Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 18 Februari 2025 | 14:10 WIB
Sejumlah siswa TK di Sleman mengikuti program MBG. [Kontributor/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) akhirnya dilaksanakan di Kota Yogyakarta mulai Senin (17/2/2025). Namun meski sempat tertunda beberapa minggu, sejumlah sekolah di Kota Yogyakarta tetap saja mengalami penundaan pemberian MBG seperti di SMAN 5 Jogja dan SDN 1 Kotagede.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (disdikpora) DIY, Suhirman di Yogyakarta, Selasa (18/2/2025) mengakui pelaksanaan MBG di Kota Yogyakarta memang tidak serentak. Hal ini terkait dengan kesiapan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

"Ya, itu nanti tergantung dari SPPG-nya. Kemarin yang tertunda [untuk SMA/SMK] adalah SMA 5, padahal seharusnya SMA 5 juga mendapat jatah di jalur kota ke-11. Tapi harapan kami nanti semuanya bisa terakomodasi. Jadi, mengenai hal itu, yang menentukan adalah SPPG di masing-masing daerah," kata dia.

Menurut Suhirman, selama ini sekolah hanya menyediakan data sasaran siswa. Namun hanya saja dalam pelaksanaannya sering ada penyesuaian dari SPPG sehingga bisa saja ada sejumlah sekolah yang akhirnya tertunda mengikuti program MBG.

Baca Juga: Makan Bergizi Gratis di Gunungkidul Dimulai, 120 Ribu Siswa Jadi Target

Karenanya Disdikpora melalukan pemantauan pelaksanaan MBG secara intensif dua hari sekali. Hal ini dilakukan untuk melihat kelanjutan program MBG, baik dari segi menu maupun dalam pelaksanaannya.

"Apakah anak-anak menghabiskan makanannya [atau tidak]. Kemarin ada usulan tambahan susu, variasi menu, ada yang meminta makanan berkuah, dan ada juga yang mengusulkan tambahan jus. Itu seperti yang diusulkan di beberapa daerah, tapi memang porsinya sudah ditetapkan," ungkapnya.

Meski ada penundaan di sejumlah sekolah, lanjut Suhirman, secara umum pelaksanaan MBG di DIY mulai tingkat SD hingga SMA/SMK sudah cukup baik. Hanya saja dari pengalaman beberapa waktu terakhir, ke depan perlu diperhatikan agar pendistribusian bisa lebih merata di seluruh wilayah.

Satu SPPG maksimal menampung 3.000 siswa untuk menyediakan MBG. Kalau sudah mencapai batas itu, tidak bisa lebih. Lokasi distribusi juga tidak boleh lebih dari 3 km dari SPPG dan semuanya sudah mengikuti SOP yang ada.

Selain itu ada evaluasi jam pengiriman makanan ke sekolah. Sebab pengiriman makanan maksimal dilakukan tiga jam setelah dimasak.

"Kemarin ada permintaan dari sekolah agar pembagian dilakukan saat istirahat pertama, sekitar jam 9. Banyak siswa yang belum sarapan di rumah, atau kalau pun sudah, hanya sedikit. Jadi, ketika ada MBG, mereka tetap bisa sarapan dengan lebih baik," ungkapnya.

Baca Juga: Antisipasi Banjir, BPBD Jogja Tambah Sembilan EWS Otomatis di Tiga Sungai Besar

Secara terpisah Waka Kesiswaan SMKN 4 Jogja, Widiatmoko Herbimo mengungkapkan, sekolah tersebut akhirnya bisa mengikuti program MBG setelah tertunda beberapa waktu. Namun baru 640 siswa kelas X dari 18 kelas yang mendapatkan MBG.

"Untuk kelas XI belum ikut [MBG] karena ikut kunjungan industri ke Bali. Kalau kelas XII sedang PKL [pelatihan kerja lapangan]," jelasnya.

Bimo menambahkan, dalam pelaksanaan MBG di sekolah yang dilakukan selama satu minggu, pegawai di sekolah dan siswa dilibatkan. Merek mengambil makanan yang dikirim ke sekolah untuk dibagikan ke masing-masing kelas.

Menu yang diberikan dirasakan cukup bervariasi selama hari terakhir. Diharapkan ada varian makanan agar anak-anak tidak bosan.

"Anak-anak berharap menunya nanti bisa macam-macam," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More