SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengklarifikasi informasi soal jumlah warga yang meninggal dunia akibat antraks kepada masyarakat di wilayah Desa/Kalurahan Candirejo untuk mengantisipasi meluasnya penyebaran penyakit tersebut.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Gunungkidul Sidig Hery Sukoco di Gunungkidul, Rabu, mengatakan, berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah warga Kabupaten Gunungkidul yang terkonfirmasi meninggal akibat antraks sebanyak tiga orang.
"Namun setelah kami telusuri dan menggali informasi dari masyarakat di Semanu, hanya ada satu orang yang meninggal akibat antraks," kata Sidiq.
Ia mengatakan satu orang yang meninggal tersebut dipastikan positif antraks. Hal ini dikarenakan sudah ada pemeriksaan antraks dari laboratorium di RSUP dr. Sardjito. Sedangkan dua orang lainnya diinformasikan ikut mengonsumsi daging sapi yang terindikasi antraks. Namun pemeriksaan Antraks dari laboratorium belum dilakukan ke keduanya.
"Satu yang meninggal karena antraks ini berasal dari Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo. Yang bersangkutan dirawat di RSUP dr. Sardjito pada 1 Juni dan meninggal dunia 3 hari setelahnya," katanya.
Setelah ada yang meninggal, Dinkes Gunungkidul menerjunkan tim untuk penelusuran ke seluruh warga di Jati. Hasilnya sebanyak 87 warga Jati berstatus seropositif antraks.
Seropositif ini artinya warga tersebut pernah terpapar antraks, tapi gejala klinisnya tidak terlihat. Mereka ini berpeluang untuk sembuh karena di dalam tubuhnya sudah terbentuk antibodi.
"87 warga ini tidak bergejala, sudah kami berikan pengobatan juga," kata Hery.
Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto memastikan hanya satu warga yang positif antraks meninggal dunia. Sementara dua yang lainnya meninggal tidak diperiksa terkait antraks.
Baca Juga: Korban Antraks di Gunungkidul Bertambah, Total Sudah Tiga Orang Meninggal
"Jumlah warga yang meninggal satu yang betul-betul kena antraks," katanya.
Ia mengatakan laporan pertama yang masuk mengenai matinya sapi pada 2 Juni 2023 lalu, dan dilakukan penelusuran oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, serta Dinas Kesehatan.
"Yang memastikan dari Dinas Kesehatan," kata Heri.
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Pencipta Sound Horeg? Ini Sosok Edi Sound yang Dijuluki Thomas Alva Edisound dari Jawa Timur
- Jelang Ronde Keempat, Kluivert Justru Dikabarkan Gabung Olympique Lyon
- Akal Bulus Dibongkar KPK, Ridwan Kamil Catut Nama Pegawai Demi Samarkan Kepemilikan Kendaraan
- Bupati Sleman Akui Pahit, Sakit, Malu Usai Diskominfo Digeledah Kejati DIY Terkait Korupsi Internet
- Pemain Keturunan Purwokerto Tiba di Indonesia, Diproses Naturalisasi?
Pilihan
-
Daftar 5 Mobil Bekas yang Harganya Nggak Anjlok, Tetap Cuan Jika Dijual Lagi
-
Layak Jadi Striker Utama Persija Jakarta, Begini Respon Eksel Runtukahu
-
8 Rekomendasi HP Murah Anti Air dan Debu, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
Fenomena Rojali dan Rohana Justru Sinyal Positif untuk Ekonomi Indonesia
-
5 Rekomendasi HP 5G Xiaomi di Bawah Rp 4 Juta, Harga Murah Spek Melimpah
Terkini
-
Efek Prabowo: Pacuan Kuda Meledak! Harga Kuda Pacu Tembus Miliaran
-
Bahaya di Balik Kesepakatan Prabowo-Trump: Data Pribadi WNI Jadi Taruhan?
-
Dampak Larangan Study Tour: Keraton Jogja Ubah Haluan, Tawarkan Wisata yang Bikin Anak Betah
-
Fakta Sebenarnya Jurusan Jokowi di UGM: Bukan Teknologi Kayu? Teman Kuliah Ungkap Ini
-
Misteri Kemeja Putih Jokowi di Reuni UGM: Panitia Angkat Bicara!