SuaraJogja.id - Isu SARA masih saja mengemuka ditengah penerapan Peraturan Daerah (perda) DIY Nomor 1 Tahun 2022 tentang Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan.
Terakhir munculnya kasus perusakan makam yang terjadi di Bantul dan Kota Yogyakarta beberapa waktu lalu yang dilakukan salah seorang pelajar.
Persoalan ini mendesak ditangani melalui penguatan implementasi nilai-nilai Pancasila sebagai upaya nyata mencegah potensi konflik sosial dan isu SARA.
Karenanya program Sinau Pancasila sebagai salah satu bentuk konkret implementasi perda tersebut harus menyasar lebih luas.
"Implementasi Pancasila harus dimulai dari anak usia dini. Karena itu, kami terus mendorong kegiatan seperti Sinau Pancasila yang tidak hanya melibatkan sekolah melalui Dinas Pendidikan, tetapi juga masyarakat secara luas,"papar Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DIY, Lilik Andi Ariyanto dalam peringatan Hari Lahir Pancasila di Museum Sandi Yogyakarta, dikutip Senin (2/6/2025).
Sinau Pancasila, menurut Lilik tidak sekedar seremonial. Namun harus menyasar pembentukan karakter masyarakat sejak usia dini. Untuk itu Kesbangpol DIY bekerja sama erat dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Kebudayaan.
Dinas Pendidikan mengawal pelaksanaan kegiatan di sekolah, sementara Kesbangpol mengoordinasikan di tingkat masyarakat.
Internalisasi nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika harus dimulai dari anak-anak, khususnya pelajar tingkat sekolah dasar.
Hal ini penting agar nilai-nilai kebangsaan dapat tertanam secara mendalam dan berkelanjutan.
Baca Juga: Beny Suharsono Pensiun, Enam Kandidat Siap Bertarung Perebutkan Kursi Sekda Baru DIY
Di DIY, program Sinau Pancasila tahun ini telah digelar sebanyak 75 kali, sementara sosialisasi Bhinneka Tunggal Ika tercatat berlangsung sebanyak 78 kali di berbagai wilayah DIY.
Kegiatan ini menggandeng berbagai elemen, mulai dari akademisi, TNI/Polri, hingga organisasi masyarakat dan tokoh agama seperti Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
FKUB berperan strategis dalam mendinginkan suasana dan menjaga dialog antarumat tetap terbuka.
FKUB mendorong komunikasi aktif untuk mencegah konflik SARA terjadi.
"Ada FKUB yang kita minta untuk bisa menghimbau dan menyampaikan pesan menyejukkan. Forum kerukunan umat beragama, pertemuan rutin terus dilakukan setiap bulan. Kami libatkan mereka sebagai narasumber dalam berbagai kegiatan," ungkap dia.
Lilik menambahkan, penerapan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sejak usia dini sebagai upaya jangka panjang untuk membentengi masyarakat dari ancaman disintegrasi sosial.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
Terkini
-
Yogyakarta Tak Lagi Primadona: Peminat Kuliah di PTS Anjlok Drastis
-
Hendak Jemput Jenazah, Ambulans Malah Terlibat Kecelakaan Maut di Kulon Progo
-
Jejak Licin Komplotan Maling Sekolah di Sleman Berakhir, 3 Bulan Gasak 31 Proyektor
-
Nataru Jadi Target: Pedagang Pasar Godean Nekat Pindah Meski Atap Bocor, Ini Alasannya
-
Sempat Dilema, Pemda DIY Gaspol Rencana PSEL untuk Kelola Sampah 1.000 Ton per Hari