Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Minggu, 15 Desember 2024 | 13:29 WIB
Antonius Harya Febru Widodo, Kader Gerindra Masa Depan Angkatan 15, Magister Ilmu Filsafat UGM Yogyakarta

Dampak pada Hubungan Pemilih dan Partai

Dalam jangka panjang, pendekatan ini membantu memperkuat hubungan antara pemilih dan partai. Pemilih cenderung merasa lebih terwakili ketika mereka mengetahui bahwa kandidat yang dicalonkan telah melalui proses seleksi yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini tidak hanya meningkatkan legitimasi kandidat yang terpilih, tetapi juga mendorong partisipasi politik yang lebih besar dari masyarakat, karena mereka merasa terlibat dalam proses yang transparan dan inklusif.

Menciptakan Demokrasi yang Lebih Sehat

Dengan transparansi yang lebih besar, sistem ini berpotensi menciptakan demokrasi yang lebih sehat dan inklusif. Pemilih dapat melihat bahwa partai politik tidak hanya berfungsi sebagai alat kekuasaan, tetapi juga sebagai institusi yang bertanggung jawab untuk melayani kepentingan publik.

Baca Juga: Warga DIY Tentukan Pilihan Berdasarkan Falsafah Jawa, Peneliti Tawarkan Konsep Demokrasi Kebudayaan di Pemilu 2029

Transparansi ini memitigasi ketidakpercayaan terhadap institusi politik, meningkatkan stabilitas demokrasi, dan mendorong praktik politik yang lebih etis. Sebagai catatan,gagasan bahwa transparansi dalam sistem pemilu dapat memperkuat kepercayaan terhadap institusi demokrasi. Ini menegaskan pentingnya desain sistem pemilu yang mendorong keterbukaan, sebagai salah satu elemen kunci dalam menciptakan tata kelola yang efektif dan inklusif.

Memperkuat Demokrasi Melalui Sistem Pemilu Tertutup

Reformasi sistem pemilu bukan hanya soal bagaimana suara dihitung, tetapi juga tentang menciptakan demokrasi yang lebih responsif dan inklusif terhadap kebutuhan rakyat. Dengan mengadopsi sistem pemilu tertutup berbasis partai, perhatian dapat difokuskan pada program dan visi partai politik, sehingga mendorong partai untuk menawarkan solusi nyata bagi permasalahan bangsa daripada sekadar mengandalkan popularitas individu.

Sistem ini juga berpotensi memperkuat kohesi internal partai politik dan mempermudah penyelarasan kebijakan yang konsisten dengan visi partai. Dengan demikian, proses legislasi di tingkat parlemen dapat lebih efektif, karena wakil rakyat terpilih akan bekerja sebagai bagian dari tim yang berkomitmen pada agenda bersama.

Lebih dari itu, sistem pemilu tertutup juga dapat membantu mengurangi dampak negatif politik uang yang sering mewarnai kontestasi terbuka. Ketika individu tidak lagi berlomba-lomba mencari dukungan langsung dari pemilih, potensi praktik politik transaksional dapat ditekan.

Baca Juga: Survei Kajian Perilaku Pemilih dalam Pemilu 2024 Soroti Partisipasi Generasi Z di DIY

Selain itu, sistem ini turut mempersempit ruang bagi golongan putih (golput), karena pilihan pemilih akan lebih diarahkan pada partai yang mewakili visi dan aspirasi kolektif, bukan kandidat individu yang sering kali sulit dikenali publik secara mendalam.

Dengan menyederhanakan proses teknis pemilu dan memperkuat budaya politik berbasis partai, kita tidak hanya meningkatkan efisiensi sistem demokrasi, tetapi juga membangun politik
yang lebih berorientasi pada kepentingan publik. Bukankah ini tujuan sejati dari demokrasi?

Penulis: Antonius Harya Febru Widodo, Kader Gerindra Masa Depan Angkatan 15, Magister Ilmu Filsafat UGM Yogyakarta

Opini tersebut di atas sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis, redaksi hanya melakukan editing seperlunya. 

Load More