SuaraJogja.id - Gubernur DIY, Sri Sultan HB X akhirnya buka suara terkait munculnya kasus Antraks di DIY. Kasus yang menyebabkan 53 warga Sleman dan Gunung Kidul suspek Antraks dan satu orang meninggal dunia ini bahkan membuat Sultan sampai gerah.
Sebab kasus Antraks terus saja bermunculan di DIY. Meski berulangkali ditangani, beberapa bulan kemudian kembali muncul akibat warga yang melakukan tradisi brandu atau menyembelih hewan ternak yang mati dan dibagi-bagikan.
"Makanya itu saya tu herannya disitu. Mosok peternak sapi gak faham kalau sapinya nglentruk (lesu-red), diam saja lemas tidak curiga kan ndak mungkin. Mestinya ya [ternak yang sakit] diobati, tapi jangan [kalau] mati malah dipotong [dalam tradisi brandu. Gitu lho," papar Sultan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Kamis (14/03/2024).
Menurut Sultan, dirinya pun memberikan catatan pada Dinas Kesehatan (dinkes) dan dinas pertanian untuk serius menangani masalah Antraks di DIY. Tak hanya melakukan penanganan pada kasus Antraks yang tengah terjadi namun juga mengedukasi masyarakat agar tidak melakukan tradisi brandu.
Sebab kasus Antraks mestinya tidak terjadi bila para peternak memiliki kesadaran untuk mengawasi ternaknya secara baik. Mereka tidak asal-asalan menyembelih ternak yang sakit ataupun mati dan membagikannya ke orang lain.
"Makanya saya ngasih catatan ke dinas kesehatan sama pertanian kenapa [antraks] selalu berulang, gitu. Mungkin perlu literasi yang baik kepada masyarakat peternak ya, bagaimana untuk jaga ternak dan jaga dirinya dari kemungkinan antraks tidak terulang gitu. Kan hanya beberapa bulan terjadi, sekian bulan terjadi, selalu terulang gitu lho," tandasnya.
Sementara terkait penetapan Kejadian Luar Biasa (KLB) Antraks di Sleman maupun Gunung Kidul, Sultan menyatakan belum diperlukan. Kecuali kasus dan korban terus bertambah.
Saat ini, opsi lokalisasi kasus Antraks lebih efisien untuk memutus penularan di Sleman dan Gunung Kidul. Wilayah yang terpapar Antraks pun harus diisolasi.
"KLB, saya kira belum [perlu], kecuali kalau memang ada dasar berkembang gitu. Kalau ndak, bisa terlokalisasi kan lebih baik. Tapi masalahnya bukan masalah [klb] itunya tapi kenapa terulang terus gitu lho. Mungkin perlu literasi, edukasi gitu lho," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
Terkini
-
Banding Kasus TKD Maguwoharjo: Jogoboyo Edi Suharjono Lawan Vonis Berat
-
Duh! Tantang Pelajar dan Serang dengan Gesper, Tiga Remaja di Yogyakarta Ditangkap Warga
-
Warga Jogja Merapat! Saldo DANA Kaget Rp299 Ribu Siap Bikin Hidup Makin Santuy, Sikat 4 Link Ini!
-
Rusa Timor yang Berkeliaran di Jalanan Sleman Akhirnya Tertangkap, Begini Kondisinya
-
ARTJOG 2026 Siap Guncang Yogyakarta, Usung Tema 'Generatio' untuk Seniman Muda