Laporan Future Job Report 2025 dari World Economic Forum telah memberikan gambaran yang jelas tentang pergeseran drastis dunia kerja. Otomatisasi, kecerdasan buatan, dan teknologi digital lainnya telah merambah ke hampir setiap sektor, mengubah cara kita bekerja dan berinteraksi.
Indonesia, dengan populasi mudanya yang besar dan semangat kewirausahaan yang tinggi, memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu negara yang paling diuntungkan dari revolusi industri 4.0.
Namun, di balik peluang nan menjanjikan, kita juga dihadapkan pada tantangan yang kompleks. Bayangkan saja, pekerjaan-pekerjaan yang dulu dianggap prestisius dan stabil, seperti pegawai bank atau administrasi, kini mulai tergantikan oleh mesin.
Sementara itu, permintaan akan tenaga kerja dengan keterampilan digital seperti data scientist, artificial intelligence engineer, dan software developer semakin meningkat. Pergeseran ini tak pelak menimbulkan kecemasan bagi banyak orang, terutama mereka yang belum memiliki keterampilan yang dibutuhkan di era digital.
Di tengah gempita perubahan, kita seringkali lupa bahwa di balik angka-angka pertumbuhan ekonomi dan inovasi teknologi, masih ada jutaan rakyat Indonesia yang hidup dalam kemiskinan. Mereka yang menggantungkan hidupnya pada sektor informal, seperti halnya petani, nelayan, dan pedagang kecil, tentu akan kesulitan beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat.
Tanpa adanya pembangunan yang menyeluruh, kebijakan yang inklusif, dan penanganan yang responsif, bisa jadi pergeseran permintaan jenis pekerjaan ini malah membuat mereka yang paling miskin dan rentan akan semakin tersisih.
Untuk menghadapi tantangan ini, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah yang lebih proaktif. Kebijakan publik yang responsif dan inovatif sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa semua lapisan masyarakat dapat ikut serta dalam pembangunan.
Investasi pendidikan harus mendapatkan porsi yang lebih besar. Pendidikan harus menyasar pada perkembangan sifat kritis dan inisiatif. Tantangan ke depan bukan lagi perihal siapa yang paling terampil namun mereka yang mampu mengidentifikasi akar permasalahan dan kebutuhan masa depan. Melalu kesadaran ini responsivitas yang akan muncul akan lebih sesuai dalam menghadapi tantangan dinamika perubahan pola pekerjaan.
Pemerintah juga harus menyadari disamping fokus pada investasi luar negeri dalam pengembangan digital ekonomi jangan lupakan nasib UMKM. Mengingat sektor ini merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, yang haruslah menjadi prioritas untuk memasuki pergeseran pola kerjanya.
Baca Juga: Makan Bergizi Gratis Mulai Diterapkan, Peneliti Ungkap Efek Domino yang Ditimbulkan
Pemerintah perlu memberikan dukungan yang lebih besar kepada UMKM, mulai dari akses permodalan, pendampingan bisnis, hingga fasilitasi teknologi. Selain itu juga harus menyiapkan jaring pengaman sosial yang kuat untuk melindungi pekerja yang terkena dampak otomatisasi. Program retraining dan bantuan transisi pun perlu diperluas untuk membantu mereka mendapatkan pekerjaan baru yang lebih sesuai.
Terakhir pada inovasi yang berpihak pada rakyat, pembangunan infrastruktur digital haruslah merata di seluruh wilayah Indonesia sehingga mampu mengurangi kesenjangan digital. Dalam merumuskan kebijakan, pemerintah perlu selalu mengedepankan prinsip kemanusiaan dan keadilan.
Inovasi teknologi harus diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bukan sebaliknya atau bahkan untuk segelintir kelompok elit. Kita perlu memastikan bahwa manfaat dari kemajuan teknologi dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
Jalan menuju masa depan yang lebih baik tentu tidak mudah. Kita akan menghadapi banyak tantangan, seperti resistensi terhadap perubahan, ketidakpastian ekonomi global, dan ancaman disrupsi teknologi yang terus berkembang. Namun, dengan semangat gotong royong dan komitmen yang kuat, kita yakin Indonesia mampu mengatasi semua tantangan tersebut.
Revolusi kerja merupakan sebuah keniscayaan. Kita tak dapat menghindarinya, tetapi kita dapat mempersiapkan diri untuk menyambutnya. Dengan kebijakan yang tepat dan inovatif, Indonesia dapat menjadi negara yang maju dan sejahtera di era digital. Mari kita bersama-sama membangun masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang.
Penulis: Ameylia Puspita Rosa Dyah Ayu Arintyas, Dosen D3 Pembangunan Masyarakat Desa Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa "APMD".
Berita Terkait
Terpopuler
- Shin Tae-yong: Jay Idzes Menolak
- Innalillahi, Komedian Mpok Alpa Meninggal Dunia
- Kata-kata Miliano Jonathans Tolak Timnas Indonesia
- Dulu Dihujat karena Biaya Persalinan Dibantu Raffi Ahmad, Rupanya Mpok Alpa Punya Cerita Memilukan
- Anak Muda Merapat! Ini 4 Mobil Bekas Keren Rp30 Jutaan yang Siap Diajak Keliling Pulau Jawa
Pilihan
-
Debit Manis Shayne Pattynama, Buriram United Menang di Kandang Lamphun Warrior
-
PSIM Yogyakarta Nyaris Kalah, Jean-Paul van Gastel Ungkap Boroknya
-
Cerita Awal Alexander Isak, Zlatan Baru yang Terasingkan di Newcastle United
-
Di Balik Gemerlap Kemerdekaan: Veteran Ini Ungkap Realita Pahit Kehidupan Pejuang yang Terlupakan
-
Daftar 5 HP Android Punya Kamera Setara iPhone, Harga Jauh Lebih Murah
Terkini
-
Gagasan Sekolah Rakyat Prabowo Dikritik, Akademisi: Berisiko Ciptakan Kasta Pendidikan Baru
-
Peringatan 80 Tahun Indonesia Merdeka, Wajah Penindasan Muncul jadi Ancaman Bangsa
-
Wasiat Api Pangeran Diponegoro di Nadi Keturunannya: Refleksi 200 Tahun Perang Jawa
-
Bantul Lawan Arus, Daerah Lain Naikkan PBB, Bantul Justru Beri 'Hadiah' Ini di 2026
-
Simulasi Kredit Motor Agustus 2025: Beat Cicilan Rp700 Ribuan, Mana Paling Murah?