SuaraJogja.id - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Al Makin memandang Indonesia berpeluang menjadi mediator atau penengah agar eskalasi konflik Iran-Israel tidak semakin meruncing.
"Indonesia saya kira bisa menjadi penengah yang baik untuk mereka saling berdiskusi di atas meja, tidak di medan perang," kata Al Makin di Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sleman, seperti dikutip dari ANTARA, Selasa (16/4/2024).
Al Makin menilai Indonesia memiliki cukup modal untuk ikut mendinginkan suasana di Timur Tengah sehingga perang kedua negara tersebut tidak makin tereskalasi.
"Karena kita punya budaya saling memaklumi yang tinggi, budaya musyawarah, toleransi, dan budaya moderasi secara alami," tutur dia.
Untuk meredam ketegangan di Timur Tengah, lanjut Al Makin, Indonesia dapat menempuh dua model diplomasi, yakni diplomasi yang dijalankan pemerintah dan non-pemerintah.
"Indonesia bisa berperan ganda itu, satu secara diplomasi mungkin pemerintah bisa memainkan peran mediator, karena saya kira Iran juga sangat hormat sama Indonesia dan hubungan Indonesia dengan Iran saya kira baik," ujar dia.
Adapun diplomasi non-pemerintah, menurut dia, dapat dimainkan oleh masyarakat, LSM, akademisi, hingga organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
"Organisasi Muslim terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah bisa mempunyai peran membangun perdamaian secara 'citizen to citizen'. Warga dengan warga," kata dia.
Meski demikian, dia mewanti-wanti agar di dalam negeri masyarakat tidak mudah terprovokasi dengan situasi konflik di Timur Tengah yang sedang memanas, terlebih tanpa memahami persoalan secara mendalam.
Baca Juga: Boikot Israel, Ribuan Massa Gelar Aksi Solidaritas 100 Hari Genosida Palestina di Titik Nol Km
"Biasanya kalau sudah perang itu fenomenanya jadi global. Di dalam negeri kita justru terpengaruh seperti isu Palestina, atau isu-isu yang lain sehingga kita tidak memahami secara utuh apa yang terjadi, kita ikut-ikutan baik kelompok kanan maupun kelompok kiri," kata dia.
Tanpa memahami secara utuh, Al Makin menilai masyarakat hanya akan mudah terhasut, alih-alih menyumbangkan solusi strategis.
"Langkah kita harus betul-betul strategis. Jangan sampai hanya terprovokasi dan ikut hasutan sana-sini. Saya kira ini sangat penting untuk mempelajari sebaik-baiknya," ujar dia.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyerukan sikap menahan diri atau deeskalasi konflik di Timur Tengah, ketika melakukan pembicaraan telepon dengan Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian pada Senin (15/4).
Selain itu, Retno juga telah berbicara dengan mitra-mitra di Arab Saudi, Yordania, Mesir, Uni Emirat Arab, Turki, Belanda, dan Jerman guna mendesak negara-negara tersebut agar menggunakan pengaruhnya untuk meredakan ketegangan di kawasan menyusul memanasnya konflik Iran-Israel.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Mobil Bekas yang Lebih Murah dari Innova dan Fitur Lebih Mewah
Pilihan
-
In This Economy: Banyolan Gen Z Hadapi Anomali Biaya Hidup di Sepanjang 2025
-
Ramalan Menkeu Purbaya soal IHSG Tembus 9.000 di Akhir Tahun Gagal Total
-
Tor Monitor! Ini Daftar Saham IPO Paling Gacor di 2025
-
Daftar Saham IPO Paling Boncos di 2025
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
Terkini
-
Bantul Siaga! Puncak Musim Hujan 2026 Ancam Bencana Cuaca Ekstrem
-
Berkinerja Positif, BRI Raih 10 Prestasi Terbaik di Sepanjang Tahun 2025
-
Waspada! Ini 3 Titik Kemacetan Paling Parah di Yogyakarta Saat Malam Tahun Baru
-
Lestarikan Warisan Budaya Jawa, Royal Ambarrukmo Yogyakarta Hadirkan Jampi Pawukon bagi Para Tamu
-
Jogja Jadi Tourist Darling, Pujian Bertebaran di Medsos hingga Kunjungan Destinasi Merata