SuaraJogja.id - Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang melanda Kabupaten Gunungkidul dalam sebulan terakhir membuat para peternak sapi terpuruk. Harga sapi anjlok drastis, sementara permintaan dari pasar hewan turun tajam.
Peternak sekaligus Dukuh Temu Ireng II, Indra Setyawan, mengungkapkan bahwa harga sapi yang sebelumnya mencapai Rp15 juta per ekor kini hanya dihargai sekitar Rp11 juta per ekor.
"Turunnya sangat drastis sampai Rp4 juta per ekor. Penurunan ini sudah berlangsung sejak semingguan ini," kata Indra, Jumat (3/1/2025).
Tidak hanya harga, permintaan sapi dari peternak lokal juga ikut menurun. Para pengepul atau juragan sapi enggan membeli sapi karena khawatir terhadap penyebaran PMK.
"Juragan-juragan yang biasanya langganan sekarang tidak berani membeli, termasuk di pasar-pasar hewan juga sepi," paparnya.
Indra memutuskan untuk menahan sapinya agar tidak dijual dengan harga yang rendah. Ia juga berfokus menjaga kesehatan sapinya dengan memperketat pengawasan untuk mencegah penularan PMK.
"Alhamdulillah, di wilayah kami masih aman. Kami lakukan pengetatan karena beberapa sapi di wilayah tetangga sudah ada yang tertular," ujarnya.
Penurunan Drastis di Pasar Hewan
Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Gunungkidul, Kelik Yuniantoro, mengatakan bahwa jumlah sapi yang diperjualbelikan di pasar hewan menurun hingga 50%.
Baca Juga: Menyebar Rata ke Semua Kapanewon di Gunungkidul, 457 Sapi Suspect PMK dan 42 Mati
"Biasanya ada sekitar 400 ekor sapi yang diperjualbelikan per hari di Pasar Hewan Siyono dan Pasar Hewan Munggi. Sekarang hanya sekitar 200 ekor saja," kata Kelik.
Penurunan ini disebabkan kekhawatiran peternak untuk membawa sapi ke pasar karena risiko penularan PMK. Di sisi lain, para pembeli juga enggan membeli sapi di tengah merebaknya wabah.
"Kekhawatiran masih tinggi, baik dari peternak maupun pembeli, sehingga aktivitas jual beli sangat terbatas," tambahnya.
Langkah Antisipasi
Sebagai langkah antisipasi, Dinas Perdagangan Gunungkidul rutin menyemprotkan disinfektan di pasar-pasar hewan untuk mencegah penyebaran PMK.
"Pasar hewan kami semprot disinfektan dua kali, sebelum dibuka dan setelah ditutup. Hewan ternak yang masuk ke pasar juga disemprot terlebih dahulu," jelas Kelik.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
Terkini
-
Nataru Jadi Target: Pedagang Pasar Godean Nekat Pindah Meski Atap Bocor, Ini Alasannya
-
Sempat Dilema, Pemda DIY Gaspol Rencana PSEL untuk Kelola Sampah 1.000 Ton per Hari
-
Kasus Perusakan Polda DIY: Mahasiswa UNY Ditahan, Restorative Justice Jadi Solusi?
-
Rahasia DANA Kaget di Sini, Klik Linknya, Dapatkan Saldo Gratis Sekarang
-
Nermin Haljeta Menggila, PSIM Hancurkan Dewa United di Kandang Sendiri