Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Sabtu, 09 November 2024 | 11:48 WIB
Ilustrasi penganiayaan. (Unsplash/Ari Spada)

"Lalu, F menemuinya dan bertanya ada apa. Alih-alih menjawab, pelaku malah terus teriak," imbuh Iwan.

Tanpa sebab, sekonyong-konyong, pelaku kemudian memukul F yang notabene seorang ibu rumah tangga, mengenai bagian dada dan perut sebelah kiri. 

Takut dan kesakitan, F memilih masuk ke dalam rumah. F kemudian melaporkan penganiayaan itu ke Polresta Sleman.  

"Korban mengalami sakit dan nyeri di dada serta perut sebelah kiri. Ia minta pendampingan hukum kepada saya," tutur Iwan.

Baca Juga: Taktik Kustini Tingkatkan Kualitas Pasar Tradisional, Pertebal dengan Layanan Senyum

Diduga mabuk

Pelaku yang menganiaya F diduga mabuk. Selain teriak-teriak, ia juga menggedor-gedor pintu rumah F dan menantang orang yang ada di lokasi kejadian. 

Menurut saksi yang enggan diungkap identitasnya, pelaku cedera karena oleng dalam kondisi mabuk, tidak bisa menjaga keseimbangan, sehingga jatuh sendiri.

"Pelaku jatuh, kemudian terbentur dinding sungai. Tidak ada penganiayaan. Justru ia yang menganiaya ibu rumah tangga," bebernya.

Ia menambahkan, sebelum kejadian, teman pelaku berjumlah tiga orang sudah berupaya mengajak pulang. Namun, pelaku malah menganiaya F dan menantang orang-orang.

Baca Juga: Strategi Harda Kiswaya Kelola Pasar Tradisional di Sleman, Digitalisasi dan Revitalisasi

"Ia teriak-teriak tidak takut dengan siapa pun. Eh, ia sempoyongan karena mabuk dan terjungkal ke sungai," kata saksi.

Iwan dan warga menyayangkan penggorengan isu penganiayaan yang dilakukan oleh pelaku. Hal itu mencederai kampanye pilkada nan aman dan damai.

"Tidak ada kaitannya dengan Pilkada Sleman. Kenyataannya adalah gesekan antara pendukung paslon vs ibu rumah tangga," tandas saksi, diamini oleh warga lain.

Load More