SuaraJogja.id - Kasus bunuh diri kembali menggemparkan Yogyakarta baru-baru ini. Kekinian ada seorang mahasiswi UMY, Syakirah Meandra Qadisah Febriana yang meninggal dunia usai nekat melompat dari lantai 4 gedung asrama kampusnya pada Senin (2/10/2023) kemarin.
Dimintai tanggapan terkait kasus tersebut, Psikolog UGM, Koentjoro menyoroti sejumlah faktor penyebab. Pertama adalah perubahan zaman yang membuat generasi stroberi.
"Saya kira kelihatannya kita harus waspada bahwa orang tua pada zaman perubahan sekarang ini telah menciptakan generasi stroberi," kata Koentjoro, saat dihubungi, Selasa (3/10/2023).
Generasi stoberi sendiri dianggap sebagai generasi yang sebenarnya penuh gagasan kreatif. Namun mudah hancur atau menyerah ketika mendapat tekanan sosial.
"Di samping itu juga pendidikan dunia nyata kita mengajarkan tentang angka, numerik dan logika, tapi tidak pernah diajarkan rasional, tidak pernah mengajaran dengan rasa, intuisi," imbuhnya.
Peran orang tua dalam perkembangan zaman yang serba mudah ini pun dituntut lebih kuat. Tidak hanya memberikan perintah tapi juga kasih sayang yang dibutuhkan kepada sang anak.
"Orang tua kadang isinya perintah dan memarahi, tidak pernah memuji. Akibatnya anak bergaul dengan dirinya sendiri jarang dia baur dengan lingkungannya, hanya tertentu saja," ucapnya.
Perkembangan teknologi informasi yang cepat juga membuat generasi muda saat ini mudah terpapar hal-hal yang negatif. Sehingga harus ada pengawasan dan pembatasan yang wajar dalam pemanfaatan teknologi di era sekarang.
Pasalnya dengan berbagai kemudahan teknologi itu, kata Koentjoro, tak sedikit orang yang kemudian justru terisolir. Kondisi tersebut membuatnya tidak memiliki teman untuk berinteraksi dalam kesehariannya.
Baca Juga: Sebelum Meninggal Bunuh Diri, Mahasiswi UMY Punya jadwal Pendampingan Khusus untuk Riwayat Sakitnya
Selain kurang perhatian atau kasih sayang dari orang tua. Diungkapkan Koentjoro, perilaku bunuh diri kerap kali dianggap sebagai momen untuk memeriksa kembali siapa aja yang kemudian memedulikannya akibat tekanan sosial dari bully atau perundungan.
"Jadi bunuh diri itu sebagai suatu upaya untuk rechecking sebetulnya bagi anak-anak siapa yang disayang dan siapa yang tidak. Biasanya kalau orang yang sudah ada kecenderungan bunuh diri maka dia selalu mencari kesempatan untuk bunuh diri," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Pencipta Sound Horeg? Ini Sosok Edi Sound yang Dijuluki Thomas Alva Edisound dari Jawa Timur
- Jelang Ronde Keempat, Kluivert Justru Dikabarkan Gabung Olympique Lyon
- Bupati Sleman Akui Pahit, Sakit, Malu Usai Diskominfo Digeledah Kejati DIY Terkait Korupsi Internet
- Akal Bulus Dibongkar KPK, Ridwan Kamil Catut Nama Pegawai Demi Samarkan Kepemilikan Kendaraan
- Pemain Keturunan Purwokerto Tiba di Indonesia, Diproses Naturalisasi?
Pilihan
-
7 Sepatu Lari Murah 200 Ribuan untuk Pelajar: Olahraga Oke, buat Nongkrong Juga Kece
-
Masih Layak Beli Honda Jazz GK5 Bekas di 2025? Ini Review Lengkapnya
-
Daftar 5 Mobil Bekas yang Harganya Nggak Anjlok, Tetap Cuan Jika Dijual Lagi
-
Layak Jadi Striker Utama Persija Jakarta, Begini Respon Eksel Runtukahu
-
8 Rekomendasi HP Murah Anti Air dan Debu, Pilihan Terbaik Juli 2025
Terkini
-
Bupati Bantul Setuju PSIM Main di SSA, Tapi Suporter Wajib Patuhi Ini
-
Efek Prabowo: Pacuan Kuda Meledak! Harga Kuda Pacu Tembus Miliaran
-
Bahaya di Balik Kesepakatan Prabowo-Trump: Data Pribadi WNI Jadi Taruhan?
-
Dampak Larangan Study Tour: Keraton Jogja Ubah Haluan, Tawarkan Wisata yang Bikin Anak Betah
-
Fakta Sebenarnya Jurusan Jokowi di UGM: Bukan Teknologi Kayu? Teman Kuliah Ungkap Ini