SuaraJogja.id - Pemerintah yang kembali menyalurkan Bantuan Subsidi Upah (BSU) bagi pekerja bergaji di bawah Rp3,5 juta.
Hal itu bisa disikapi secara positif terutama dalam upaya mendorong konsumsi masyarakat.
Namun, langkah ini dinilai belum cukup untuk menjawab persoalan ketenagakerjaan secara menyeluruh dan jangka panjang.
"Menurut saya itu [BSU] positif untuk para pekerja, karena itu juga akan membantu untuk selain meringankan juga akan meningkatkan daya beli para pekerja," kata Hempri Suyatna, Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (Pustek) UGM, saat dihubungi, Selasa (10/6/2025).
Dosen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan FISIPOL UGM itu bilang meningkatnya daya beli pekerja dapat memberi efek domino pada roda ekonomi nasional.
Ketika produk-produk lebih banyak terserap oleh pasar, maka produktivitas industri pun akan terdorong.
Kondisi tersebut yang akhirnya bakal mengurangi angka pengangguran.
Meski demikian, Hempri mengingatkan bahwa BSU sebaiknya tidak dijadikan satu-satunya solusi.
Pemerintah didorong untuk mulai membangun ekosistem ketenagakerjaan yang lebih kondusif.
Baca Juga: Sidang Ijazah Palsu Jokowi: Mediasi Berjalan, UGM Tolak Mentah-Mentah Serahkan Ijazah?
Sehingga perusahaan dapat berjalan lebih sehat pula dan tidak perlu menekan biaya dengan memangkas hak-hak pekerja.
"Saya kira juga harus ada berbagai bentuk insentif kepada pengusaha, sehingga kemudian biaya-biaya yang muncul tidak harus dengan memotong biaya-biaya pekerja. Jadi jangan sampai biaya produksi itu mengganggu biaya untuk pekerja," tegasnya.
Hempri turut menyoroti pentingnya mendukung penghasilan pekerja lewat sektor-sektor alternatif, seperti usaha informal yang legal dan produktif.
Pendekatan ini bisa membantu pekerja tetap bertahan saat kondisi pasar utama sedang lesu.
"Misalnya pengembangan sektor informal dan sebagainya, harapannya para pekerja punya sektor-sektor informal sebagai sektor sampingan juga untuk menumbuhkan ekonomi," ungkapnya.
Terkait kriteria penerima BSU, ia menilai batas gaji Rp3,5 juta sudah cukup ideal. Dia mengambil contoh seperti Yogyakarta saja, misalnya, UMP masih berada di kisaran Rp2,4 juta.
Sehingga program ini memang menyasar kelompok pekerja yang cukup rentan.
Kendati demikian ia menekankan pentingnya ketepatan sasaran dan sosialisasi yang merata dalam realisasi program bantuan ini.
Ketidaksamaan penerima dalam satu kantor, atau informasi yang tidak menyeluruh, dapat menimbulkan kecemburuan dan persepsi negatif terhadap program ini.
"Saya kira proses penyeragaman itu perlu lebih jelas, lebih detail, kemudian harus ada sosialisasi sejak awal sehingga tidak ada mispresepsi," ujarnya.
"Potensi-potensi kecemburuan itu yang harus diminimalkan," imbuhnya.
Ditambahkan Hempri, BSU tetap bisa menjadi instrumen penting jika dikawal dengan tepat.
Namun, ke depan pemerintah perlu fokus pada reformasi ketenagakerjaan yang berkelanjutan tak hanya sekadar memberikan bantuan.
Termasuk menciptakan lapangan pekerjaan yang layak dan menjamin keadilan bagi semua pihak dalam ekosistem kerja.
"Saya kira kalau konteks spesifik ketenagakerjaan itu ya menumbuhkan ekosistem yang kondustif sehingga banyak perusahaan-perusahaan itu bisa lebih nyaman berusaha di Indonesia kemudian tidak terjadi pengangguran dan sebagainya," kata dia.
Bantuan pemerintah lewat BSU ini sebenarnya sudah kerap dilakukan oleh negara.
Pada masa Covid-19, sejumlah pekerja mendapatkan manfaat dari bantuan ini.
Hal ini juga menjadi nilai lebih untuk pekerja agar produktif ketika mendapat upah bantuan ini.
Di sisi lain, pemerintah berusaha untuk memberikan bantuan ini dengan sasaran yang tepat.
Hal ini ditentukan oleh perusahaan tempat pegawai bekerja. Namun tak ada jaminan semua pegawai dapat karena beberapa perusahaan melakukan sistem acak.
Berita Terkait
Terpopuler
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
- 5 Fakta Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Publik Penasaran!
- Profil Komjen Suyudi Ario Seto, Calon Pengganti Kapolri Listyo Sigit Prabowo?
Pilihan
-
Turun Tipis, Harga Emas Antam Hari Ini Dipatok Rp 2.093.000 per Gram
-
Dari LPS ke Kursi Menkeu: Akankah Purbaya Tetap Berani Lawan Budaya ABS?
-
Perang Tahta Sneakers Putih: Duel Abadi Adidas Superstar vs Stan Smith. Siapa Rajanya?
-
Viral Taiwan Resmi Larang Indomie Soto Banjar Usai Temukan Kandungan Berbahaya
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
Terkini
-
Perpustakaan Jogja Genjot Literasi: Ribuan Buku Baru & Inovasi Digital untuk Warga
-
STOP Bakar Sampah! Bupati Bantul Desak Warga Lakukan Ini untuk Selamatkan Lingkungan
-
DANA Kaget: Banjir Saldo Gratis Tiap Hari? Ini Link Aktif Raih Ratusan Ribu Rupiah
-
PSIM Jogja Dibantai Borneo FC: Pesta di Sultan Agung Berubah Jadi Mimpi Buruk
-
Perombakan Total OPD Gunungkidul: Apa Saja yang Berubah Tahun Depan?