SuaraJogja.id - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Yogyakarta menyatakan bulan Juli mencapai angka inflasi terendah sepanjang 2024. Sejumlah komoditas turut menyumbang angka inflasi dan deflasi di Kota Yogyakarta.
Kepala BPS Kota Yogyakarta Mainil Asni mengakui memang dalam kurun waktu empat bulan terakhir inflasi di Kota Yogyakarta cenderung mengalami tren penurunan. Hingga mencapai angka terendah pada Juli 2024 yakni sebesar 2,26 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,87.
"Inflasi di bulan sebelumnya sebesar 2,53 persen, sementara IHK sebesar 106,88. Ini menjadi inflasi terendah dalam kurun waktu tujuh bulan di tahun 2024," kata Mainil, dalam keterangannya, Minggu (4/8/2024).
"Dengan komoditas makanan, minuman dan tembakau yang menjadi penyumbang utama inflasi year on year Juli 2024 sejumlah 2,26 persen," imbuhnya.
Disampaikan Mainil, ada beberapa komoditas yang dominan memberikan andil dalam inflasi year on year pada Juli 2024. Di antara lain beras, cabai rawit, sigaret kretek tangan mesin dan putih mesin.
Ada pula kontrak rumah, termasuk iuran pembuangan sampah yang dilakukan warga. Kemudian uang sekolah SD dan SMP memasuki tahun ajaran baru serta emas perhiasan.
"Dari pantauan kami terkait iuran pembuangan sampah di beberapa wilayah memang mengalami kenaikan, secara langsung maupun tidak dengan adanya kondisi darurat sampah hal ini ikut terdampak. Ya ada yang menaikkan tarif pemungutan sampah, mungkin karena ada proses pemilahan atau pengolahan lanjutan," tuturnya.
Mainil turut mengungkapkan tingkat deflasi year on year di Kota Yogyakarta pada bulan Juli 2024 yang mencapai sebesar 1,09 persen. Komoditas utama yang punya andil dalam menyumbang deflasi itu adalah bahan makanan.
"Harga bahan makanan banyak yang mengalami penurunan, karena memang banyak bahan makanan yang produksinya surplus. Seperti sawi hijau, tomat, buncis, kacang Panjang dan lainnya," ungkapnya.
Baca Juga: Menikmati Sumbu Filosofi di Malam Hari, Ribuan Pelari Keliling Jogja Ditemani Sri Sultan HB X
Dia menyebut deflasi dalam jangka panjang bisa membahayakan ekonomi, karena harga terus mengalami penurunan. Sehingga harapannya angka deflasi dapat tetap stabil.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Pakar Soroti Peluang Kerja Luar Negeri, Kabar Gembira atau Cermin Gagalnya Ciptakan Loker?
-
Menko Airlangga Sentil Bandara YIA Masih Lengang: Kapasitas 20 Juta, Baru Terisi 4 Juta
-
Wisatawan Kena Scam Pemandu Wisata Palsu, Keraton Jogja Angkat Bicara
-
Forum Driver Ojol Yogyakarta Bertolak ke Jakarta Ikuti Aksi Nasional 20 November
-
Riset Harus Turun ke Masyarakat: Kolaborasi Indonesia-Australia Genjot Inovasi Hadapi Krisis Iklim