SuaraJogja.id - Dosen Fakultas Pertanian sekaligus peneliti varietas padi Gamagora, Taryono, dikukuhkan sebagai guru besar di bidang Ilmu Pemuliaan Tanaman Pangan, Selasa (16/7/2024). Dalam upacara pengukuhan yang digelar di Balai Senat Gedung Pusat UGM, Taryono menyinggung tentang kemandirian pangan nasional.
Hal itu dia sampaikan dalam pidato pengukuhannya yang berjudul "Pengembangan Pemuliaan Partisipatif dalam Mendukung Kemandirian Pangan Nasional."
Taryono mengatakan bahwa kegiatan pemuliaan tanaman merupakan sebuah usaha yang mendasarkan diri pada ilmu pengetahuan. Namun selama ini kegiatan pemuliaan tanaman masih dianggap sebagai kegiatan yang tidak efisien.
Pasalnya kegiatan itu memerlukan banyak waktu, tenaga dan biaya. Oleh karena itu, sudah banyak usaha yang dilakukan untuk mengubah kegiatan pemuliaan tanaman menjadi lebih efisien dengan memanfaatkan inovasi teknologi.
Kendati terbilang tidak efisien, usaha peneliti melakukan pemuliaan tanaman dituntut bisa menghasilkan varietas unggul. Tak hanya ramah perubahan iklim tapi juga dapat menghasilkan dalam waktu cepat dan murah.
Sehingga pemulia harus cerdas dalam memanfaatkan semua inovasi teknologi yang berkembang baik di bidang biologi maupun bidang lainnya. Ia pun bercerita tentang pengalamannya dan tim dalam pengembangan varietas padi baru Gamagora 7 terkait penapisan merupakan tahapan paling banyak menyita waktu, tenaga dan biaya.
"Karena itu, pengembangan teknologi harus lebih banyak diarahkan untuk mempercepat proses dihasilkannya varietas yang membantu proses penapisan melalui teknologi rekayasa genetika, maupun teknologi in vitro," kata Taryono.
Disampaikan Taryono, melalui usaha pemuliaan cepat dan siklus pemuliaan yang lebih pendek dapat menjadi pendekatan yang paling sederhana dan efektif untuk mengembangkan varietas baru. Didukung dengan inovasi teknologi yang dapat mempercepat dihasilkannya varietas unggul dibedakan menjadi teknologi non molekuler dan molekuler.
Terkait dengan program kemandirian pangan, UGM sebenarnya telah melakukan usaha pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman. Hal ini melihat keberadaannya di alam yang terdesak oleh pembangunan pertanian, pertambahan penduduk dan perubahan iklim.
Baca Juga: Tak Hanya Diskusi, Konferensi Internasional di UGM juga Ajak Peserta Belajar Gamelan
"Upaya pengembangan bahan genetik dilakukan sebagai sumber ketahanan terhadap cekaman biologi dan lingkungan serta perbaikan mutu, pencarian jantan mandul untuk pengembangan varietas hibrida dan pengembangan varietas baru dengan memindahkan sifat yang diinginkan dari beragam sumber daya genetik ke varietas unggul," ungkapnya.
Terkait persoalan pangan nasional sendiri, Taryono menilai perlu dilakukan desentralisasi di daerah. Agar sistem pangan di daerah menjadi kuat karena mendasarkan diri pada pangan lokal.
Selama ini, dalam pelestarian sumber daya genetik tanaman, pemerintah daerah didukung dengan keberadaan Komisi Daerah Plasma Nutfah (Komda Plasma Nutfah). Namun keberadaan Komda Plasma Nutfah tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan.
Dalam kesempatan itu, ia mengusulkan agar Komda Plasma Nutfah diaktifkan kembali dengan kegiatan tidak hanya pelestarian. Melainkan juga pemanfaatan sumber daya genetik tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman menggunakan pendekatan partisipatif.
"Pemuliaan partisipatif merupakan pendekatan yang sangat disarankan untuk menjawab kemandirian pangan di masa yang akan datang dengan banyaknya tantangan yang harus dihadapi," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kata-kata Miliano Jonathans Tolak Timnas Indonesia
- Mpok Alpa Siapanya Raffi Ahmad? Selalu Dibela Sampai Akhir Hayat
- Innalillahi, Komedian Mpok Alpa Meninggal Dunia
- Dulu Dihujat karena Biaya Persalinan Dibantu Raffi Ahmad, Rupanya Mpok Alpa Punya Cerita Memilukan
- Kapan Kenaikan Gaji PNS 2025? Ini Skema, Jadwal, dan Fakta Resminya
Pilihan
-
Debit Manis Shayne Pattynama, Buriram United Menang di Kandang Lamphun Warrior
-
PSIM Yogyakarta Nyaris Kalah, Jean-Paul van Gastel Ungkap Boroknya
-
Cerita Awal Alexander Isak, Zlatan Baru yang Terasingkan di Newcastle United
-
Di Balik Gemerlap Kemerdekaan: Veteran Ini Ungkap Realita Pahit Kehidupan Pejuang yang Terlupakan
-
Daftar 5 HP Android Punya Kamera Setara iPhone, Harga Jauh Lebih Murah
Terkini
-
ITF Niten Digenjot, Mampukah Selamatkan Bantul dari Darurat Sampah?
-
Gagasan Sekolah Rakyat Prabowo Dikritik, Akademisi: Berisiko Ciptakan Kasta Pendidikan Baru
-
Peringatan 80 Tahun Indonesia Merdeka, Wajah Penindasan Muncul jadi Ancaman Bangsa
-
Wasiat Api Pangeran Diponegoro di Nadi Keturunannya: Refleksi 200 Tahun Perang Jawa
-
Bantul Lawan Arus, Daerah Lain Naikkan PBB, Bantul Justru Beri 'Hadiah' Ini di 2026