Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 05 Juli 2025 | 15:37 WIB
Lokasi rumah T yang sempat digeruduk ratusan pengemudi ojek online, di Bantulan, Sidoarum, Godean, Sleman, Sabtu (5/7/2025). [Suara.com/Hiskia]

SuaraJogja.id - Kericuhan pecah di Bantulan Lor, Godean, Sleman, Sabtu (5/7/2025) dini hari, setelah ratusan driver ojek online (ojol) menyerbu sebuah rumah warga.

Massa datang usai muncul kabar bahwa salah satu rekan mereka diduga mengalami penganiayaan usai telat mengantar pesanan kopi.

Ketua RT 1 Bantulan Lor, Efendi, menyebut kejadian itu bermula sekitar pukul 00.30 WIB. Saat itu massa datang ke rumah pemesan ShopeeFood yang diduga melakukan penganiayaan pada Kamis (3/7/2025) kemarin.

Ketika itu kondisi masih berlangsung kondusif dan massa ojol kemudian bergeser ke Polresta Sleman. Di sana mereka mendesak untuk yang bersangkutan klarifikasi sekaligus minta maaf.

Baca Juga: BHR Ojol Cair, Ada yang Dapat Rp50 Ribu, Ada yang Gigit Jari

Ketika para ojol pergi dari kampung, warga berinisiatif untuk menutup akses jalan kampung. Hal itu demi mencegah perluasan kericuhan.

Benar saja, massa yang tidak puas usai dari Polresta Sleman kembali ke kampung terlapor T. Namun akibat akses yang sudah ditutup warga, mereka tak bisa masuk.

"Mungkin tidak puas, mereka kembali ke sini. Belum sampai masuk, cuma sampai depan. Barat dan utara sudah ditutup aksesnya, mereka tidak masuk [ke kampung], karena takutnya warga juga mengganggu," ucap Efendi ditemui, Sabtu (5/7/2025).

Ketegangan memuncak ketika massa ojol itu mencoba menggulingkan mobil patroli yang terparkir di dekat toko komputer atau pintu masuk ke kampung.

Mobil polisi itu sempat ditarik keluar hingga digulingkan di perempatan jalan. Solar dari tangki tumpah dan sejumlah orang sempat menyalakan api tapi beruntung tak sempat membesar.

Baca Juga: Apresiasi Pemberian Bonus Hari Raya ke Ojol dan Kurir Online, Pakar UGM Soroti Soal Pengawasan Regulasi

"Mobil patroli di samping persis toko komputer. Ketika mau digulingkan karena terbentur pintu tidak bisa, mereka tarik keluar lalu digulingkan di perempatan sampai solar tumpah sampai ada pembakaran sedikit. Massa enggak sampai masuk," tuturnya.

Tak hanya itu, kamera pengawas milik toko dan dinas juga diduga dirusak oleh massa. CCTV pun sempat padam beberapa menit saat massa memadati lokasi.

Dipastikan Efendi, saat ini, suasana kampung disebut sudah kondusif. Akses jalan pun telah kembali dibuka dan aktivitas warga berjalan seperti biasa termasuk para driver ojol yang tetap beraktivitas secara mormal.

"Iya, sudah biasa [kondusif] enggak harus kita tutup [buat ojol]. Kita welcome saja," tandasnya.

Sementara itu, Ketua RT 3 Salim membenarkan bahwa beberapa fasilitas yang ada di kampung sempat rusak. Termasuk beberapa barang di rumah pemesan atau terlapor T.

"Kalau info sementara kita keliling cuma ada fasilitas pot bunga, CCTV, gerbang, mobil polisi, ada ac rumah itu rusak," terang Salim.

Lokasi rumah T yang sempat digeruduk ratusan pengemudi ojek online, di Bantulan, Sidoarum, Godean, Sleman, Sabtu (5/7/2025). [Suara.com/Hiskia]

Orderan Datang Berjam-jam

Terkait orderan atau pesanan awal ShopeeFood itu, kata Salim, warga yang berinisial T itu memesan sejumlah kopi. Namun pengantaran yang terlampau lama membuat pemesan itu emosi.

Walaupun memang disampaikan pula saat pemesanan itu, sejumlah ruas Jalan Godean atau menuju rumah itu harus dialihkan atau ditutup sebab berbarengan dengan tradisi adat yang dikenal dengan Suran Mbah Demang.

Ia juga menyebut T itu mulai pesan kopi pada sekitar pukul 18.00 WIB sore. Tetapi diketahui pesanan baru sampai pada hampir pukul 22.00 WIB malam.

"Iya [telat berjam-jam]. Enggak cuma 5 menitan telatnya. Order itu jam 6 sampai memang setengah 10, itu order minuman kopi," ungkap Salim.

Warga Syok

Menurutnya, kerusakan fisik memang tak banyak. Namun dampak psikis terasa di kalangan warga.

"Warga korban tidak ada, hanya psikis saja karena syok," ucapnya.

Padahal warga sekitar hanya bisa berdiam diri di dalam rumah saat situasi memanas. Sebagian besar ketakutan, terutama para lansia dan anak-anak.

"Terutama yang sepuh [tua] sangat terganggu, bayi, anak kecil ada, sampai orang tua bingung. Jadi kayak suporter bal-balan nyanyi-nyanyi teriak-teriak," ujarnya.

Bukan Pelayaran tapi Pelayanan

Dalam kesempatan ini Salim turut memastikan bahwa terlapor T tidak bekerja di pelayaran melainkan pelayanan. Hal itu keterangan yang dia dapat dari pihak keluarga.

"Dia [T] itu kerjanya di Kalimantan, laporan dari pihak keluarga ke saya itu dia memang ikut di kapal tapi pelayanan. Jadi yang dimaksud itu bukan mengatakan pelayaran, bukan tapi kedisplinannya di pelayanan," tegasnya.

Sampai saat ini T masih berada di Polresta Sleman. Sementara warga, kata Salim, berharap kejadian serupa tidak terulang. Ia menekankan pentingnya menyelesaikan persoalan dengan kepala dingin.

"Ya jangan sampai terulang. Jadi segala sesuatu bisa dibicarakan baik-baik," pungkasnya.

Kasat Reskrim Polresta Sleman AKP Wahyu Agha Ari Septyan menyampaikan kini ada dua perkara yang tengah berjalan paralel terkait hal ini, yakni dugaan penganiayaan dan perusakan fasilitas milik kepolisian.

"Jadi ini ada dua penanganan perkara. Terkait dengan penganiayaannya sama pengerusakan laporan tipe A," kata Agha.

Berdasarkan pantauan SuaraJogja.id di rumah terlapor T pada Sabtu (5/7/2025) siang kondisinya masih cukup berantakan. Beberapa barang masih berserakan di depan rumah.

Sejumlah pot terlihat pecah, sepatu berserakan, dan masih cukup banyak sampah di teras. Sementara akses ke kampung sudah dibuka secara normal tanpa ada pembatasan.

Load More