Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Selasa, 30 April 2024 | 22:26 WIB
Cucu Sri Sultan HB X Mas Marrel bersama komunitas Resan menanam pohon di Gunungkidul. [istimewa]

"Kami sangat senang, dan ini menjadi berkah bagi kami, khususnya warga Kedungpoh Lor. Kami nggak menyangka akan kedatangan Mas Marel. Dengan adanya Mas Marel sebagai Kepala Bebadan Pangreksa Loka, harapannya teman-teman yang belum tahu pentingnya menjaga lingkungan hidup bisa sadar untuk menjaga keseimbangan alam," ujarnya.

Sementara itu, Mas Marrel memberikan apresiasi kepada Resan Blues yang memiliki inisiatif dan kesadaran dalam ikut menjaga lingkungan, khususnya konswrvasi air.

"Menurut saya sangat bagus sekali, karena warga memiliki kesadaran untuk menanam dan melestarikan lingkungan. Dan ini yang sebenarnya kita butuhkan, karena kita menghadapi masalah lingkungan, masalah iklim, nggak cuma di Gunungkidul," kata cucu Sri Sultan HB X ini.

Ia menuturkan, kesadaran terhadap pentingnya menjaga lingkungan seperti yang dilakukan Resan Blues sangat perlu untuk ditularkan dan terus dikampanyekan secara lebih luas.

Baca Juga: Reduksi Kerusakan Ekosistem Alam, Pemkab Gunungkidul Sebar Benih Ikan Sebanyak 20 Ribu Ekor di Empat Telaga

"Karena untuk menghadapi masalah lingkungan dan perubahan iklim perlu usaha yang kolektif. Tetapi kita melihat teman-teman dari Resan Blues ini punya grassroot yang kuat. Ini sebetulnya modal untuk menularkan ke teman-teman di Jogja. Apalagi di Jogja, ada banyak mahasiswa dari Sabang sampai Merauke, nah ini yang harus kita tularkan ke mereka," jelasnya.

Mas Marrel menuturkan, saat ini melalui Bebadan Pangreksa Loka dirinya sedang memetakan permasalahan lingkungan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), serta mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

"Pangreksa Loka itu membidangi lingkungan dan sosial. Nah ini merupakan badan baru, yang perlahan kami juga sedang melakukan maping masalah dan juga solusi. Kami mengajak beberapa pihak bersama-sama untuk memecahkan masalah, karena masalah lingkungan ini tidak bisa kalau cuma satu dua pihak, tetapi pihak secara menyeluruh, baik daerah, kalurahaan, kecamatan, kabupaten, provinsi, kraton, nasional, bahkan internasional," pungkasnya.

Dia menambahkan, berdasarkan data yang dia peroleh dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY, terdapat sekitar 30 ribu hektare lahan kritis di wilayah DIY.

"Kita harus bersama-sama untuk menyelesaikan masalah ini. Kita jangan saling tuding lagi, kalau saling tuding semua orang bisa, semua orang bisa saling mengkritik. Nah, sekarang saatnya kita duduk bareng, jadi satu mencari solusi dan menyelesaikan masalah ini," kata pemuda yang hobi naik gunung ini.

Baca Juga: Kasasi Ditolak, Kejari Gunungkidul Kembalikan Barang Bukti Kasus Korupsi Alkes Di RSUD Wonosari Sebesar Rp470 Juta

Dia berharap, gerakan dari bawah yang dilakukan Bebadan Pangreksa Loka ini bisa berdampak secara lebih luas dan semakin banyak pihak yang terlibat dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan.

Load More