SuaraJogja.id - Keraton Yogyakarta, sebagai pusat kebudayaan dan pemerintahan Kesultanan Yogyakarta, dikelilingi oleh sebuah benteng yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Benteng ini dikenal dengan nama Benteng Baluwarti, yang berfungsi sebagai perlindungan sekaligus simbol kewibawaan kerajaan sejak didirikan pada abad ke-18.
Gusti Kukuh Hestrianing, cucu Sri Sultan Hamengku Buwono VII mengatakan Benteng Baluwarti mulai dibangun pada tahun 1756 oleh Sultan Hamengku Buwono I, tak lama setelah Perjanjian Giyanti yang membagi Kesultanan Mataram menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.
"Benteng ini dirancang untuk melindungi Keraton Yogyakarta dari ancaman musuh, baik dari luar maupun dari dalam wilayah Kesultanan sendiri," tutur dia dikutip Minggu (16/3/2025).
Berbeda dengan benteng kolonial yang dibuat dari batu bata dan batu karang besar, Benteng Baluwarti dibangun menggunakan batu bata merah dengan campuran kapur, pasir, dan putih telur sebagai perekatnya.
Struktur ini menjadikan benteng kokoh meski sudah berusia lebih dari dua abad.
Benteng ini memiliki tinggi sekitar 3,5 meter dan ketebalan 1,5 meter, mengelilingi kompleks Keraton Yogyakarta dengan panjang mencapai 1 kilometer.
Pada masanya, benteng ini juga dilengkapi dengan pintu gerbang dan pos penjagaan yang dijaga oleh prajurit keraton untuk memastikan keamanan sultan dan keluarga kerajaan.
Gerbang-Gerbang Benteng yang Ikonik
Baca Juga: Batal Dibuat Satu Arah, Plengkung Gading Ditutup Total
Benteng Baluwarti memiliki beberapa gerbang yang menjadi akses masuk menuju kawasan Keraton. Gerbang-gerbang ini dikenal sebagai Plengkung, yang berarti gapura berbentuk lengkung.
Setiap plengkung memiliki fungsi strategis dan nilai filosofis yang mendalam. Beberapa plengkung yang masih bertahan hingga kini antara lain:
1. Plengkung Nirbaya (Gading) – Terletak di sebelah selatan keraton, digunakan sebagai jalur terakhir Sultan saat wafat sebelum menuju ke pemakaman raja-raja di Imogiri.
2. Plengkung Tarunasura (Wijilan) – Berada di sebelah timur, menjadi akses utama bagi prajurit yang bertugas di lingkungan Keraton.
3. Plengkung Jagabaya (Taman Sari) – Terletak di barat daya, dekat dengan kompleks Taman Sari yang dahulu menjadi tempat peristirahatan sultan.
4. Plengkung Jayabaya (Ngasem) – Berada di barat laut, menjadi jalur utama menuju pasar dan kawasan perkampungan sekitar Keraton.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
Banjir & Longsor Mengintai: Kulon Progo Tetapkan Status Siaga Darurat, Dana Bantuan Disiapkan?
-
Gunungkidul Genjot Pendidikan: Bupati Siapkan 'Dukungan Penuh' untuk Guru
-
DIY Percepat Program Makan Bergizi Gratis: Regulasi Bermasalah, Relawan Jadi Sorotan
-
Rebut Peluang Makan Bergizi Gratis: Koperasi Desa di Bantul Siap Jadi Pemasok Utama
-
Pemda DIY Buka-bukaan Soal Aset Daerah: Giliran Hotel Mutiara 2 Malioboro Dilelang