SuaraJogja.id - Kinerja pemerintahan Prabowo-Gibran masih menjadi perbincangan hangat. Terlebih dengan beberapa kebijakan yang sempat menimbulkan kegaduhan hingga akhirnya dianulir oleh pemerintah sendiri, mulai dari PPN 12 persen hingga terbaru LPG 3 kg.
Menyoroti kondisi itu Pakar Politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Mada Sukmajati menilai tidak ada jembatan penghubung antara gagasan yang diungkapkan presiden kepada para pembantu di bawahnya baik kementerian/lembaga.
Mada menyebut gaya kepemimpinan Presiden Prabowo adalah solidarity maker jika mengacu pada gaya kepemimpinan Soekarno-Hatta dulu yang merupakan solidarity maker dan administrator. Namun sayangnya sang Wapres Gibran bukan tipe administrator.
"Pak Prabowo tentu saja bukan tipe pemimpin yang administrator. Nah, tapi sayangnya wakil presidennya juga bukan administrator, tapi bukan juga solidarity maker, gitu ya. Gaya kepemimpinannya itu masih mencari gaya," ujar Mada, Sabtu (8/2/2025).
Kondisi itu yang menyebabkan tidak terbentuknya komunikasi atau jembatan yang baik antara gagasan dari presiden ke para pembantunya.
"Tidak ada jembatan untuk mengoperasionalkan gagasan-gagasan abstraknya presiden itu dalam program yang konkret di level kementerian. Itu menurut saya enggak ada, orang atau lembaga yang menjembatani," tegasnya.
"Jadi akhirnya 100 hari pertama kemarin itu, saya ingat Pak Prabowo itu sangat diskursif sekali ya, jadi wacananya berkembang ke mana-mana. Oh, mau ini, mau itu, ya tapi tidak ada ini yang kemudian mengimbangi dengan tipe administrator. Sehingga ya muluk-muluk ambisius yang abstrak-abstrak itu wacananya," sambungnya.
Menurut Mada, sebagian jabatan-jabatan strategis menteri yang masih dipegang oleh sosok dari era Presiden Jokowi pun belum bekerja maksimal. Konteks berkelanjutan yang diangan-angankan selama ini belum terlihat.
"Itu sama sekali belum bisa menterjemahkan gagasan-gagasan itu. Jadi dalam konteks itu sebenarnya semangat kesinambungan antara pemerintahan yang sekarang dengan pemerintahan yang lalu itu sebenarnya belum, belum terbentuk," ujarnya.
Baca Juga: Demi Rakyat Gunungkidul, Gerindra Siap Bersinergi dengan Bupati dari Partai Rival
Terkait dengan wacana reshuffle atau perombakan kabinet, Mada meminta Presiden Prabowo lebih serius mengevaluasi para menterinya. Jika dirasa 100 hari terlalu singkat, maka bisa dilakukan lagi setelah enam bulan atau maksimal satu tahun.
"Kalau memang dirasakan akselerasinya itu enggak ada, reshuffle mungkin bisa dilakukan atau maksimal itu 1 tahun. Karena kalau kayak gini terus enggak ada perubahan ya, kayak gini terus gitu ya," jelas dia.
Berita Terkait
-
4 'Bom Waktu' Ekonomi Warisan Jokowi yang Bikin Prabowo Pusing Tujuh Keliling
-
Bom Waktu, Ekonom UGM Sebut Pemangkasan Anggaran Bukti Tata Kelola Buruk Sejak Lama
-
Menteri Tak Seirama, Prabowo Siapkan Teguran Keras atau Reshuffle?
-
Isu Reshuffle Kabinet Prabowo Mencuat, Begini Kata Mensesneg
-
Sempat Buat Sulit Warga Jogja, LPG 3 Kg di DIY-Jateng Dapat Tambahan hingga 900 Ribu Tabung
Terpopuler
- Siapa Pencipta Sound Horeg? Ini Sosok Edi Sound yang Dijuluki Thomas Alva Edisound dari Jawa Timur
- Jelang Ronde Keempat, Kluivert Justru Dikabarkan Gabung Olympique Lyon
- Duel Mobil Murah Honda Brio vs BYD Atto 1, Beda Rp30 Jutaan tapi ...
- Harga Mitsubishi Destinator Resmi Diumumkan! 5 Mobil Ini Langsung Panik?
- 41 Kode Redeem FF Max Terbaru 24 Juli: Klaim Skin Scar, M1887, dan Hadiah EVOS
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP 5G Xiaomi di Bawah Rp 4 Juta, Harga Murah Spek Melimpah
-
Kisah Unik Reinkarnasi di Novel Life and Death are Wearing Me Out
-
10 Model Gelang Emas 24 Karat yang Cocok untuk Pergelangan Tangan Gemuk
-
Selamat Tinggal Samba? Ini Alasan Gen Z Beralih ke Adidas Campus 00s & Forum Low
-
Braakk! Bus Persib Bandung Kecelakaan di Thailand, Pecahan Kaca Berserakan
Terkini
-
Misteri Kemeja Putih Jokowi di Reuni UGM: Panitia Angkat Bicara!
-
Gertak Balik! Sahabat Jokowi Geram Dituduh Settingan, Ungkap Sudah Diperiksa Polisi
-
5 Curhatan Jokowi di Depan Alumni UGM: Serangan Tak Cuma Ijazah, Merembet Sampai KKN Fiktif
-
Masih Sakit, Jokowi Paksakan Diri ke Reuni UGM: Kalau Nggak Datang Nanti Rame Lagi!
-
Tiba di UGM, Jokowi Tebar Senyum di Reuni Guyub Rukun, Nostalgia di Tengah Badai Ijazah Palsu