SuaraJogja.id - Pemerintah Kabupaten Bantul, menginstruksikan seluruh aparatur sipil negara (ASN) untuk menjadi pelopor dalam pembuatan lubang biopori sebagai solusi pengelolaan sampah organik di lingkungan tempat tinggal masing-masing.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, menyampaikan bahwa Bantul saat ini menanggung beban sampah terbesar di DIY.
Hal ini disebabkan oleh masuknya sebagian besar sampah dari Kabupaten Sleman dan hampir seluruh sampah dari Kota Yogyakarta ke wilayah Bantul.
"Volume sampah yang masuk ke Bantul sangat tinggi. Oleh karena itu, saya mengajak seluruh warga untuk mengelola sampah secara mandiri. Kami memiliki sekitar 8.000 ASN, dan mereka akan menjadi contoh dalam membuat biopori di rumah masing-masing," ujar Bupati Bantul pada Selasa (15/7/2025).
Ia menegaskan, ASN yang tidak melaksanakan pembuatan biopori secara mandiri di pekarangan rumah akan dikenakan sanksi.
Kepala organisasi perangkat daerah (OPD) diminta untuk mengawasi bawahannya agar seluruh ASN memiliki lubang biopori di rumah.
Selain itu, para lurah juga diminta mengimbau pamong desa untuk turut membangun biopori secara mandiri.
Pemkab Bantul akan menindaklanjuti kebijakan ini dengan menerbitkan surat edaran atau instruksi resmi yang mewajibkan ASN dan pamong menjadi penggerak kebersihan lingkungan.
Selain biopori, jika masih tersedia ruang di halaman rumah, warga juga dianjurkan membuat jugangan atau lubang tanah untuk mengubur sampah organik, guna mengoptimalkan pengelolaan sampah rumah tangga.
Baca Juga: Bukan Cuma TPS3R, Ini Jurus Jitu Bupati Bantul Atasi Persoalan Sampah yang Membludak
"Keduanya, baik biopori maupun jugangan, harus diisi hanya dengan sampah organik. Pecahan kaca dan plastik tidak boleh dibuang ke dalamnya. Ini seperti cara tradisional zaman dahulu, dan terbukti efektif mengurangi timbunan sampah organik. Bahkan, lubang biopori bisa menghasilkan pupuk alami," jelasnya.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya Pemerintah Kabupaten Bantul dalam mengurangi timbunan sampah langsung dari sumbernya, yaitu rumah tangga, pasar, dan restoran.
"Dengan sekitar 300 ribu rumah tangga di Bantul, jika seluruhnya membuat biopori, persoalan sampah organik bisa diselesaikan secara signifikan. Mengingat 70 persen jenis sampah yang menumpuk adalah sampah organik seperti sisa makanan," tambah Bupati Halim.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Pengamat Pendidikan Sebut Keputusan Gubernur Banten Nonaktifkan Kepsek SMAN 1 Cimarga 'Blunder'
- Biodata dan Pendidikan Gubernur Banten: Nonaktifkan Kepsek SMA 1 Cimarga usai Pukul Siswa Perokok
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
Pilihan
-
Dear PSSI! Ini 3 Pelatih Keturunan Indonesia yang Bisa Gantikan Patrick Kluivert
-
Proyek Sampah jadi Energi RI jadi Rebutan Global, Rosan: 107 Investor Sudah Daftar
-
Asus Hadirkan Revolusi Gaming Genggam Lewat ROG Xbox Ally, Sudah Bisa Dibeli Sekarang!
-
IHSG Rebound Fantastis di Sesi Pertama 16 Oktober 2025, Tembus Level 8.125
-
Dipecat PSSI, Ini 3 Pekerjaan Baru yang Cocok untuk Patrick Kluivert
Terkini
-
Santap MBG, Puluhan Siswa SMA Muhammadiyah 7 Jogja Keracunan, Operasional SPPG Wirobrajan Dihentikan
-
Warungboto Jadi Percontohan, Pemkot Jogja Genjot Pengelolaan Sampah Organik di RTH Publik
-
Rebutan Vasektomi Gratis + Dapat Rp1 Juta? Fenomena KB Pria di Sleman Bikin Kaget
-
3 Link DANA Kaget, Cara Mudah Dapat Saldo Gratis Langsung Cair ke Rekening
-
Ngaku Keturunan HB VII, Pria di Jogja Tipu Warga dengan Surat Kekancingan Palsu