SuaraJogja.id - UMP DIY untuk tahun 2024 baru saja dinaikkan sebesar 7,27 persen dari Rp1.981.782 menjadi Rp2.125.897.
Lalu bagaimana tanggapan pelaku usaha terkait kenaikan UMP DIY tersebut?
Pemilik kedai kopi Fabian mengaku untuk saat ini urung bisa mengikuti penetapan UMP DIY untuk menggaji karyawannya.
Hal itu karena, kedai yang didirikannya relatif baru, yakni sejak Oktober tahun 2023, jadi belum ada satu tahun.
Baca Juga: Naik Sampai Rp144 Ribu di 2024, Bagaimana Riwayat UMP DIY dalam Lima Tahun Terakhir?
Apalagi para karyawan yang bekerja di tempatnya masih dalam status kontrak selama tiga bulan sampai bulan Januari 2024.
Kemungkinan besar, kenaikan gaji para karyawan ini bisa dipertimbangkan saat memasuki bulan Februari tahun 2024.
"Kalau kenaikan UMP ini, karena kita kan baru buka ya. Dan kita ada kontrak per tiga bulan sama karyawan sampai Januari. Jadi paling Februari besok tahun 2024 baru bisa di planning untuk dinaikan," ungkapnya kepada suarajogja.id.
Sedangkan untuk harga menu, Fabian juga mengaku belum bisa menaikan harganya dalam waktu dekat ini, setidaknya sampai tahun 2024 berakhir.
Karena ia mengatakan rasanya tidak baik jika langsung menaikan harga menu, padahal tempatnya relatif baru berdiri.
Baca Juga: Cerita Erin Hidup dengan UMP DIY: Cukup Buat Menyambung Hidup, Tapi Susah untuk Gaya Hidup
"Tapi kalau untuk menu, juga karena ini kan relatif baru buka ya. Saya rasa ngga enak kalau tahun depan langsung harga menunya naik. Mungkin jangka panjang ada sih rencana, yang jelas tahun 2024 besok saya rasa ga ada kenaikan di harga menu.", ungkap Fabian.
Sementara itu, Sultonah (50) merupakan salah satu penjual soto di Yogyakarta. Sultonah berjualan di Jalan Perumnas, Yogyakarta.
Perempuan asli Wonosari ini mengaku sudah berjualan soto selama 12 tahun, sekarang jalan 13 tahun.
Awal berjualan, Sultonah mengatakan menjual soto seharga Rp3.500. Lalu sekarang sampai di harga Rp10.000.
Menanggapi isu kenaikan UMP DIY, Sultonah mengaku ia tidak terpengaruh dengan hal tersebut.
Karena, Sultonah hanya bergantung pada harga bahan pokok di pasar. Jika harga di pasar naik, maka ia akan menaikkan juga harga sotonya.
"Saya berjualan sudah dari tahun 2010, sekarang jalan 13 tahun jualan. Awal itu harganya cuma 3.500, sekarang jadi 10.000. Tapi ya kalaupun UMP DIY tahun depan naik, saya tidak akan terpengaruh dengan hal itu. Karena kalau saya tergantung dari harga di pasar. Kalau harga pasar naik, ya saya naikkan juga. Tapi kalau nggak, ya saya ga naikkan. Karena kasihan ke mahasiswa sih, kan nanti mereka harus bayar lebih mahal lagi kalau saya terus-terusan naikin harganya," ungkapnya.
Kontributor: Fristian Setiawan
Berita Terkait
Terpopuler
- Eks Pimpinan KPK: Ustaz Khalid Basalamah Bukan Saksi Ahli, Tapi Terlibat Fakta Kuota Haji
- Jahatnya Sepak Bola Indonesia, Dua Pemain Bidikan Persija Ditikung di Menit Akhir
- 5 Rekomendasi Bedak Tahan Air dan Keringat Murah: Anti Luntur Sepanjang Hari
- Klub Impian Masa Kecil Jadi Faktor Jay Idzes Terima Pinangan Aston Villa
- 6 Mobil Bekas 7 Seater Termurah: Nyaman untuk Keluarga, Harga di Bawah Rp 70 Juta
Pilihan
-
Diogo Jota Tewas di Jalanan Paling Berbahaya: Diduga Pakai Mobil Sewaan
-
Riau Bangga! Tarian Anak Pacu Jalur Viral Dunia, Ditiru Bintang PSG hingga Pemain AC Milan
-
Baru Jabat 4 Bulan, Erick Thohir Copot Dirut Bulog Novi Helmy Prasetya dan Disuruh Balik ke TNI
-
Resmi! Ramadhan Sananta Gabung ke Klub Brunei Darussalam DPMM FC, Main di Liga Malaysia
-
CORE Indonesia: Ada Ancaman Inflasi dan Anjloknya Daya Beli Orang RI
Terkini
-
Kelana Kebun Warna: The 101 Yogyakarta Hadirkan Pameran Seni Plastik yang Unik dan Menyentuh
-
BRI Dukung UMKM Sanrah Food Berkembang dari Warung ke Ekspor Global
-
Langgar Aturan Imigrasi, 14 WNA Dideportasi Imigrasi Yogyakarta
-
Setya Novanto Bebas Lebih Cepat? MA Pangkas Hukuman Korupsi e-KTP, Pakar Geram!
-
Solo-Jogja Makin Lancar: Tol Klaten-Prambanan Beroperasi Penuh, Ini yang Perlu Anda Siapkan