Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Rabu, 04 Desember 2024 | 19:36 WIB
ilustrasi nyoblos di Pemilu (Freepik)

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar acara rilis survei kajian perilaku pemilih di Pemilu 2024. Dalam survei tersebut, banyak anak muda yang terlibat. Betapa tidak, sebanyak 55,5 persen responden berusia 17 sampai 25 tahun.

Kepala Bidang Kebijakan Politik Dalam Negeri, Kesbangpol DIY, Bagas Seno Aji, mengamini kelancaran proses Pemilu 2024 di DIY. Hebatnya, imbuh Bagas, DIY mendapatkan predikat terbaik untuk kelancaran pelaporan Pemilu 2024 di Indonesia.

Karena itu, Kesbangpol merilis hasi kajian survei perilaku pemilih Pemilu 2024 di DIY. Bagas mengatakan tim yang dipimpin Koordinator dan Peneliti Survei Kajian Perilaku Pemilih Pemilu 2024, Ranggabumi Nuswantoro, itu melakukan survei kepada 800 responden dari sekitar 2,7 juta pemilih di DIY.

“Sebaran responden disesuaikan dengan peta dapil di kabupaten kota di DIY,” kata Bagas dalam acara yang digelar di Hotel Grand Serela, Sleman, DIY, Jumat (29/11/2024).

Baca Juga: DJPb DIY Catat Penyaluran KUR Rp4,68 Triliun per 31 Oktober

Berdasarkan data yang termaktub di survei tersebut, dari 800 responden, sebanyak 55,5 persen berusia 17-35 tahun. Sementara, responden berusia 36-45 tahun sebanyak 16,2 persen; berusia 46-60 tahun sebanyak 21,8 persen dan 60 tahun ke atas ada 6,5 persen.

Bagas menjelaskan, survei yang melibatkan CV Madani Callysta Saibuyun sebagai konsultan tersebut mencakup beragam pertanyaan mendalam. Sebut saja, bagaimana masyarakat mendapatkan informasi tentang kandidat yang akan mereka pilih hingga jenis kampanye yang mereka anggap paling menarik dan efektif.

Menurut dia, survei ini tak hanya untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pemilih dalam menggunakan hak pilihnya. Survei ini juga ingin menggambarkan pola komunikasi yang digunakan pemilih dalam mencari informasi, khususnya yang berkaitan dengan kandidat, partai politik, dan isu-isu penting dalam pemilu.

"Nantinya, hasil studi ini bisa menjadi rekomendasi dan input dalam perkembangan politik di DIY," jelas Bagas.

Dari hasil survei tersebut, misalnya, televisi masih menjadi primadona. Sebanyak 603 atau 75,4 persen dari 800 jawaban masih memilih televisi sebagai media bagi mereka untuk mencari informasi terkait para peserta kontestasi Pemilu 2024. Diikuti oleh surat kabar sebanyak 159 atau 19,9 persen jawaban dan radio dengan 63 atau 7,9 persen jawaban.

Baca Juga: Soroti Aksi Mahasiswa Papua di Jogja Berujung Ricuh, Gus Hilmy: Masyarakat Jengah

Kemudian untuk saluran media sosial, Instagram menjadi pilihan teratas bagi pemilih untuk mengakses informasi tentang Pemilu 2024. Dari 800 jawaban, sebanyak 391 atau 48,9 persen di antaranya memilih Instagram sebagai sosial media yang digunakan untuk mengakses informasi terkait Pemilu. Setelah itu, urutan ke-dua ditempati oleh Tiktok dengan 370 jawaban atau 46,3 persen, diikuti oleh Youtube dengan 320 atau 40 persen jawaban.

Selain itu, menurut Bagas, masyarakat di DIY sangat menyukai peserta kontestasi Pemilu 2024 yang mengangkat kearifan lokal. Dalam hal ini, mereka yang bisa mengawinkan nilai kebangsaan dengan nilai budaya lokal, yakni budaya Jawa.

"Masyarakat suka dengan calon yang mengangkat kearifan lokal, bukan merayakan dengan knalpot brong. Tapi mengangkat nilai kebangsaan dengan nilai budaya lokal, yakni budaya Jawa," ujar Bagas.

Kesimpulannya, penyelenggaraan Pemilu 2024 di DIY dinilai berjalan dengan aman dan tertib. Selain itu, karakter pemilih juga menunjukkan perubahan yang signifikan, dengan semakin banyak pemilih yang menggunakan pendekatan rasional dalam menentukan pilihan politiknya.

Koordinator sekaligus peneliti survei, Ranggabumi Nuswantoro, menambahkan bahwa proses pengambilan keputusan politik dimulai dengan pengetahuan politik yang dimiliki masyarakat. Informasi ini diperoleh melalui berbagai saluran, seperti media massa, media sosial, sosialisasi yang dilakukan oleh KPU, serta media luar ruang seperti baliho dan spanduk yang dipasang oleh kandidat maupun partai politik.

Pengetahuan politik ini menjadi modal awal bagi masyarakat untuk menelusuri rekam jejak dan profil kandidat, serta mengevaluasi keberadaan dan kredibilitas partai politik yang terlibat. Diskusi dan interaksi sosial juga menjadi elemen penting dalam proses ini, yang akhirnya membawa masyarakat pada pengambilan sikap politik dan keputusan akhir mereka dalam memilih.

“Proses politik di DIY ini sangat ideal sehingga bisa jadi percontohan nasional karena pilihan didasari pada rasionalitas,” kata Ranggabumi.

Load More