SuaraJogja.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali berjalan di Gunungkidul, dengan menyediakan makanan bernutrisi bagi siswa. Komandan Kodim Letkol Inf Roni Hermawan mengungkapkan bahwa layanan ini beroperasi di dua titik di Kapanewon Wonosari dan Tepus
"Menu yang disajikan berupa makanan yang tahan lama, seperti bubur kacang hijau, biskuit, jeruk, kurma, dan susu. Untuk bulan Ramadan ini, harapannya kualitas makanan tetap terjaga meskipun berupa makanan yang bisa dibawa pulang," ujarnya, Kamis (6/3/2025) di SD N 1 Wonosari.
Menurutnya, MBG juga menyasar berbagai kelompok penerima, termasuk ibu hamil, ibu menyusui, balita, hingga siswa SMA. Total penerima sekitar 2.700 orang, namun masih terus divalidasi.
Terkait perbedaan menu, Letkol Roni menjelaskan bahwa ada sedikit variasi antara jenjang kelas 1-3 dengan kelas 4-6 SD, namun secara keseluruhan tetap memenuhi standar gizi yang sama.
Para siswa juga diberikan totebag untuk membawa makanan mereka pulang, terutama bagi yang menjalankan puasa. Untuk membungkusnya, ada totebag yang nanti dikembalikan.
"Besok totebag bisa dikembalikan saat mereka datang lagi, agar tidak hilang," jelasnya.
Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Purwoto, menyatakan dukungan penuh terhadap program MBG, yang merupakan bagian dari kebijakan pemerintah pusat.
"Kami sangat mendukung program ini karena sejalan dengan kebijakan Presiden dan Pak Prabowo. Program ini juga sudah diterapkan di 76 negara," ungkapnya.
Selain memberikan asupan gizi bagi anak-anak, MBG juga diharapkan dapat mendorong perekonomian lokal, terutama dalam pemilihan menu yang berbasis produk lokal.
Baca Juga: Tragis! Penambang di Gunungkidul Tewas Tertimpa Batu di Lahannya Sendiri
"Dengan adanya makanan dalam bentuk snack atau makanan keras, siswa tidak harus langsung mengonsumsinya. Mereka bisa menyimpannya untuk berbuka puasa," kata dia.
Program makan bergizi ini sudah berjalan hampir tiga pekan setelah diluncurkan pada akhir Februari 2025 lalu. Tapi di Gunungkidul baru memulainya pada pekan kedua Februari.
MBG sendiri adalah program dari pasangan Prabowo-Gibran yang sejak kampanye di Pilpres 2024 terus digaungkan.
Tak jarang program ini mendapat kritik, menyusul penerapannya yang hanya menyasar ke anak sekolah. Kendati begitu, tim percepatan akhirnya juga menyasar ke anak PAUD untuk pemenuhan gizi anak.
Program yang dicanangkan sebagai upaya menekan angka stunting warga Indonesia ini sebenarnya sudah berjalan di mulai sejak lama.
Sasarannya adalah pasangan menikah termasuk ibu hamil hingga menyusui. Dinkes di daerah-daerah juga sudah menginisiasi, meski begitu program dari pemerintah sendiri dianggap kurang optimal.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
Terpopuler
- Tanpa Naturalisasi! Pemain Rp 2,1 Miliar Ini Siap Gantikan Posisi Ole Romeny di Ronde 4
- Akal Bulus Dibongkar KPK, Ridwan Kamil Catut Nama Pegawai Demi Samarkan Kepemilikan Kendaraan
- Lagi Jadi Omongan, Berapa Penghasilan Edi Sound Si Penemu Sound Horeg?
- Bocor! Timnas Indonesia Naturalisasi 3 Pemain Keturunan, Ada dari Luar Eropa
- Thijs Dallinga Keturunan Apa? Striker Bologna Mau Dinaturalisasi Timnas Indonesia untuk Ronde 4
Pilihan
-
Harga Emas Antam Makin Merosot, Hari Ini Jadi Rp 1.906.000 per Gram
-
Mengenal Faskho Sengox, 'Mbah Buyut' Sound Horeg yang Melegenda Jauh Sebelum Edi Sound Viral
-
Ingin Tahu Profesi Masa Depan Anak? Temukan Potensi Unik Mereka dengan Teori Multiple Intelligences!
-
Prediksi Timnas Indonesia U-23 vs Vietnam: Saatnya Juara di Rumah!
-
Dua Kata Cristiano Ronaldo yang Bikin Joao Felix Hijrah ke Arab Saudi
Terkini
-
Sawah Kulon Progo Tergerus Tol: Petani Terancam, Ketahanan Pangan Dipertaruhkan?
-
Bantul Genjot Pariwisata: Mampukah Kejar Target PAD Rp49 Miliar?
-
Walikota Yogyakarta "Turun Tangan": Parkir Valet Solusi Ampuh Atasi Parkir Liar?
-
Malioboro Darurat Parkir Ilegal? Wisatawan Kaget Ditarik Rp50 Ribu, Dishub Angkat Bicara
-
Wisata Bantul Masih Jauh dari Target? Meski Ramai, PAD Baru Tercapai Segini...