prabowo Didesak Rangkul Pengusaha, Tarif Trump 32 Persen Bisa Picu PHK Massal di Indonesia?
-
Viral, Mobil Digembosi di Jogja Dishub Bertindak Tegas, Ini Alasannya
-
Tanggapi Langkah Tarif Trump, Wali Kota Jogja: Kuatkan Produk Lokal!
-
Masa WFA ASN Diperpanjang, Pemkot Jogja Pastikan Tak Ganggu Pelayanan Masyarakat
-
Kurangi Kendaraan Pribadi Saat Arus Balik, Menhub Lepas 22 Bus Pemudik di Giwangan