Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 06 November 2024 | 12:21 WIB
Gunung Merapi di perbatan Provinsi Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta terjadi guguran awan panas. [ANTARA/HO - Badan Geologi]

SuaraJogja.id - Kabid Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Bambang Kuntoro, meminta para penambang dan pengelola wisata jip di lereng Gunung Merapi untuk tetap waspada terhadap potensi bencana banjir lahar. Hal ini mengingat cuaca yang sudah mulai sering hujan dalam beberapa waktu terakhir. 

Disampaikan Bambang, bahwa kondisi cuaca di Gunung Merapi saat ini sudah cukup tinggi. Meskipun memang curah hujan di sekitar lereng Merapi saat ini masih relatif rendah yakni sekitar 23 hingga 25 mm per jam. 

Namun jika terjadi hujan dengan intensitas lebih tinggi dalaml hal ini di atas 50 mm per jam maka potensi terjadinya lahar dingin dan banjir lahar bisa meningkat. 

"Hujan deras yang terjadi di puncak Merapi bisa berdampak pada lereng bawah, meskipun di kawasan bawah tampak tidak hujan. Untuk itu, saya mengingatkan para penambang dan pengelola wisata untuk selalu waspada. Potensi terjadinya lahar dingin tetap ada," kata Bambang saat dihubungi, Rabu (6/11/2024).

Baca Juga: Aktivitas Merapi Meningkat, Luncurkan 5 Kali Awan Panas dan Ratusan Guguran Lava

BPBD Sleman bersama komunitas relawan dan pengelola wisata terus memantau situasi cuaca dan kondisi Gunung Merapi. Menurut Bambang, selain mengandalkan informasi cuaca dari BMKG, mereka juga dapat memanfaatkan komunikasi radio dan sistem peringatan dini.

Hal itu untuk memberikan informasi yang cepat dan akurat terkait perkembangan terkini potensi bencana yang ada. Sehingga dampak bencana di lereng Gunung Merapi bisa diminimalisir.

"Teman-teman pengelola wisata lava tour dan paguyuban penambang harus selalu memantau prakiraan cuaca," ucapnya. 

Bambang memastikan sistem peringatan dini atau early warning system (EWS) yang ada di lereng Merapi dipastikan berfungsi seluruhnya. Tercatat ada 33 EWS yang tersebar untuk memberikan peringatan kepada masyarakat mengenai potensi bencana seperti lahar dingin, awan panas, atau aktivitas vulkanik lainnya.

"Semua EWS kita bunyikan saat 17 Agustus kemarin, hanya satu yang tidak berbunyi karena korsleting. Ini menunjukkan bahwa sistem peringatan dini yang ada sudah berjalan dengan baik dan siap digunakan kapan saja," ujarnya.

Baca Juga: Gunung Merapi Semburkan Awan Panas Sejauh 1.300 Meter, Kubah Lava Berubah Bentuk

Diketahui bahwa status Gunung Merapi pada tingkat Siaga atau Level III itu sudah berlangsung sejak 5 November 2020 lalu. 

Sedangkan gunung api yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu memasuki fase erupsi sejak tanggal 4 Januari 2021. Saat itu ditandai dengan munculnya kubah lava di tebing puncak sektor barat daya dan di tengah kawah.

Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km. Lalu untuk Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. 

Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya, mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

Load More