SuaraJogja.id - Dua Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, dr. Antonio Morita Istani Saktiawati, Ph.D dan dr. Agnes Rosarina Prita Sari, M.Phil berhasil menjadi delegasi ilmuwan muda pada ajang 72nd Lindau Nobel Laurete Meeting pada 25-30 Juni 2023, di Jerman. Prestasi yang kembali ditorehkan FK-KMK UGM tersebut membawa nama akademisi Indonesia di kancah internasional.
Lindau Nobel Laurete Meeting merupakan penganugerahan peraih Nobel Lindau sekaligus pertemuan ilmuwan-ilmuwan muda dunia di bidang kedokteran. Ajang ini menggaet lebih dari 600 ilmuwan yang berdiskusi seputar penelitian kesehatan dunia. Morita, perwakilan Indonesia menjadi salah satu dari 45 ilmuwan yang terpilih untuk menjadi presentator penelitiannya. “Saya memberikan presentasi di Next Gen Science Session, 45 dari 635 young scientist yang dipilih untuk memberikan presentasi terkait riset mereka,” ucap Morita.
Riset berjudul “eNose-TB: A Trial Study Protocol of Electronic Nose for Tuberculosis Screening in Indonesia” merupakan riset yang telah dipresentasikan di hadapan ilmuwan internasional dalam ajang tersebut. Publikasi ini mengangkat tentang screening atau deteksi dini tuberkulosis dan penyakit lainnya melalui electronic nose (eNose-TB). Alat yang telah diujicobakan pada kasus di Yogyakarta tersebut berperan mendeteksi pola pernafasan penderita tuberkulosis, khususnya pada fase awal.
Umumnya, pasien yang mengidap tuberkulosis memiliki metabolisme yang berbeda dengan kondisi normal pada umumnya. Volatile Organic Compounds (VOCSs) merupakan senyawa yang dihasilkan oleh penderita karena adanya Microbacterium Tuberculosis dalam sistem pernafasan. Senyawa nilah yang berusaha dideteksi oleh eNose melalui hembusan nafas penderita. Pasien cukup menghembuskan nafas pada kantung udara yang terhubung dengan alat deteksi dan secara otomatis, eNose akan memberikan pola kandungan dalam udara pernafasan tersebut.
Baca Juga: Dongkrak Hilirisasi Inovasi, UGM Pertemukan Inventor dan Investor
Riset Morita terhadap eNose dinilai dapat memberikan solusi mudah dan efisien untuk pendeteksi dini bagi penanganan penyakit tuberkulosis. Hal ini karena deteksi dini adanya penyakit dapat membuat pasien ditangani lebih cepat dan memperbesar peluang kesembuhan Tak hanya karena kemudahan dan kecepatan penggunaannya, namun juga karena alat-alat untuk membuat eNose sangat mudah ditemui di masyarakat.
Selain mempresentasikan riset eNose tersebut, Morita juga berkesempatan menjadi panelis bertema Climate Change bersama 5 ilmuwan lainnya. “Saya berkesempatan menjadi panelis dalam diskusi panel bersama peraih nobel, Peter Laurete; ilmuwan asal Jerman, Leonard Schmitt; ilmuwan asal MIT-USA, Jana; ilmuwan senior Jerman, Joacim Roklov; serta perwakilan WHO, Diarmid Campbell-Lendrum,” tutur Morita. Prestasi di tingkat dunia ini tentunya sangat membanggakan dan menjadi inspirasi bagi akademisi lain untuk menghasilkan riset-riset berkualitas dunia, namun bermanfaat bagi masyarakat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Mobil Bekas untuk Keluarga di Bawah Rp50 Juta: Kabin Luas, Cocok untuk Perjalanan Jauh
- 5 Mobil Eropa Bekas yang Murah dan Tahun Muda, Mulai dari Rp60 Jutaan
- 5 Rekomendasi Mobil SUV Bekas Bermesin Gahar tapi Murah: Harga Rp60 Jutaan Beda Tipis dengan XMAX
- Pemain Keturunan Medan Rp 3,4 Miliar Mirip Elkan Baggott Tiba H-4 Timnas Indonesia vs Jepang
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Anti Hujan Terbaik 2025: Irit, Stylist, Gemas!
Pilihan
-
5 HP Murah dengan Desain Mirip iPhone Juni 2025, Bukan iPhone HDC!
-
Pemain Keturunan Rp 112,98 Miliar Potensi Comeback Gantikan Teman Duet Bek Klub Serie B Lawan Jepang
-
5 Mobil Keluarga Rp70 Jutaan Juni 2025: Kabin Longgar Mesin Bandel, Irit Bahan Bakar
-
Eksklusif dari Jepang: Mulai Memerah, Ini Kondisi Osaka Jelang Laga Timnas Indonesia
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan dengan NFC Terbaru Juni 2025
Terkini
-
Diduga Sakit Hati Dagangan Tak Laku, Bocah di Sleman Nekat Gores Mobil dengan Cutter
-
Sleman Banjir Wisatawan, Mei 2025 Catat Rekor Kunjungan, Ini 3 Destinasi Favoritnya
-
Geger! Penyadapan KPK Tanpa Izin Dewas? Ini Kata Ahli Hukum Pidana
-
UGM Temukan Cacing Hati di Hewan Kurban, Tapi Ada Penurunan Drastis, Apa Penyebabnya?
-
Relokasi Jukir dan Pedagang ke Menara Kopi Terancam Gagal: Izin Keraton Jogja Belum Turun