Remaja yang dimaksud dalam kelompok ini adalah yang telah terdiagnosis dengan gangguan mental sesuai pedoman Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima (DSM-5) yang digunakan sebagai acuan dalam menetapkan diagnosis gangguan mental di Indonesia.
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa gangguan cemas merupakan gangguan yang paling umum terjadi pada remaja, mencapai 3,7%. Di posisi kedua terdapat gangguan depresi mayor dengan persentase 1,0%, diikuti oleh gangguan perilaku dengan 0,9%.
Selain itu, terdapat juga gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) dengan masing-masing persentase sebesar 0,5%.
Data ini menggambarkan tingginya angka prevalensi gangguan kesehatan mental di kalangan remaja Indonesia, yang menjadi perhatian serius mengingat hampir 20% dari populasi Indonesia berusia 10-19 tahun.
Peran Puskesmas Godean 2
Ratih mengungkapkan, Puskesmas Godean 2 juga memiliki program SEHATII (Sekolah Sehat Jasmani dan Rohani). Program ini membina para remaja untuk mempromosikan pentingnya untuk peduli terhadap kesehatan mental di sekolah.
"Selama ini, kesehatan mental memang kurang diperhatikan dengan serius. Biasanya, setelah ada temuan kasus (masalah kesehatan mental) pihak sekolah baru mengundang ahli," ujar Ratih.
Dengan adanya program SEHATII, teman sebaya bisa menyampaikan promosi pentingnya kesehatan mental dan langkah-langkah antisipasi atau mendeteksi awal dari masalah kesehatan mental agar bisa tertangani lebih dini.
"Edukasi seperti ini kami bebaskan kepada pihak sekolah terkait promosinya. Kami hanya memberikan dasar ilmunya saja. Mereka juga kami latih konseling sebaya untuk membantu temannya yang takut jika menghadap BK," kata dia.
Inisiatif Mata Hati mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Kesehatan, UNFPA sebagai lembaga PBB untuk kesehatan reproduksi dan seksual, Yayasan Siklus Indonesia, dan perwakilan dari Kedubes Kanada.
Novi Anggriani, Senior International Assistance Officer dari Kedubes Kanada bahkan pernah menyampaikan apresiasi tinggi terhadap program Mata Hati. Menurutnya, integrasi pelayanan kesehatan mental di Sleman telah mencakup semua tahap kehidupan, sebuah pencapaian yang tak disangka sebelumnya.
Berita Terkait
-
PSS Sleman Tumpul di Delapan Laga Terakhir, Bertrand Crasson sebut Hadirnya Pemain Baru, Penting untuk Perubahan Tim
-
Gempar Bendera Palestina Dicopot Paksa di Laga Persib Bandung vs PSS Sleman, Bobotoh Meradang
-
Hokky Caraka Nyaris Tak Berkutik di PSS Sleman, Performanya jadi Tanda Tanya di Putaran Kedua Liga 1
-
Kakek Asal Keparakan Lor Ditemukan Tewas di Pematang Sawah di Berbah Sleman
-
Kalah dari Persib Bandung, Pelatih PSS Sleman Bertrand Crasson: Banyak Kesalahan jadi Penyebabnya
Terpopuler
- 3 Pemain Keturunan yang Menunggu Diperkenalkan PSSI usai Mauro Zijlstra
- 'Ogah Ikut Makan Uang Haram!' Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR, Benarkah?
- Usai Kena OTT KPK, Beredar Foto Immanuel Ebenezer Terbaring Dengan Alat Bantu Medis
- Eks Feyenoord Ini Pilih Timnas Indonesia, Padahal Bisa Selevel dengan Arjen Robben
- Terbukti Tak Ada Hubungan, Kenapa Ridwan Kamil Dulu Kirim Uang Bulanan ke Lisa Mariana?
Pilihan
-
Hasil Super League: Brace Joel Vinicius Bawa Borneo FC Kalahkan Persijap
-
Persib Bandung Siap Hadapi PSIM, Bojan Hodak: Persiapan Kami Bagus
-
5 Fakta Kekalahan Memalukan Manchester City dari Spurs: Rekor 850 Gol Tottenham
-
Rapper Melly Mike Tiba di Riau, Siap Guncang Penutupan Pacu Jalur 2025
-
Hasil Super League: 10 Pemain Persija Jakarta Tahan Malut United 1-1 di JIS
Terkini
-
Kiper PSIM Jadi Pahlawan, Gagalkan Penalti Klok di Detik Akhir, Persib Gagal Raih Poin Penuh
-
Polemik Royalti Lagu: Transparan atau Tidak? Temuan Pakar UGM Bongkar Borok Sistem Distribusi
-
Kuasa Hukum Keluarga Diplomat Arya Daru Tegaskan: 'Tidak Ada Masalah Mental! Keluarga Lebih Tahu!
-
Masa Depan Generasi Jawa Terancam? PKS DIY Siap Perangi Miras Online dan Judi Online
-
Misteri Kematian Diplomat Arya Daru: Keluarga Bandingkan dengan Kasus Sambo! Ada Apa?