SuaraJogja.id - Rencana libur panjang selama Ramadan bagi siswa sekolah mendapat tanggapan beragam dari berbagai pihak, termasuk Dewan Pendidikan dan orangtua siswa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dewan Pendidikan tidak setuju dengan rencana itu. Demikian juga para orangtua siswa juga menolaknya.
Ketua Dewan Pendidikan DIY, Prof. Sutrisna Wibawa, menegaskan bahwa dirinya tidak setuju jika sekolah diliburkan sepenuhnya selama Ramadan. Ia menilai kegiatan belajar mengajar (KBM) harus tetap berlangsung, namun disesuaikan dengan aktivitas ibadah selama bulan suci tersebut.
"Keberlanjutan KBM penting untuk menjaga semangat belajar. Namun, jadwal pelajaran perlu disesuaikan dengan kondisi Ramadan. Dalam bulan Ramadan, anak-anak disunahkan untuk melaksanakan berbagai ibadah seperti pengajian, membaca Al-Qur'an, sahur, dan sebagainya. Karena itu, jam pelajaran bisa dikurangi untuk mengakomodasi kondisi fisik yang mungkin menurun di siang hari," jelas Sutrisna, Senin (20/1/2025).
Pendapat berbeda datang dari para orangtua siswa yang merasa bingung bagaimana mengisi waktu anak-anak jika libur panjang diterapkan. Mereka khawatir anak-anaknya justru lebih sering bermain gadget ketimbang belajar ataupun beribadah.
Trisna, warga Patuk yang memiliki dua anak di kelas 8 dan kelas 1, menilai libur panjang tidak efektif. Karena anak-anak dipastikan bakal lebih banyak berinteraksi dengan gadget mereka.
"Kalau libur 45 hari, anak-anak mau ngapain? Main hape terus? Libur dua minggu kemarin saja sudah bingung, sampai saya ajak mereka mural di rumah. Kalau sekarang libur lagi, mau diisi apa lagi? Kalau diam aja nanti puasanya malah ndak kuat," ungkapnya.
Ia juga menyebut bahwa kegiatan keagamaan di rumah sulit dilakukan tanpa bimbingan. Karena di kampung, para pembimbing agama memiliki kesibukan masing-masing ketika siang hari.
"Di kampung, siapa yang bisa membimbing anak-anak? Wong siang yang mbimbing agama, harus kerja," tambahnya.
Siti, warga Semanu, yang memiliki anak di pondok pesantren kelas 8 dan satu lagi kelas 3 SD, mengungkapkan hal serupa. Dia lebih senang anak-anak tetap beraktivitas di sekolah mengikuti pembelajaran.
Baca Juga: Sekolah Libur Saat Ramadan, Begini Pandangan Ustaz Adi Hidayat Agar Anak Tetap Produktif
"Kalau libur sebulan penuh, anak-anak di rumah suruh ngapain? Pasti akhirnya main hape atau main game. Di rumah juga enggak ada teman, wong saya sendiri harus dagang di pasar," katanya.
Baik Dewan Pendidikan maupun orangtua sepakat bahwa pendidikan dan ibadah dapat berjalan seiring. Kegiatan sekolah yang disesuaikan dengan Ramadan, seperti pengajian, pesantren kilat, atau membaca Al-Qur'an di sekolah, dianggap bisa menjadi alternatif yang lebih bermanfaat dibandingkan libur penuh.
Dengan berbagai pendapat ini, pemerintah dan instansi pendidikan diharapkan dapat mengambil kebijakan yang tidak hanya menjaga kualitas pendidikan, tetapi juga mendukung kegiatan spiritual selama Ramadan.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Jogja Siaga Banjir, Peta Risiko Bencana Diperbarui, Daerah Ini Masuk Zona Merah
-
DANA Kaget untuk Warga Jogja: Buruan Klaim 'Amplop Digital' Ini!
-
Heboh Arca Agastya di Sleman: BPK Ungkap Fakta Mengejutkan Soal Situs Candi
-
Gus Ipul Jamin Hak Wali Asuh SR: Honor & Insentif Sesuai Kinerja
-
Rp300 Triliun Diselamatkan, Tapi PLTN Jadi Korban? Nasib Energi Nuklir Indonesia di Ujung Tanduk