SuaraJogja.id - Program graduasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), berhasil mengentaskan 35 keluarga yang menyatakan tidak lagi menerima bantuan dari program pemerintah tersebut.
"Dari 40 KPM Program PKH yang hadir pada kegiatan graduasi PKH hari ini ada 35 keluarga yang langsung menyatakan graduasi atau mundur sebagai penerima bantuan PKH atau berakhirnya kepesertaan sebagai KPM PKH karena telah mampu secara ekonomi," kata Kepala Jawatan Sosial Kecamatan Seyegan Subagyo Rahayu di Seyegan, Kamis.
Menurut dia, untuk lima KPM lainnya menyatakan masih dalam proses diskusi dengan anggota keluarga lainnya.
"Kami terus mendorong program graduasi KPM PKH 2025 sebagai upaya untuk menekan angka kemiskinan. Graduasi di sini berarti berakhirnya kepesertaan sebagai KPM PKH," katanya.
Baca Juga: Kelakar Sri Sultan HB X Soroti Kondisi PSS Sleman yang Terpuruk: "Nek Ngirit Yo Kalah"
Ia mengatakan graduasi untuk mendorong KPM agar secara sadar dan mandiri mundur dari program, karena mereka sudah mampu secara ekonomi, sehingga dapat dialihkan kepada warga lain yang lebih membutuhkan.
Sebagai bentuk komitmen, kegiatan graduasi diwarnai dengan penandatanganan surat pernyataan lulus dari KPM PKH oleh warga yang secara mandiri memilih keluar dari program. Penandatanganan ini menjadi simbol kesadaran dan kesiapan mereka untuk mandiri secara ekonomi.
Subagyo mengatakan graduasi KPM PKH bisa terjadi melalui dua cara yakni secara alami dan secara mandiri. Graduasi alami terjadi ketika penerima manfaat meninggal dunia atau sudah tidak memenuhi syarat kepesertaan.
"Sementara itu graduasi mandiri dilakukan atas kesadaran sendiri bahwa kondisi ekonomi mereka sudah lebih baik sehingga tidak lagi memerlukan bantuan PKH," katanya.
Ia mengatakan saat ini jumlah penerima KPM PKH di Seyegan mencapai 4.500 keluarga. Pada 2023 ada 25 keluarga graduasi dari target 30 keluarga, kemudian pada 2024 ada 47 keluarga graduasi dari target 60 keluarga dan mulai 2025, Kecamatan Seyegan menargetkan 80 orang yang bisa graduasi.
Baca Juga: Exit Tol Tamanmartani Sleman Siap Sambut Pemudik, CCTV dan Posko Disiagakan
"Program ini diharapkan dapat menurunkan angka kemiskinan di Seyegan, yang pada 2024 tercatat sebesar 11,97 persen, menempati peringkat kedua tertinggi di Kabupaten Sleman, jauh di atas angka kemiskinan tingkat kabupaten yang berada di 7,46 persen," katanya.
Pemerintah, kata dia, juga telah menyiapkan berbagai bentuk dukungan bagi masyarakat yang telah lulus dari KPM PKH. Setelah graduasi, mereka akan dipetakan untuk mendapatkan bantuan lain guna memastikan taraf hidup tetap terjaga.
"Dukungan yang diberikan di antaranya seperti bantuan usaha melalui Badan Usaha Milik Kelurahan Mandiri (Bumkalma), sertifikasi halal dari KUA, hingga pendampingan dalam pengurusan Nomor Induk Berusaha (NIB)," katanya.
Kepala Bidang Pemberdayaan dan Kelembagaan Sosial Dinas Sosial (Dinsos) Sleman Feri Istanto mengatakan, program graduasi ini penting agar bantuan sosial bisa diberikan secara lebih merata.
"Pemerintah ingin membantu masyarakat yang benar-benar membutuhkan, tetapi anggaran yang tersedia terbatas. Dengan adanya graduasi, mereka yang sudah mampu dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat lain yang masih membutuhkan bantuan," katanya.
Ia juga menekankanmasyarakat tidak perlu khawatir setelah lulus dari PKH karena masih ada berbagai bantuan sosial lain yang dapat diakses, termasuk Jaring Pengaman Sosial (JPS).
"Selain itu, jika ada kesulitan dalam pembiayaan sekolah, warga bisa mengajukan bantuan ke Dinas Sosial Kabupaten Sleman," katanya.
Salah satu warga yang telah graduasi dari KPM PKH Supraptimah warga Planggok, Margokaton, Seyegan mengatakan sejak 2021 dirinya menerima bantuan PKH karena penghasilannya sebagai guru PAUD hanya sebesar Rp250 ribu per bulan, sementara ia harus menghidupi tiga anak yang masih bersekolah.
Namun, kondisi ekonominya membaik setelah gajinya meningkat menjadi Rp1,3 juta dan suaminya yang bekerja di bidang usaha rongsokan memiliki gerobak untuk usahanya.
"Kesadaran untuk mundur dari PKH muncul setelah melihat kondisi tetangga yang lebih membutuhkan tetapi tidak mendapatkan bantuan karena kuota telah habis. Saya juga masih mendapatkan bantuan JPS dari Pemkab Sleman, sehingga anak-anak tetap bisa sekolah," katanya.
Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak takut untuk graduasi dari PKH, karena jika memang masih membutuhkan, pemerintah tetap menyediakan bantuan yang bisa diakses.
Berita Terkait
-
5 Rencana Sekolah Rakyat Prabowo: Punya Misi Putus Rantai Kemiskinan
-
Sekolah Rakyat untuk Memutus Mata Rantai Kemiskinan, Prabowo: Anak Tidak Boleh Jadi Pemulung
-
Kajian DEN: MBG Ciptakan 1,9 Juta Lapangan Kerja, Tekan Kemiskinan Capai 5,8 Persen
-
Pemerintah Hanya Akan Beri Bantuan Pengentasan Kemiskinan untuk Kategori Desil 1-3, Ini Kriterianya
-
6.961 KPM di Tanjungpinang Tercatat Terima Bansos Sembako PKH
Terpopuler
- Seharga Motor 125cc: Ini 5 Opsi Mobil Bekas yang Mewahnya Sekaliber Innova per Maret 2025
- Semurah Suzuki S-Presso tapi Mesin Setangguh Ertiga: Mobil Bekas SUV Ini Layak Dilirik
- Harga Setara Vespa Sprint, Performa Motor Listrik Ini Jauh Ungguli Xmax
- Jakarta Premium Outlets Resmi Dibuka, Jadi Destinasi Belanja Baru Jelang Lebaran
- Xiaomi Indonesia Rilis Redmi Pad SE 8.7, Tablet Murah Ukuran Mini Cocok untuk Pelajar
Pilihan
-
Resmi Dipecat, Ini Statistik Buruk Thiago Motta Bersama Juventus
-
Darah Surabaya Mengalir Deras! Julian Oerip Jadi Langganan Skuat Belanda
-
Prabowo Minta Rp 1 Juta Buat BHR Ojol, Gojek Sanggup Rp 900 Ribu
-
Didesak Mundur dari Timnas Indonesia, Patrick Kluivert Tebal telinga
-
Sirkus! Pundit Belanda Kritik Tajam Timnas Indonesia dan Debut Buruk Kluivert
Terkini
-
Operasi Ketupat Progo 2025 Dimulai, Arus Lalu Lintas di Wilayah Jogja masih Landai
-
Exit Tol Tamanmartani Buka Kanan-Kiri saat Mudik Lebaran, Ini Rekayasa Lalu Lintas Lengkapnya
-
Terjebak Basa-Basi Lebaran? Ini Cara Elegan Mengatasi Pertanyaan yang Bikin Minder
-
Siap Mudik? Cek Dulu Harga Tiket Bus Jogja-Jabodetabek, Ada yang Naik Lebih dari Rp300 Ribu
-
Dinkes Kota Jogja Siapkan Alat Kejut Jantung hingga Puskesmas 24 Jam selama Libur Lebaran