SuaraJogja.id - Pengguna transportasi umum di Jogja terutama kereta api cukup tinggi. Tak jarang warga luar DIY atau di Jogja sekalipun kerap menggunakan alternatif fasilitas publik ini untuk bepergian.
Bahkan pekerja lintas provinsi pun kerap menggunakan kereta api untuk menunjang pekerjaannya. Mereka rela menempuh puluhan kilometer, terutama yang masih berdekatan dengan Jogja, seperti Klaten, atau Solo misalnya.
Hal itu sangat dirasakan Annaningsih Panca Setiani. Peremuan ini sudah menjadi anggota Pramekers, komunitas yang mewadahi pengguna Kereta Api (KA) Prambanan Ekspres (prameks) yang kini berganti jadi Kereta Rel Listrik (KRL) selama 13 tahun.
Bekerja di Solo mengharuskan warga asal Demangan, Kota Yogyakarta ini setiap harinya memilih moda transportasi publik seperti Prameks atau KRL untuk menuju kantornya di Kota Bengawan.
Baca Juga: Korban Laka Tunggal di DAM Cangkring Bertambah, Ini Identitasnya
Perempuan 47 tahun ini setia menjadi pengguna KRL hingga saat ini meski harus berdesakan dengan penumpang lain setiap pagi dan sore saat harus pulang dan pergi Jogja-Solo. KA yang dikelola KAI Group itu bahkan laiknya rumah kedua karena setiap pagi dan sore selalu dimasukinya.
Dia bersama pramekers lain yang kebanyakan ibu-ibu pekerja seringkali tertidur di KRL sekedar untuk melepas lelah. Sejak dirinya kenal dengan banyak pengguna moda yang sama, Anna pun akhirnya terlibat dalam paseduluran Perempuan Pramekers yang berjumlah lebih dari 50 orang.
Ikut arisan atau sekedar makan bersama setelah turun dari KRL menjadi agenda yang sering mereka lakukan setiap ada waktu senggang. Bertemu setiap hari dengan orang-orang yang sama untuk mengais rezeki akhirnya membuat anggota Pramekers laiknya keluarga.
Mereka pun punya grup Whatsapp (WA) untuk berbagi informasi KA dan kondisi masing-masing orang bila terjadi sesuatu.
"Sejak 2011 kerja di Solo memang akhirnya memilih naik Prameks dan sekarang ganti KRL karena lebih cepat sampai kantor, tidak macet dan murah," ungkap Anna saat berbincang di Yogyakarta, Jumat (13/12/2024).
Baca Juga: Gugatan Kepada PT KAI Berlanjut, Keraton Yogyakarta Ingatkan Kepemilikan Lahan Kasultanan
Bukan tanpa sebab ibu satu anak ini memilih transportasi publik untuk bekerja. Bila menggunakan kendaraan pribadi, dia harus menempuh perjalanan Jogja-Solo setiap harinya selama tiga jam pulang-pergi (PP). Sedangkan bila menggunakan KRL, dia hanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam Jogja-Solo PP.
Berita Terkait
-
KAI Logistik Angkut 2.066 Sepeda Motor dan 433 Ton Barang di Momen Arus Balik Lebaran 2025
-
Kai EXO Hadirkan Musik Afrobeat di Lagu Comeback Terbaru 'Wait On Me'
-
Pelecahan Seksual Terjadi Lagi di Stasiun Tanah Abang, Pelaku di Blacklist Naik Commuter lIne
-
Sarat Pesan Inspiratif, MARK NCT Debut Solo Bertema Time Travel di MV 1999
-
KAI Catat 21,6 juta Orang Jalani Mudik dengan Kereta Api
Terpopuler
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Marah ke Direksi Bank DKI, Pramono Minta Direktur IT Dipecat hingga Lapor ke Bareskrim
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Jawaban Menohok Anak Bungsu Ruben Onsu Kala Sarwendah Diserang di Siaran Langsung
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan Kamera Beresolusi Tinggi, Terbaik April 2025
-
Harga Emas Terbang Tinggi Hingga Pecah Rekor, Jadi Rp1.889.000
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
Terkini
-
Petani Majalengka Gigit Jari? Ahli Pertanian Sebut Jurus Burung Hantu Prabowo Tak Efektif, Ini Solusi Jitu Basmi Tikus
-
Peringatan Dini BMKG Terbukti, Sleman Porak Poranda Diterjang Angin Kencang
-
Sultan HB X Angkat Bicara, Polemik Penggusuran Warga Lempuyangan Dibawa ke Keraton
-
Konten Kreator TikTok Tantang Leluhur Demi Viral? Keraton Yogyakarta Meradang
-
'Saya Hidupkan Semua!' Wali Kota Jogja Kerahkan 10 Mesin untuk Tangani 300 Ton Sampah Per Hari