SuaraJogja.id - Sejumlah warga Yogyakarta yang tergabung dalam Patembayan Nusantara mendatangi kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) DIY, Kamis (07/12/2023). Massa yang terdiri dari para seniman tari ini mengarak ogoh-ogoh atau patung Bhuta Kala ke depan pintu masuk KPU.
Mengenakan kostum Anoman Obong, mereka menari mengitari ogoh-ogoh setinggi kurang lebih 1,5 meter sembari mengucapkan sejumlah tetembangan. Kemudian mereka membakar ogoh-ogoh tersebut bersama pimpinan KPU DIY.
Aksi ini digelar sebagai sentilan pada KPU yang saat ini diterpa isu kecurangan. Sejumlah kebijakan diterbitkan terindikasi menguntungkan salah satu calon presiden dan calon wakil presiden (capres/cawapres).
"Kami datang kesini melakukan aksi budaya. Aksi ini menyimbolkan anoman obong sebagai rakyat yang mengingatkan pada bhuta kala dengan membakarnya. Butha yang menjadi lambang atau simbol keangkaramurkaan, kejahatan dan hitam sehingga harus kita usir dari bumi indonesia ini. Tadi para penari melakukan simbolisasi pembakaran ogoh-ogoh yang disimbolkan sebagai keangkaramurkaan sebagai kejahatan," papar juru bicara Patembayan Nusantara, Agus Becak Sunandar disela aksi.
Baca Juga: Siap Bertarung di Pemilu, 680 Caleg Dipastikan Lolos Verifikasi oleh KPU DIY
Menurut Agus, KPU mestinya bersikap netral dalam penyelenggaraan Pemilu. Lembaga negara itu pun seharusnya tidak melakukan intervensi politik demi kepentingan salah satu pasangan calon (paslon).
KPU juga harus bersikap independen dan tidak berat sebelah. Sebab masyarakat mencium adanya indikasi kecurangan Pemilu melalui aturan yang diterbitkan pemangku kebijakan.
Diantaranya menghilangkan debat cawapres. Selain itu melarang adanya Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang diselenggarakan di ruang publik di Hongkong.
"Padahal di tahun 2014 dan 2019, mereka menyelenggarakan seperti biasanya. Tapi kenapa ini tiba-tiba ditiadakan, ini menjadi kecurigaan bagi kami masyarakat. Patut diduga ada intervensi dari penguasa untuk memenangkan salah satu pasangan calon. Itu yang mnjd kekhawatiran rakyat saat ini," tandasnya.
Karena itu mereka sebagai bagian dari masyarakat menuntut KPU untuk bersikap independen tanpa kepentingan apapun. Pembakaran ogoh-ogoh itu merupakan aksi budaya warga Yogyakarta sebagai simbolisasi para pemangku kebijakan untuk bersikap netral.
Baca Juga: 25 Komisioner KPU Kabupaten/Kota di DIY Dilantik Hari Ini, Ketua KPU DIY: Harus Langsung Gaspol
"KPU juga harus independen dan tidak berat sebelah maka kami datang ke KPU ini membawa aksi budaya untuk memberikan pressure politik juga ke KPU agar KPU menyelenggarakan pemilu seobyektif mungkin," imbuhnya.
- 1
- 2
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas Murah Tipe SUV Mei 2025: Harga Setara Motor, Pajak Murah, Perawatan Mudah
- 10 Mobil Bekas di Bawah Rp100 Jutaan: Kabin Lapang, Keluaran Tahun Tinggi
- Ogah Ikut Demo Besar-besaran Ojol di Jakarta 20 Mei, KBDJ: Kami Tetap Narik Cari Rezeki!
- 27 Kode Redeem FF Terbaru 17 Mei: Klaim Diamond, Token, dan Skin Cobra MP40
- 8 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Vitamin C, Ampuh Hilangkan Noda Hitam
Pilihan
-
PSSI Bongkar Alasan Tak Panggil Elkan Baggott meski Sudah Sampai di Bali
-
Kurator Didesak Penuhi Hak Karyawan PT Sritex, Tagihan Pembayaran Capai Rp 337 Miliar
-
Menelisik Kinerja Emiten Kongsian Aguan dan Salim
-
Mudah Ditebak, Ini Prediksi Starting XI Timnas Indonesia vs China
-
Muhammadiyah dan BSI Rujuk?
Terkini
-
Hujan Badai Hantam Sleman, Pohon Tumbang Timpa Rumah dan Sekolah, Ini Lokasinya
-
Sri Sultan HB II Layak Jadi Pahlawan Nasional, Akademisi Jogja Ini Ungkap Alasannya
-
Punya 517 Posyandu di Jogja yang Sudah Layani Bayi serta Lansia, Target ILP Capai 83 Persen
-
Dilema Pegawai Pasca-PHK, Dosen UGM Soroti Minimnya Jaminan Sosial Pekerja Informal
-
Sleman Siapkan Tempat Sampah Raksasa, Bupati: Mampu Tampung Seluruh Sampah DIY