Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Senin, 16 Juni 2025 | 17:31 WIB
Kondisi Menara Kopi, Kotabaru yang mulai terisi pedagang dan jukir dari TKP ABA yang digusur, Senin (16/6/2025). [Kontributor/Putu]

SuaraJogja.id - Setelah mundur selama dua minggu terakhir, ratusan pedagang dan juru parkir eks Tempat Khusus Parkir Abu Bakar Ali (TKP ABA) akhirnya mulai membuka lapak di Menara Kopi, Kotabaru, Senin (16/6/2025).

Para pedagang eks parkir Abu Bakar Ali terpaksa menyiapkan jualan seadanya sembari menunggu sejumlah perbaikan dan tambahan fasilitas yang dibutuhkan.

Sebut saja Dwi, salah seorang pedagang salak dan suvenir yang mulai menata lapak sembari menunggu pesanan gantungan besi yang baru.

Sebab gantungan besi yang lama tidak lagi bisa dimanfaatkan karena ukuran lapak yang lebih kecil.

Baca Juga: Relokasi Jukir dan Pedagang ke Menara Kopi Terancam Gagal: Izin Keraton Jogja Belum Turun

"Tempat yang sekarang kecil banget, 1,5 x 1,5 meter. Dulu bisa 2 meteran lebih jadi ya harus pesan gantungan besi lagi," ujar Dwi di Menara Kopi, Senin Siang.

Dwi yang berjualan di TKP ABA sejak 1997 ini mengaku secepatnya ingin membuka lapak untuk berjualan. Sebab pasca TKP ABA dibongkar beberapa minggu terakhir, Dwi tidak memiliki penghasilan apapun.

Namun sebelum membuka lapak secara menyeluruh, perempuan ini berharap Keraton Yogyakarta bisa segera mengeluarkan ijin rehab gapura dan fasilitas lain seperti pembukaan portal untuk akses keluar masuk kendaraan ke Menara Kopi.

Dengan demikian akses kendaraan besar seperti bus bisa keluar masuk dengan leluasa. Apalagi sejumlah sopir bus sudah menyampaikan kesediaannya untuk parkir di Menara Kopi.

"Sampai saat ini tidak ada kabar dari Dishub kapan turunnya ijin dari Keraton, kami berharap bisa segera turun jadi minggu ini kami benar-benar bisa mulai jualan," ungkapnya.

Baca Juga: TKP ABA Resmi Ditutup, Ratusan dan Jukir Harus Bongkar Lapak ke Menara Kopi

Sementara pengelola TKP ABA, Doni Ruliyanto mengungkapkan uji coba penggunaan Menara Kopi sebagai area parkir dan berjualan sebenarnya telah dimulai sejak Sabtu (14/6/2025), meskipun aktivitas masih sangat terbatas.

"Bus sudah mulai masuk, awalnya dua bus, lalu bertambah jadi enam atau tujuh. Tapi itu masih pelanggan seafood, belum wisatawan," jelasnya.

Salah satu kendala utama adalah izin peninggian gapura yang belum diberikan oleh Keraton Yogyakarta.

Saat ini, gapura yang ada terlalu rendah untuk dilewati bus besar secara langsung. Akibatnya, kendaraan harus bermanuver mundur, yang menyulitkan sopir dan memperlambat arus kendaraan.

"Kalau gapura itu bisa ditinggikan, bus bisa masuk dari sisi timur, parkir di sisi selatan hanggar, lalu keluar ke barat tanpa harus mundur. Sekarang, harus muter dan itu mempersulit. Sopir juga mengeluh soal ini," ungkap dia.

Dari sisi kapasitas, area parkir Menara Kopi sebenarnya cukup memadai.

Jika akses keluar diperbaiki, tempat ini bisa menampung hingga 30 bus wisata. Namun saat ini hanya bisa menampung dua baris karena keterbatasan manuver kendaraan besar.

Sedangkan untuk kendaraan kecil dan motor, sebagian besar masih digunakan oleh pelanggan dan pekerja seafood yang sebelumnya juga beraktivitas di TKP ABA.

Doni juga menyebutkan fasilitas dasar seperti kelistrikan dan pengolahan limbah di area food court masih dalam tahap pengerjaan.

Hal ini menghambat para pedagang untuk membuka lapak secara maksimal.

Selain itu, minimnya penerangan jalan dari Menara Kopi ke Malioboro juga menjadi kendala yang dirasakan oleh wisatawan.

"Kemarin ada rombongan bus datang malam hari. Mereka enggak berani jalan ke Malioboro karena jalannya gelap. Harapan kami, pemerintah bisa menambahkan lampu jalan agar wisatawan merasa aman dan nyaman," paparnya.

Para pedagang, juru parkir, hingga pengelola berharap Pemda DIY dan Keraton Yogyakarta segera memberikan perhatian terhadap kondisi ini.

Dengan izin yang belum turun dan minimnya fasilitas penunjang, potensi ekonomi di kawasan ini belum bisa dimanfaatkan secara optimal.

"Kalau izinnya segera keluar, akses mudah, dan penerangan ditambah, tempat ini bisa ramai. Kami ingin segera bangkit, tapi tidak bisa tanpa dukungan semua pihak," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More